Mohon tunggu...
Yulianto
Yulianto Mohon Tunggu... Penerjemah - Menulis saja

Menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Film

Menikmati Pahitnya Cinta Bersama Film "Rectoverso"

22 Februari 2019   23:46 Diperbarui: 23 Februari 2019   00:19 2053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita cinta yang pahit yang ditawarkan film ini lebih enak direnungkan daripada cerita cinta yang manis-manis saja.

Rectovero adalah film yang saya rekomendasikan untuk dapat dinikmati di bulan perayaan cinta tahun ini. Mengapa saya memilih Rectoverso? alasannya adalah karya ini menawarkan kisah cinta yang berbeda.

Sejak pertama kali dirilis di tahun 2008, saya sudah jatuh hati dengan karya hibrid dari Dewi Lestari ini. Bagi saya, Rectoverso menawarkan sajian karya sastra yang berbeda. Perkawinan antara kisah dan lagu yang ditawarkan Dee (sapaan akrab Dewi Lestari) dalam Rectoverso memberikan pengalaman baru yang menarik dalam menikmati sebuah karya sastra. Tema yang diangkat Dee dalam karyanya ini pun sungguh menarik perhatian, yaitu cinta yang tak terucap.

Karya ini kemudian diadaptasi ke dalam sebuah film oleh Keana Production di tahun 2013. Dalam penyajiannya, film Rectoverso pun dibuat dengan unik tak seperti film Indonesia bertemakan cinta pada umumnya. Dari 11 kisah di dalam Rectoverso, dipilih 5 kisah untuk divisualisasikan ke dalam layar lebar.

Uniknya, Rectoverso versi layar lebar pun seluruh kisahnya disutradai oleh wanita, sesuai dengan karakter yang mendominasi di dalam versi bukunya. Ada Marcella Zalianty, Rachel Maryam, Cathy Sharon, Olga Lydia dan Happy Salma. Film ini pun disajikan dalam bentuk omnibus. Walaupun disajikan ke dalam bentuk omnibus, masih terdapat keterkaitan tema dari kelima kisah tersebut sehingga para penonton akan dapat menikmati film Rectoverso dengan baik.

Sinopsis

MALAIKAT JUGA TAHU

Abang (Lukman Sardi) setiap hari membantu ibunya (Dewi Irawan) mengurus kos-kosan. Di tengah kesibukannya, Abang ternyata diam-diam jatuh hati kepada Leia (Prisia Nasution), salah satu anak kost yang memberinya perhatian lebih. Namun kehadiran Han (Marcell Domits), adik Abang justru menarik perhatian Leia.

Sejujurnya bagi saya, kisah ini paling memikat hati diantara keseluruhan cerita yang disajikan di dalam film Rectoverso. Melalui skrip yang dibuat Ve Handojo, Marcella Zalianty mampu mengarahkan sekaligus mementaskan kisah yang mampu membuat penonton turut larut di dalam kisah cinta Abang. 

Kepiawaian Lukman Sardi memerankan karakter Abang dengan segala kecermatan dalam menunjukkan simbol serta pendalaman rasa yang luar biasa mampu membuat penonton seolah turut merasakan kesakitan yang ia rasakan.

Terlebih lagi, lagu Malaikat Juga Tahu yang dibawakan Glenn Fredly di akhir film sekaligus akting Dewi Irawan dan Prisia Nasution sukses membuat penonton turut merasakan rasa heartbreaking yang luar biasa.

FIRASAT

Sebuah trauma membuat Senja (Asmirandah) bergabung ke dalam "Klub pertanda" yang dipimpin oleh Panca (Dwi Sasono), seorang lelaki kharismatik yang memiliki ketajaman intuisi sama seperti Senja. Bersama anggota lainnya, mereka berkumpul setiap minggu untuk berbagi cerita dan menelusuri segala pertanda. Kebersamaan itu pun mencuatkan sebuah pertanda buruk yang dirasakan oleh Senja atas rencana kepergian Panca mengunjungi ibunya yang sakit.

Sebuah kisah unik yang disajikan bersama lagu yang unik pula, Firasat. Dengan sajian lagu yang indah dengan diksi yang kuat, perpaduan antara lagu, skrip cerita oleh Indra Herlambang serta penyutradaraan Rachel Maryam membuat sajian kisah ini cukup memiliki kesan yang unik bagi saya. Meskipun tak terlalu spesial namun chemistry yang dibangun Asmirandah dan Dwi Sasono terasa cukup natural. Tak lupa ada penampilan Widyawati dalam kisah ini.

CURHAT BUAT SAHABAT

Kisah cinta ini sepertinya pernah dialami oleh banyak orang. Sebuah kisah berbalut pertemanan dari Amanda (Acha Septriasa) dan Reggie (Indra Birowo) yang sudah terjalin begitu lama. Di tengah kalutnya Amanda mencari cinta yang ia harapkan, Reggie selalu hadir mendampinginya dalam berbagai keadaan. Pada akhirnya Amanda baru menyadari bahwa rasa cinta yang selama ini ia cari justru berada sangat dekat dengannya.

Disutradarai oleh Olga Lydia dan skrip Ilya Sigma -- Priesnanda Dwi Satria, bagi saya cerita ini urutan kedua paling menarik setelah Malaikat juga tahu. 

Simbol-simbol cinta serta flashback yang ditampilkan dalam kisah ini mampu menggambarkan dengan sempurna hubungan di antara dua karakter utama dalam kisah ini. Lagu yang dinyanyikan oleh Acha Septriasa bersama penampilan khusus Tohpati juga sukses menunjukkan makna ketulusan dari sebuah cinta.

CICAK DI DINDING

Di sebuah bar, seorang pelukis muda introvert, Taja (Yama Carlos) bertemu dengan Saras (Sophia Latjuba), wanita dengan tato cicak yang merubah hari-hari Taja. Sayangnya, Saras tiba-tiba menghilang begitu saja dari kehidupan Taja. Hingga pertemuan mereka kembali membuat Taja menyadari betapa pentingnya kehadiran saras di dalam hidupnya.

Disutradarai oleh Cathy Sharon dan skrip oleh Ve Handojo, 'Cicak Di Dinding' mampu menampilkan tema lust and love dengan sempurna melalui kisah Taja dan Saras dibalut sinematografi yang ciamik dari Yadi Sugandi.

HANYA ISYARAT

Lima orang backpackers (Fauzi Baadila, Rangga Djoned, Hamish Daud, Kims & Amanda Soekasah) berkumpul dan melakukan sebuah permainan di sebuah cafe kecil di pinggir pantai. Semua karakter memiliki motivasi berbeda di balik kegemarannya bertravelling. Namun ada kisah berbeda yang disembunyikan oleh karakter yang diperankan oleh Amanda Soekasah.

Disutradarai oleh Happy Salma dan skrip dari Key Mangunsong, Hanya Isyarat tampil dengan kekuatan dialog yang sangat puitis.

Bagi saya, adaptasi buku Rectoverso ke dalam karya layar lebar berhasil dilakukan dengan sangat baik. Kelima sutradara juga mampu menyajikan masing-masing kisahnya dengan sangat menawan. Lagu-lagu yang ditulis Dee dalam film ini pun mampu semakin menenggelamkan para penonton untuk larut dalam lima kisah yang disajikan film rectoverso.

Tak lupa, editing yang dilakukan oleh Cesa David Lukmansyah dan Ryan Purwoko untuk menyatukan lima kisah ini ke dalam karya layar lebar dilakukan dengan sangat rapih. Perpindahan adegannya tak terkesan kaku. Penyatuan kisah-kisah dalam adegan-adegan di film ini pun mampu membawa penonton ke dalam perasaan patah hati yang klimaks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun