Mohon tunggu...
Assrun Nidhom
Assrun Nidhom Mohon Tunggu... Penulis - Sastrawan

Seni sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kumpulan Puisi Karya Assrun Nidhom SR

20 April 2020   16:49 Diperbarui: 20 April 2020   16:52 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

~Aku Melihatmu~
Lembayung senja meracik syair
Pangeran muntahkan butiran mutiara
Garis bujur merahitupun tiada duanya
5 detik yang lalu aku bertanya kepada sang waktu
Mengapa kehidupan selalu menghadirkan kegelisahan?
Diapun berhujjah, sebab engkau tak faham tujuan hidupmu
Aku lalu bertanya
Apakah aku faham tujuan hidupku?
Dia sang waktu lalu berujar
"Aku hanyalaah waktu tempat Tuhan menyimpan semua rahasia-Nya. Itupun jia Ia masih percaya padaku, Aku tak bisa membantumu memaknai tujuan hidupmu"
Aku bertanya lagi
"Mengapa Aku dan Kamu tak bisa memaknai hidup?"
Sang waktu menjawab
"Sebab dirimulah yang mengabaikan Aku"
Lantas apakah tujuan hidup itu wahai waktu?
Di tersenyum sembari merapikan kerah bajuku.....
a.nidhom SR


~Kekuasaan-MU~
Hari ini tepat jam 6 pagi
Telah kudengar seruan atas kekuasaan-Mu
Tulang, daging dan darah hamba-Mu
Sebagai pertanyaan atas kekuasaan-Mu
Langit timur cerah tak berawan
Suara menara terdengar nyaring
Beton-betonpun akan ditanam
Doa sang watu untuk para sesepu-sesepuhku
Sang guru berfatwah
"Orang bodoh bderiman terhadap hawa nafsunya. Orag bertaqwa orang yang beriman terhadap akal dan hatinya"
Akhir kata semua tentang kekuasaan-Mu.....
a.nidhom SR

~Tak kunjung jua
Disaat benih-benih kacang tumbuh subur
Raja semut keluarkan titah bijaksana untuk para anteknya
Kelereng menggelinding ke atas
Dedaunan jatuh tak berarah
Suara burung saling bersautan
Akupun tak kunjung bertemu dengan Dia
Jati yang mana....
Yang harus Aku bawa pulang sebagai bekal menghadapMu?
Hanya sebuah potret jiwa yang kulampaui
Bahwa kita masih sama menjadi manusia biasa.....
a.nidhom SR

~Tanyaku~
Aku bertanya pada dedaunan tentang cinta
Dedaunan menjawab, adanya diwajah semesta
Aku bertanya pada hati tentang rindu
Butir tasbih menjawab, adanya diatas sajadah
Aku bertanya pada angin yang berhembus tentang Tuhan
Hembusan angin menjawab,
Adanya pada diri dan hati masing-masing
Engkau adalah putri duyung tawananku
Putri duyung dengan suara merdu lembut bagai angin laut......
a.nidhom SR

~Gubuk Senja~
Tak ada yang beda  sejak kau sapa aku dibalik kumuh ujung gang itu
Semut laba-laba menri diujung ubunku
Lalu...kau tunjukan aku
Bahwa seranggadisela dinding itu tidak satu
Berkerumun...
Kemudian sepersekian detik menyambut dengan senyum merdu
"Maka itulah Kamu, Dia, dan Aku"
Dia bilang jangan pernah berkata sudah
Teruskanlah...
a.nidhom SR

~Marhabban Ya Ramadhan~
Mungkin aku butuh kemarau bulan mei
Mengeringkan lumpur hatiku yang berkerlinagn dosa
Aku meracik kemarauku sendiri
Berlaksa kelakuan membawaku pada hitam
Aku Cuma faham ritual pemujaan nafsu
Setidaknya kerlingan air mata ibu
Jernihkan beberapa kebegoanku
Katnya...
Pujangga mampu jernihkan kata dari lubang kemaluan sastra,
Berabad silam punbergelimang dosa
Puisi Cuma kamuflase hati purba
Aku hampir tenggelam sepenuhnya
Lumpur dosa pekat ini kian lekat
Kemarau bulan mei mungkin solusi
Katanya simbah "Angin bukan eksakta, harapan tetap menyala, matematika ditolak Dia" sang putri kahyangan.....
a.nidhom SR

~Malamku Penuh dengan Tanda Tanya~
Teruntuk 77 mata rasa, kisah-kisah kenduri menari dalam puisi
Malamku sunyi
Malamku sepi
Tiada bulan tiada pelangi
Hanya ada satu bintang disudut barat daya
Panggilan itu datang kembai
Dengan cigaret dan ketulusan pahitnya kopi
Dengan satu dua tiga nyanyian ghaib
Malamku penuh dengan tanda tanya
Sumber cinta itu menarik hatiku
Tapi....imajinasi mematahkan langkahku
Cakrawala...aku bodoh, aku lumpuh
Sepi tafsir kunomakrifat jadul
Aku percaya jika maulana masih bersama
Tak akan pernah tinggalkan kekasihnya
Tuhan.. kini aku  sadar
Bahwa cinta masih diatas segalanya...
a.nidhom SR

~Mesrahnya kelicikanmu~
Aku pandang langit bara
Tampak jelas tanpa redupan yang menyertainya
Kulihat dedaunan sungguh elok dipandang mata
Aurora.....
Sekian lama Aku baru melihatmu tersenyum
Sungguh dan sungguh
Sejak zaman bahuela hingga kini
Sang mentari tak pernah henti mengelilingi bumi, Caping-caping pelindung diatas singgahsanah, aman bumi nusantara...
a.nidhom SR

~Sang Pujangga~
Jauh melampaui tidakann yang sala dan benar
Terdapatsebuah tempat
Aku akan menemuimu disana
Tatkala jiwa berbaring diatas rerumputan
Maka dunia terlalu penuh untuk dibicarakan
Sepasang kekasih tidak pada akhirnya bertemu disuatu tempat
Mereka sebenarnya telah ada dalam dirisatu sama lain selama ini
Jangan berduka....
Apapun yang hilang darimu
Akan kembali lagi dalam wujud yang lain
Anda dilahirkan dengan sayap
Mengapa lebih suka merangkak menjalani hidup
El rumi....
a.nidhom SR

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun