Mohon tunggu...
Assyifa Diva Frisnadia
Assyifa Diva Frisnadia Mohon Tunggu... Buruh - Universitas Pelita Bangsa

saya mahasiswa aktif di Universitas Pelita Bangsa jurusan PGSD, saya juga berkerja di salah satu PT bagian Quality Produksi, saya memiliki ketertarikan dibidang seni seperti menari,melukis dan bermain alat musik, motivasi hidup saya bersyukur apa yang dijalani saat ini bukan karena semua baik-baik saja tapi karna kita percaya ada sisi baik di balik sesuatu yang kita anggap tidak baik-baik saja.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Revitalisasi Peran Budaya Lokal dalam Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA)

8 Januari 2024   12:46 Diperbarui: 8 Januari 2024   13:10 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia adalah negara kepulauan dengan perpaduan berbagai suku dan agama.Saat ini, berbagai suku hidup di  pulau-pulau yang tersebar di seluruh  Indonesia. Indonesia yang memiliki banyak suku  menjadikan negara ini memiliki beragam budaya dan kearifan lokal. Budaya lokal merupakan kekayaan dan jati diri suatu bangsa. Ode (2015) menyatakan bahwa "Nilai-nilai budaya lokal  Indonesia merupakan aset bangsa yang tidak tergantikan." Kebudayaan lokal diwariskan secara turun temurun dan terdapat makna mendalam di balik penciptaannya.                

"Kearifan lokal merupakan salah satu sumber pengetahuan (kebudayaan) suatu masyarakat dan terdapat dalam tradisi dan sejarah,  pendidikan formal dan informal, seni, agama, dan interpretasi kreatif lainnya." (Mufid, 2010). Hampir setiap  masyarakat mempunyai kearifan lokalnya masing-masing (Amirrachman, 2007: 79). Menurut Azura (2002: 209), "Kearifan lokal ini dapat dijadikan sebagai mekanisme sosial budaya yang terdapat dalam tradisi masyarakat Indonesia." Tradisi ini merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan persaudaraan dan solidaritas antar masyarakat. Dan terbukti menjadi metode yang dapat diandalkan.

Pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat atau bangsa seringkali disamakan dengan pembangunan. Pembangunan merupakan kelanjutan dari apa yang telah ada, namun pembangunan mengarah dari ketiadaan menuju keberadaan yang diinginkan. Lucy Mair (Widianto dan Iwan, 2009: xxxi) menyatakan bahwa pembangunan merujuk pada suatu proses atau gerakan yang terpadu menuju suatu keadaan yang ingin dicapai seperti bangsa lain.

Dalam konteks ini, perkembangan negara Indonesia telah mempengaruhi berbagai bidang, termasuk bahasa. Saat ini masyarakat Indonesia sedang menggalakkan internasionalisasi bahasa Indonesia. Menurut data terakhir, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa wajib kedua di Vietnam dan menjadi mata pelajaran wajib di beberapa jurusan universitas di luar negeria. Hal dikembangkan negeri ini, khususnya di bidang bahasa. Dilihat dari sisi lain, hadirnya Pendidikan Bahasa Asing Indonesia  (BIPA) di perguruan tinggi dalam dan luar negeri menandakan bahwa negara tersebut semakin mendapat perhatian di dunia internasional.

Bahasa Indonesia masuk dalam daftar 10 besar bahasa yang paling banyak digunakan di dunia. Selanjutnya menurut Daily Mail (edisi 14 Februari 2015), bahasa Indonesia juga menduduki peringkat keempat bahasa paling bahagia di dunia. Demikian hasil  penelitian  University of Vermont di Burlington, AS. Tujuan pendidikan bahasa Indonesia di universitas-universitas tersebut berbeda-beda, dan tujuannya juga berbeda karena mahasiswa internasional belajar bahasa Indonesia di rumah. Dari berbagai fakta yang disebutkan di atas, terlihat bahwa bahasa Indonesia jelas berkembang ke arah positif. Namun apabila masyarakat Indonesia tidak memiliki landasan dan terobosan yang kuat dalam pengembangan bahasa Indonesia, maka keadaan tersebut bisa berbalik dan berdampak buruk bagi negara.

Kawasan Asia Tenggara  saat ini sedang memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) yang memungkinkan adanya perdagangan bebas antar negara-negara Asia Tenggara. Hal ini bisa menguntungkan atau merugikan negara ini. Oleh karena itu, peran masyarakat Indonesia  di sini penting. Dengan latar belakang tersebut, penulis  membahas pertanyaan tentang apa peran pelestarian dan  revitalisasi budaya lokal dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang asing (BIPA).

Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) saat ini menjadi fokus  pengembangan dan internasionalisasi bahasa Indonesia.. Revitalisasi budaya lokal dalam pembelajaran BIPA memungkinkan masyarakat untuk memanfaatkannya tidak hanya sebagai bahan ajar, tetapi juga  sebagai sarana memperkenalkan budaya dan tradisi lokal kepada masyarakat internasional khususnya anak-anak saat ini, dan mempromosikan budaya lokal Masuknya budaya asing di era globalisasi semakin memperkuat jati diri bangsa Indonesia yang memiliki beragam budaya daerah dan nasional. Selain itu, pengenalan budaya lokal Indonesia akan membantu masyarakat beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari di Indonesia.

Unsur  budaya juga merupakan bagian dari unsur pembelajaran kebudayaan. Yang perlu diajarkan adalah budaya lokal dan budaya Indonesia pada umumnya. Kebudayaan Indonesia secara umum  meliputi kesenian Indonesia, adat istiadat Indonesia, musik Indonesia, makanan Indonesia, bahkan pakaian yang ada di wilayah Indonesia. Misalnya saja batik  yang saya pakai merupakan bagian dari budaya Indonesia. Mengenai materi budaya daerah ini, pertama-tama, adat istiadat setempat dan mengapa hal itu perlu dilakukan. Ketika mahasiswa Pipe belajar di Indonesia, agar terhindar dari kenyataan bahwa Indonesia mempunyai wilayah Semarang, wilayah Solo, wilayah Surabaya, wilayah Furio, misalnya ada wilayah Kendari, dan wilayah Jakarta lainnya. Saya akan mengajari Anda tentang budaya lokal ini. 

Daerah-daerah tersebut mempunyai budaya lokal yang berbeda-beda sehingga menjadi faktor pembeda. Yang pertama adalah budaya atau adat istiadat setempat yang perlu diajarkan. Yang kedua adalah kearifan lokal dan adat istiadat masyarakat sekitar. Adat istiadat tentu saja berbeda antara masyarakat semarang dengan masyarakat semarang. Semarang  di Jakarta berbeda. Misalnya, Semaran suka memotret Shravan di pagi hari, sedangkan di Jakarta biasanya sarapan paginya makan bubur. Jika Anda tidak menderita diare lokal di Indonesia, Anda perlu memahami hal ini untuk menghindari kesalahpahaman dan cultur shock.

KESIMPULAN

Pembelajaran BIPA di Indonesia dan di luar negeri belum secara khusus memperkenalkan budaya Indonesia dalam tradisi dan tutur bahasa. Hal tersebut harus segera mendapatkan tindak lanjut seperti memasukkan pengetahuan tentang budaya Indonesia. Pentingnya pembelajar BIPA memahami dan mengenal budaya Indonesia menjadi faktor pendukung kelancaran mereka dalam belajar bahasa dan budaya secara bersamaan. Selain itu, "Pemahaman terhadap karakteristik pelajar asing diperlukan, terutama dalam upaya memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran BIPA. Untuk itulah pembelajaran BIPA ditentukan oleh berbagai unsur yang masing-masing memiliki batasan fungsi dan peran di dalam mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Unsur-unsur yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut, antara lain tujuan, materi, prosedur didaktik (metode/teknik), media, evaluasi, siswa(pelajar), guru (tutor/pamong), dan pengelolaan kelas," (Suyitno, 2007:64)

REFERENSI

Arwansyah, Yanuar Bagas, Sarwiji Suwandi, and Sahid Teguh Widodo. "Revitalisasi peran budaya lokal dalam materi pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA)." Proceedings Education And Language International Conference. Vol. 1. No. 1. 2017.

Ningrum, Rifqia Kartika, Herman J. Waluyo, and Retno Winarni. "BIPA (Bahasa Indonesia Penutur Asing) sebagai upaya internasionalisasi universitas di Indonesia." Proceedings Education and Language International Conference. Vol. 1. No. 1. 2017.

Suyitno, I. (2017). Aspek budaya dalam pembelajaran bahasa indonesia bagi penutur asing (bipa). Fkip E-Proceeding, 55-70.

Sujana, I. "Program Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing (BIPA): Peluang, Tantangan dan Solusi." (2012): 1-16.

Ruskhan, Abdul Gaffar. "Pemanfaatan Keberagaman Budaya Indonesia dalam Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)." Makalah yang disajikan dalam Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia Pertemuan Asosiasi Jepang-Indonesia di Nanzan Gakuen Training Center, Nagoya, Jepang. Vol. 10. No. 11. 2007.

Anggaira, Aria Septi. "Literasi Terkini Dalam Pembelajaran BIPA Pada Era Revolusi Digital." Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang. 2019.

Youtube : https://youtu.be/3KYvTB8VRK0?si=wGLsr2GP2l2uApJ6


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun