Sebagai informsai tambahan, meskipun usianya sudah cukup senja. Si nenek masih sering bekerja membantu warga  saat panen di kampungku. Ia pun biasa menerima upah harian dari warga yang dibantu. Ia memang terkenal di kampungku sebagai pribadi yang pekerja keras.
Di tengah asyiknya obrolan mereka, kulihat gerak-gerik si nenek terlihat aneh. Si nenek tiba-tiba memperlambat jalannya. Ibuku yang sedang asyik mengobrol dengan ibu-ibu yang lainnya tak menyadari hal itu.
'Mengapa si nenek memperlambat jalannnya?' begitu pikirku saat itu. Karena memperlambat jalannya, akhirnya ada jarak diantara ibu-ibu yang asyik mengobrol dengan si nenek. Karena tak menyadari keberadaanku, Saya yang berjalan di belakang mereka pun akhirnya berada cukup dekat dengan si nenek, sekitar satu langkah kakiku. Saya pun akhirnya memutuskan berhenti.
Tak kusangka si nenek pun ikut berhenti. Jujur saja saat itu, saya cukup kaget. 'Mengapa si nenek ikut berhenti?" tanyaku dalam hati saat itu. Sesaat kemudian kulihat si nenek mengangkat sedikit kaki sebelah kanannya lalu sejurus kemudian terdengat suara
'Preeeeeeettttt....preet.....preet'
Suara itu terdengar cukup nyaring memecah kesunyian dinihari saat itu. Tetapi karena jarak yang cukup jauh, sepertinya ibuku dan teman ngobrolnya tak mendengar suara itu. Sedangkan aku yang berdiri di belakang si nenek hanya tertegun mendengar suara yang tak asing itu. Sepertinya pagi itu si nenek masuk angin
Sesampainya di rumah, aku pun menceritakan kejadian itu kepada ibuku. Setelah mendengar kejadian yang baru saja menimpaku, ibuku pun tak sanggup menahan tawanya. Sambil tertawa ia berkata kepadaku,
"Berkah itu nak" saya pun ikut tertawa mendengar ucapan ibuku itu.
Sejak saat itu, setiap kali pulang dari masjid dan berpapasan dengan si nenek. Saya selalu berusaha menjaga jarak dengannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H