Mohon tunggu...
Assya Lintang Pangesti
Assya Lintang Pangesti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

The Liberator: Surat Kabar dari Amerika

23 Januari 2023   04:29 Diperbarui: 23 Januari 2023   04:56 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala surat halaman depan (sumber: bpl.org)

Amerika, sebuah negara adidaya yang juga tidak terlepas atas pasang surut kehidupan bangsanya. Sebelum menjadi salah satu negara yang diakui sebagai super power, Amerika sempat mengalami konflik internal, yakni perang saudara. 

Adapun, penyebab perang saudara tersebut diketahui akibat masalah perbudakan. Perbudakan mula-mula terjadi, karena Amerika pada saat itu yang masih ber-title daerah koloni bangsa Eropa kedatangan orang-orang hitam. Budak orang hitam Afrika pertama dibawa ke Virginia ketika tahun 1619. Meskipun telah bebas dari tangan bangsa Eropa, perbudakan di Amerika ternyata tetap berlanjut.

Benih-benih konflik mulai muncul, seperti lahirnya kritik-kritik terhadap perbudakan yang dimotori oleh kaum abolisionis. Perseteruan mengenai perbudakan memanas pada 1830-an. 

Pergerakan abolisionis yang menentang perbudakan perlahan bersifat agresif dan terang-terangan. Hal itu terlihat sejak William Lloyd Garrison menerbitkan koran The Liberator pada 1 Januari 1831. 

Sewaktu bertugas selaku asisten Lundy, ia melihat kengerian perbudakan serta perdagangan budak secara langsung. Pengalaman demikian mendorong Garrison agar memperjuangkan hak-hak orang hitam yang masih terbelenggu dengan perbudakan.

Garrison pada artikel pertama menyatakan, “akan sama keras sebagaimana kebenaran dan tanpa berkompromi seperti keadilan”. Pidato yang ditulis dengan meledak-ledak itu menegaskan niat Garrison untuk menggunakan kertas dan suaranya dalam rangka menghapus perbudakan. 

"Saya sungguh-sungguh— saya tidak akan berdalih/mengelak—saya tidak akan mundur sesenti pun—dan saya akan didengar...." (Rohbarch, 2002). Garrison pula berharap The Liberator dapat berperan sebagai media atau pers yang mampu menyuarakan kepentingan mereka (Jacob, 1971). 

Artikel pertama memiliki empat halaman dengan tiap halamannya berisi 4 kolom serta berukuran 14 x 9,25 inci, tetapi sejak 4 Maret 1837 diperluas menjadi 16 x 23 inci. Bagian atas halaman awal terdapat tulisan “The Liberator” yang dicetak tebal dan berhuruf kapital. Biaya langganan (subscribe) terhadap The Liberator ialah dua dolar per tahun (Cain, 2014). 

Tahun-tahun awal penerbitan The Liberator cukup mengalami kesulitan. Setelah beberapa organisasi dan masyarakat berkulit hitam memanfaatkan kolom The Liberator, koran semakin berkembang serta menarik banyak perhatian (Jacob, 1971). The Liberator sendiri terbit setiap minggu.

The Liberator berisi tentang pertemuan dan kegiatan anti-perbudakan, mengkritik tulisan dari pendukung perbudakan, meninjau literatur anti-perbudakan, hingga melaporkan update terbaru terkait tindakan pemerintah federal perihal perbudakan. Orang-orang yang berkontribusi dalam The Liberator terdiri atas kaum abolisionis baik putih maupun hitam. Tidak hanya berbicara pasal perbudakan, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun