Dini hari kala itu, seperti biasa, sebelum berangkat kerja kusempatkan menikmati segarnya udara di pagi . Terkadang jika sedang iseng, kusempatkan mengambil beberapa potret keindahan pemandangan pagi di desaku. Kalian bisa juga menikmatinya juga, salah satu potretnya ada di atas.
Entah  mengapa pagi itu, tak seperti biasanya pikiranku mengelana. Ia sibuk mengulang kembali memori beberapa hari belakangan ini. Memori yang kemudian membuat hati tiba-tiba merasa sendu. Padahal harusnya hari itu aku bahagia, Ramadan sudah beberapa hari berlalu , puasa dan ibadahku Alhamdulillah masih tetap lancar. Tetapi tetap saja sepertinya sendu  ingin berjumpa denganku pagi itu.
Ya meskipun aku bahagia masih bisa berjumpa dengan Ramadan kali ini. Tetapi ada yang hilang dari Ramadan itu sendiri kali ini. Aku menyadari beberapa waktu  lalu saat melakukan rutinitasku berangkat ke kantor yang jaraknya puluhan kilo dari rumahku.
Ramadan kali ini beberapa masjid yang sering ku kulalui saat pergi dan pulang dari kantor sementara mati suri. Padahal harusnya Ramadan adalah waktu dimana mereka tak tertidur. Mulai dari pagi hingga ketemu pagi lagi.
Seperti masjid ini misalnya. Saban pagi setelah musalla di dekat rumahku, masjid ini yang pertama kali kulewati saat berangkat ke kantor. Beberapa kali sempat aku singgah beribadah disana. Biasanya, setiap dini hari sehabis salat subuh, banyak warga yang tinggal bertafakur disana. Tapi beberapa hari belakangan ini, kulihat masjid itu sepi.
Begitupun dengan masjid ini, salah satu masjid yang paling sering kukunjungi. Masjid dengan interior indah ini menjadi sepi di Ramadan kali ini. Padahal dahulu, setiap aku melewatinya di pagi hari, selalu terdengar lantunan ayat suci dari orang yang sedang mengaji di dalamnya. Kadang juga terdengar tawa riang anak-anak yang sedang bermain selepas belajar mengaji melalui pembesar suara yang kadang suka lupa dimatikan oleh penjaga masjid.
Masjid ini pun ikut mati suri di bulan Ramadan tahun ini. Padahal dahulu setiap menjelang dhuhur, parkiran masjid ini selalu sesak dipenuhi oleh kendaraan orang-orang yang ingin beribadah.Terlebih saat bulan Ramadan, hampir setiap hari masjid ini tak pernah sepi, selalu saja ada warga yang datang mengunjunginya untuk beribadah. Tapi kini saat dhuhur menjelang, tak ada lagi barisan kendaraan yang antri di parkiran mesjid ini. Bahkan sempat suatu kali, kulihat pagar mesjid in digembok.
Tak jauh beda dengan masjid sebelumnya, masjid yang punya kenangan tersendiri bagiku ini juga kini menjadi sepi. Beberapa Ramadan lalu di suatu sore saat waktu berbuka puasa telah berlalu beberapa menit, aku singgah di mesjid ini untuk salat sekaligus membatalkan puasa. Saat itu, sudah tak ada lagi hidangan buka puasa yang tersisa yang biasa disediakan pengurus masjid. Pengurus masjid sudah membagikannya ke jamaah. Saat itu, aku pun berniat membatalkan puasa dengan air keran masjid karena kulupa membeli camilan untuk berbuka. Tak kusangka, hari itu ada seorang asing yang rela memberikan hidangan puasa miliknya, yang tadinya sengaja ia simpan untuk dibawa pulang. Tapi kini, setiap menjelang waktu berbuka tak ada lagi keramaian di masjid ini.
Yang terakhir ini adalah tempat ibadah yang paling sering kukunjungi. Wajar saja begitu sebab musalla ini berada sangat dekat dengan rumahku. Sama nasibnya dengan masjid lainnya, musalla ini pun kini sepi. Padahal di malam-malam Ramadan tahun sebelumnya, musalla ini selalu dipenuhi sesak jamaah yang ingin beribadah, mulai dari bocah hingga lansia.Dahulu juga setiap malam  musalla ini selalu hidup oleh aktivitas anak-anak yang berlomba. Tetapi kini masjid ini pun sementara mati suri.
Entah sampai kapan akan seperti ini. Tetapi semoga keadaan akan segera membaik dan masjid-masjid di atas juga masjid dimanapun itu akan kembali hidupdan menghiasi malam-malam Ramadan berikutnya.
Amiinn Allahumma Amiiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H