Mengingat masa kecil tentu akan mengundang banyak sekali kenangan. Mulai dari kenangan yang menyenangkan sampai kenangan yang memalukan. Apalagi masa kecil di bulan ramadan, banyak sekali kenangan yang berbekas di kepala setiap orang tentang masa kecilnya di bulan ramadan.Â
Bagi saya, ada banyak cerita yang berkesan semasa kecil di bulan ramadan. Akan tetapi, tentu saja ada cerita yang paling berkesan di antara semuanya, berikut ini adalah lima cerita masa kecil yang paling berkesan tentang bulan ramadan bagi saya,
1. Mengisi buku amaliah ramadan
Salah satu kegiatan yang paling tak bisa kulupakan saat masih kecil di bulan ramadan adalah mengisi buku amaliah ramadan. Buku ini adalah tugas yang diberikan sekolah selama bulan ramadan. Dahulu, sekolah selalu libur di saat bulan ramadan. Oleh karena itu, buku ini seakan menjadi pengganti tugas sekolah yang libur itu.Â
Ada banyak yang harus diisi di dalam buku ini, seperti jumlah puasa yang dilaksanakan, jumlah surah pendek yang dihafal, serta siapa nama penceramah di setiap malam tarawih yang harus dibuktikan dengan tanda tangannya. Terkadang demi terlihat hebat dari teman lainnya.Â
Beberapa teman berani menuliskan surah pendek yang sebenarnya belum ia hafal di buku amaliah ramadannya. Ketika kami mencoba mengetes hafalan teman itu, ia buru-buru mencari alasan untuk menghindar. Selain itu, berburu tanda tangan penceramah adalah bagian yang paling seru ketika mengisi buku amaliah ramadan. Seringkali demi mendapatkan tanda tangan penceramah lebih cepat dari teman lainnya, saya dan teman harus saling dorong untuk mendapatkan tanda tangan.
2. Jalan-jalan subuh (JJS)
Sewaktu kecil, jalan-jalan subuh merupakan alasan yang membuat saya dan teman-teman bersemangat menghadiri shalat subuh di mushalla. Dahulu, tak ada anak-anak yang dibiarkan orangtuanya mengendarai motor sendiri. Oleh karena itu, masih banyak anak-anak yang suka berjalan kaki. Apalagi di bulan ramadan setelah shalat subuh selesai, jalanan akan dipenuhi anak-anak yang sedang jalan-jalan subuh. Biasanya jarak yang ditempuh selama berjalan kaki lumayan jauh, totalnya bisa sampai tiga kilometer.
Selama di jalan, kami dapat bertemu dan mengobrol dengan anak-anak dari kampung tetangga. Kami juga akan mengunjungi ruang publik seperti lapangan dan menyalakan kembang api disana. Walaupun jarak yang ditempuh ketika jalan-jalan subuh lumayan jauh tetapi kegiatan ini tetap terasa menyenangkan bagi kami. Biasanya, pulang dari jalan-jalan subuh kami akan tidur sampai melewati waktu dhuhur. Tak jarang kami dimarahi oleh orangtua sebab tidur terlalu lama.
3. Berburu takjil di mushalla
Di kampungku dahulu, anak-anak sangat menantikan waktu berbuka puasa di mushalla, termasuk aku. Sejak dulu sebelum aku lahir, sudah menjadi kebiasaan masyarakat di kampungku untuk melakukan kegiatan berbuka puasa bersama di mushalla. Setiap warga akan bergantian menyiapkan menu berbuka puasa, Nah, melalui momen berbuka puasa bersama inilah, saya dan teman-teman dapat menikmati beragam menu buka puasa yang berbeda setiap harinya.Â
Tak jarang kami dengan sengaja menyiapkan beberapa kantong plastik dari rumah sebagai wadah untuk menyimpan kue yang berlebih di mushalla yang akan kami bawa pulang ke rumah untuk dinikmati setelah shalat tarawih.
4. Lomba keagamaan di mushalla
Sudah menjadi rutinitas semasa kecilku di bulan ramadan bahwa remaja mesjid akan mengadakan berbagai macam perlombaan keagamaan untuk mengisi malam-malam di bulan ramadan. Lomba yang biasa dilaksanakan adalah lomba adzan, lomba menghafal doa harian, menghafal surah pendek dan lomba shalat. Waktu kecil, saya sangat menyukai kegiatan ini.Â
Saya dan teman-teman biasanya akan berlatih dengan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan diri mengikuti setiap item lomba. Kami biasa berlatih dimana saja, di rumah, di pos ronda, atau bahkan di empang. Dahulu, saya sempat menjadi juara 1 lomba adzan di kampungku.
5. Bermain meriam bambu & bola api
Tak seperti anak di zaman sekarang yang telah memiliki beragam permainan di gawainya. Dahulu, permainan elektronik sangat susah ditemukan. Permainan yang kami miliki di masa kecil lebih bersifat konvensional, terbuat dari bahan-bahan alami di sekitar tempat tinggal kami. Meriam bambu dan bola api adalah dua permainan khas di bulan ramadan di masa kecilku dahulu.Â
Biasanya, para orangtua akan membantu kami membuat meriam bambu dan bola api. Mereka juga yang akan mengawasi kami memainkan permainan ini. Meriam bambu hanya dibuat dengan sebuah bambu berongga besar.Â
Bola api sendiri dibuat menggunakan tanah liat yang dibentuk menjadi bola dan disiram minyak tanah. Sehabis shalat tarawih merupakan saat terbaik yang biasa kami gunakan untuk memainkan kedua permainan ini.
 Itulah beberapa cerita ramadan yang paling berkesan di masa kecilku. Cerita-cerita itulah yang memberikan warna dan kenangan indah di masa kecil yang selalu membuatku mengingatnya kembali ketika berada di bulan ramadan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H