Mohon tunggu...
Yulianto
Yulianto Mohon Tunggu... Penerjemah - Menulis saja

Menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Kalap Belanja Makanan, Awas Kamu Sedang Emotional Eating!

2 Mei 2020   23:00 Diperbarui: 2 Mei 2020   23:36 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak tergiur melihat beraneka jenis jajanan buka puasa di atas? Apalagi melihatnya secara langsung dalam kondisi perut kelaparan sambil sekelabatan mencium nikmatnya aroma makanan tersebut saat berbelanja di pasar. Lalu karena ingin merasakan semua makanan tersebut, terkadang seseorang lupa diri kemudian memborong makanan tersebut untuk disantap saat buka puasa.

Mungkin hampir semua orang pernah merasakan pengalaman itu, kalap saat berbelanja makanan untuk buka puasa. Sayangnya setelah sampai di rumah, makanan yang sudah terlanjur diborong itu malah seringkali tak habis dimakan. Kebiasaan ini memang sering terjadi terutama di bulan Ramadan. Lalu mengapa banyak orang yang sering melakukan kebiasaan itu? Bisa jadi karena mereka sedang terkena Emotional eating.

Apa itu emotional eating?

Secara sederhana, emotioanal eating dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang memiliki keinginan makan yang berlebihan. Kondisi ini dapat muncul saat seseorang mengalami hari-hari yang sulit. 

Stress adalah salah satu pemicu munculnya kondisi tersebut. Selain itu, berpuasa juga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk dapat memunculkan kondisi emotional eating pada seseorang. Keadaan sulit yang dirasakan saat perut kelaparan adalah salah satu pemicu seseorang melakukan emotional eating.  .

Untuk membalas kondisi sulit tersebut, seseorang biasa menjadikan makan banyak sebagai pelampiasannya. Hal inilah yang juga sering terjadi pada orang yang berpuasa. Setelah cukup lama menahan lapar dan dahaga, kalap saat berbuka adalah bentuk pembalasannya. Bahkan di kalangan masyarakat sering kita mendengar istilah 'balas dendam' untuk menggambarkan kegiatan makan berlebihan yang dilakukan seseorang saat berbuka puasa.

Apakah emotional eating baik dilakukan?

Jawabannya tentu saja tidak, segala yang berlebihan tidaklah baik dilakukan, temasuk emotional eating. Seperti dijelaskan dalam publikasi Harvard Health Publishing, meskipun emotional eating dapat mengatasi hari-hari sulit dengan memberikan kesenangan dan kepuasan kepada orang yang melakukannya. Tetapi sayangnya ada resiko jangka panjang yang membayangi orang yang melakukan kebiaasaan ini, khususnya terhadap kesehatannya. Kelebihan berat badan adalah salah satu diantara resiko tersebut.

Apalagi jika kebiasaan ini dibiarkan terjadi selama bulan Ramadan, bayangkan saja berapa banyak gula dan makanan tidak sehat yang akan dikonsumsi saat berbuka puasa jika emotional eating dilakukan. Pada akhirnya, bukannya tubuh sehat yang didapat saat berpuasa tapi justru sebaliknya.

Bagaimana cara menghindari emotional eating?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun