Mohon tunggu...
Yulianto
Yulianto Mohon Tunggu... Penerjemah - Menulis saja

Menulis saja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Waspada "Phubbing", Fenomena Sosial Penghancur Hubungan

19 Mei 2018   08:12 Diperbarui: 19 Mei 2018   08:19 3124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gawai mendekatkan yang jauh menjauhkan yang dekat. Begitu aksioma yang kini sering terdengar di masyarakat. Di era penggunaan gawai yang masif, bersosialisasi tak lagi hanya sebatas pertemuan bertatap muka belaka. Kini, trend yang lebih menarik bagi masyarakat adalah berinteraksi lewat media sosial. 

Jika di analogikan sebagai dunia, penduduk media sosial lebih berisik dari pada penduduk di dunia nyata. Kelebihan media sosial yang mampu menjangkau orang yang sangat jauh sekalipun memang menjadi daya tarik utama masyarakat kekinian berbondong-bondong meramaikan dunia maya. 

Namun, selalu ada konsekuensi dari setiap perubahan. Mengikisnya kesadaran tentang pentingnya berinteraksi dengan orang-orang di dunia nyata adalah salah satu konsuekuensi yang terjadi akibat masifnya penggunaan media sosial. Fenomena sosial yang buruk pun tercipta, salah satunya Phubbing.

 Asal-usul Phubbing

Istilah phubbing kembali viral belakangan ini. Istilah ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru di era digitalisasi informasi. Sejak transformasi telepon genggam menjadi telepon pintar (smartphone), kebiasaan sibuk sendiri dan tidak menghiraukan lawan bicara mulai berjangkit di masyarakat/.

Berawal dari sebuah Kampanye untuk menghentikan phubbing oleh sebuah agensi periklanan bernama McCann pada tahun 2012. Kata ini kemudian menjadi ramai diperbincangkan setelah berbagai media menyebarkannya ke seluruh dunia. Setelah itu istilah phubbing resmi didaftarkan dalam kamus Macquarie. Sempat beberapa tahun tak terdengar, kata ini kembali banyak diperbincangkan

Kata phubbing kembali mengemuka ke permukaan setelah munculnya studi yang dilakukan oleh Dr James Roberts dan Dr Meredith David dari Baylor University di Texas, seperti dikutip dari Dailymail. 

Studi ini menunjukkan fenomena Phubbing yang terjadi sekarang ternyata cukup memprihatinkan karena dilakukan ketika momen kebersamaan terjadi, baik ketika berkumpul dengan pasangan atau ketika berkumpul dengan sahabat maupu kerabat. Berdasarkan uji coba yang dilakukan kepada 143 individu, sebanyak 70% individu tidak bisa lepas dari telepon genggamnya dan melakukan phubbing. Sedangkan 450 responden yang menjadi korban phubbing, 46% diantaranya menjadi korban dari pasangannya sendiri.

Bahaya Phubbing

Fenomena Phubbing kebanyakan dipicu oleh maraknya media sosial dan keinginan besar seseorang untuk eksis. Interaksi sosial melalui media sosial yang menyenangkan membuat banyak orang yang kecanduan olehnya. Keinginan yang besar untuk membagikan kegiatan keseharian agar diperhatikan orang banyak adalah salah satu aktifitas dominan dalam dunia media sosial. Kecanduan atas keinginan ini membuat pengguna medsos terasing dari dunia yang sebenarnya (alienasi).  

Fenomena Phubbing sebenarnya tidak menjadi masalah jika hanya dilakukan sekali dua kali. Namun, fenomena ini berubah menjadi berbahaya jika dilakukan berkali-kali terutama saat berkumpul bersama sahabat maupun kerabat. Dalam situasi seperti tu, phubbing akan dapat merusak hubungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun