Mohon tunggu...
Healthy Pilihan

Fenomena Merokok pada Kalangan Remaja

26 Januari 2019   03:06 Diperbarui: 23 April 2021   16:37 2692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Melihat fenomena merokok oleh remaja (Sumber : daniele levis pelusi via unsplash.com)

Remaja sekarang kerap kali sulit terlepas dari perilaku merokok yang dapat disebabkan dari berbagai macam faktor, baik itu faktor psikososial maupun faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut dapat saling berkaitan satu sama lain jika dilihat dari perspektif yang berbeda namun jika dicari tahu, maka akan menemukan suatu titik temu diantara keduanya. 

Melihat dari segi psikoanalisis yang notabennya mempelajari tentang proses perkembangan manusia khususnya pada beberapa masa pertumbuhan anak tersebut. Hal ini juga tidak dapat terlepas dari peran lingkungan untuk memberikan pengaruh terhadap perilaku sesuai dengan keadaan fisik maupun sosial remaja.

Psikoanalisis juga dikatakan sebagai tahapan perkembangan psikoseksual anak yang dapat memberikan pengaruh perilaku jika nanti anak menjadi dewasa. Lalu, tahap manakah yang terdapat kemungkinan anak akan melakukan perilaku merokok di saat dewasa? Jika menurut teori ini, tahapan tersebut berada pada tingkat oral. 

Oral atau mulut merupakan suatu tahapan yang penting untuk diberikan kepada anak ketika kecil. Kurangnya pemuasan pada tahap inilah yang kemungkinan akan menjadi cikal bakal anak merokok jika nanti sudah remaja. Bukan hanya merokok saja yang dapat memberikan dampak nanti jika anak remaja, namun tindakan alkoholisme, makan terlalu banyak pun juga dapat terjadi.

Mengapa dapat terjadi demikian? Kapan tepatnya waktu penyebab anak bisa merokok? Apakah perilaku merokok dapat dicegah? Apakah suatu tindakan yang salah kah perilaku merokok tersebut? Hal ini terjadi karena kurangnya kepuasan anak dalam memenuhi kebutuhan akan oral ketika kecil. 

Waktu-waktu yang terjadi pun ketika masih sangat kecil, yaitu pada saat anak berusia 4 -- 8 bulan atau sekitar 1 -- 1,5 tahun. Pertama, bagian ini merupakan masa sepenuhnya peresapan oral (complate oral incorporation) dan tumbuh benih-benih cinta dan kepercayaan pada objek yang dikenal pertama kali. 

Kedua, yaitu adanya sadisme oral, dimana bayi sudah bisa memanah dan menggigit. Ada apa saja kah sadisme oral? Introjeksi, identifikasi primer, proyeksi, fiksasi, regresi, dan penolakan. 

Kedua poin inilah yang sekiranya dapat dijadikan acuan dasar dalam mencari sebab mengapa fenomena banyak anak ketika dewasa, khususnya remaja sering kali berperilaku konsumtif dalam hal merokok. Adanya rasa ketidakpuasan ketika kecilah yang menyebabkan merokok kerap kali terjadi ketika anak sudah remaja.

Namun, apakah hanya sebatas teori sajakah yang menyebabkan anak pada usia remaja berperilaku demikian? Kadang kali faktor lingkungan juga menjadi salah satu indikator penting dalam membentuk perilaku manusia. Lingkungan sebagaimana tempat kita untuk mengekpresikan diri, mencari tahu sosok diri yang sebenarnya, serta menjadi tempat belajar yang dapat kita ambil hikmahnya.

Pergaulan juga berperan penting dalam mempengaruhi seseorang menjadi perokok. Pelajar yang tadinya tidak merokok dan dikenalkan serta bergaul dengan teman-teman yang merokok dapat terkena dampaknya, mulai dari asapnya hingga menjadi seorang perokok sungguhan. Bahkan, terdapat stigma jika tidak merokok maka tidak keren. 

Coba lihat saja dari berbagai iklan rokok itu sendiri, apakah dari iklan tersebut menjadikan kita semakin takut untuk merokok atau semakin ingin segera merokok? 

Menurut saya, iklan tersebut hanya menambah hasrat mereka untuk semakin ingin merokok. Seakan-akan pesan yang berada di dalam iklan itu menjadikan citra diri bahwa bagi yang merokok itu keren, berani, hebat, dan lain sebagainya. 

Misalnya seperti "Cowok punya selera", "Go Ahead" jika kita lihat dari kalimatnya saja sudah mengajak masyarakat untuk merokok. Tulisan "Merokok Membunuhmu"  seolah-olah hanya tulisan semata yang tidak memiliki arti penting untuk mengingatkan betapa bahayanya rokok. Gambar-gambar dan dampak dari rokok itu sendiri pun sudah didesain sedemikian rupa, tetapi apa hasilnya? 

Bacaan "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin" hanya sekedar tulisan, gambar pun sama saja. Tidak terlalu memberikan pengaruh besar terhadap perokok tersebut.

 Sebagaimana kasus yang dilansir oleh republika.com bahwa ada bocah yang berusia delapan tahun di Sukabumi kecanduan merokok. 

Suatu fenomena yang memprihatinkan, lantaran bocah yang baru berusia delapan tahun bernama Jujun Juneidi sudah kecanduan merokok sejak beberapa tahun yang lalu.

Informasi yang didapat mengatakan bahwa Jujun setiap harinya menghabiskan dua bungkus rokok dalam sehari, jika tidak dikasih rokok maka Jujun akan kabur dari rumah. Salah satu kasus yang sudah terexpose oleh media, itu pun belum sebanding dengan realita yang terjadi disekitar masyarakat kita. 

Namun, kejadian ini dapat menjadi bahan refleksi diri, sudah berbuat apa saja kah diri ini? Belum dapat memberikan kontribusi yang sebegitu besar untuk masyarakat yang berada disekitar.

Generasi muda, khususnya remaja sudah selayaknya kita jaga sebagai asset generasi penerus bangsa. Peran orang tua menjadi kunci utama dalam membina dan mendidik anak supaya menjadi anak yang memiliki akhlak yang baik serta cinta terhadap bangsa dan negara Indonesia. 

Bukan hanya orang tua saja yang berperan penting, namun semua elemen masyarakat pun memiliki peranan dan kontribusi dalam menciptakan keadaan yang lebih sejahtera, baik itu orang tua, teman, guru , pedagang, masyarakat, maupun pemerintah. 

Perlu adanya aturan serta sanksi yang harus diterapkan bagi pelajar yang diketemukan sedang merokok. Komunikasi yang baik pun sebaiknya kita jaga dengan semua elemen dengan memberikan informasi untuk menghimbau supaya tidak memperjualbelikan rokok kepada pelajar yang masih mengenakan atribut sekolah.

Begitu banyak persoalan mengenai merokok yang jika dibahas sulit untuk menemukan titik temunya, namun bukan suatu hal yang mustahil untuk dilakukan jika terjadi kesinergian diantara para elemen masyarakat tersebut. 

Padahal mudah saja bagi pemerintah untuk menginginkan rakyatnya tidak merokok, maka nanti rokok itu sendiri akan menjadi suatu barang yang "illegal" karena tidak memiliki izin untuk beredar di masyarakat. Namun, apakah akan memberikan pengaruh yang begitu luas? 

Bahkan pengguna rokok pun bukan hanya remaja saja, melainkan ada dari mereka itu adalah para pejabat, direktur, pengusaha, pedagang, dan masih banyak lagi mereka yang menggunakan rokok didalam kehidupannya. Selain itu, bahayanya rokok selain mengganggu kesehatan, juga mempengaruhi terhadap keadaan ekonomi. 

Harga rokok yang lebih mahal dari harga beras bukan menjadi suatu persoalan yang harus diperdebatkan, tetapi bagi pelajar yang belum mempunyai penghasilan untuk membeli rokok akan selalu ada jalan supaya bisa merokok, termasuk mengelabui keluarganya sendiri.

Jika kita teliti bersama,  artikel ini membahas serta mencoba untuk mencari tahu penyebab maraknya fenomena remaja yang merokok dari segi psikososial dan ekologi sosial sebagaimana yang sudah dipelajari di dalam perkuliahan. 

Kesimpulannya adalah, bagaimana anak memenuhi kebutuhan oral dimasa kecil, terutama dalam usia sekitar 4 -- 8 bulan yang mulai tumbuh benih cinta dan kepercayaan pada objek yang dikenal pertama kali, adanya ikatan emosional yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang tua sebagai orang yang dicintai dan disayangi ketika anak masih kecil. 

Faktor lingkungan pun juga memiliki pengaruh dalam membentuk perilaku konsumtif merokok anak, serta banyak dampak negatif lainnya yang didapatkan dari rokok bagi kesehatan, sosial, dan ekonomi dari perokok tersebut. 

Marilah kita jaga dan indahkan lingkungan kita menjadi tempat yang berkualitas, baik itu bebas dari asap rokok ataupun segala perilaku yang diperoleh dari rokok tersebut.

Daftar Pustaka

Taufik, Dede. 2014. Fenomena Rokok di Kalangan remaja.   http://www.kompasiana.com/dedetaufik/fenomena-rokok-di-kalangan pelajar_54f41acf745513982b6c8777. Diakses pada 8 April 2016.

Nasution, Indri Kemala. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja.  http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3642/3/132316815.pdf.txt. Diakses pada 8 April 2016.

Rezkisari, Indria. 2015. Pentingnya Menyadarkan Anak Bahaya Bahaya Rokok. http://gayahidup.republika.co.id/berita/gaya-hidup/parenting/15/04/07/nmdp0w-pentingnya-menyadarkan-anak-bahaya-merokok. Diakses pada 8 April 2016.

Alamsyah, Ichsan Emrald. 2015. Bocah Delapan Tahundi Sukabumi Kecanduan Merokok. http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/01/20/nigyrp-bocah-delapan-tahun-di-sukabumi-kecanduan-merokok. Diakses pada 8 April 2016.

Mulyani, Tri Sulastri Indri. 2015. Dinamika Perilaku Merokok pada Remaja. http://eprints.ums.ac.id/33931/1/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Diakses pada 8 April 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun