Mohon tunggu...
Balfa Syehra
Balfa Syehra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Kebijakan Pemerintah

Man Jadda Wajada

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Imam Shalat Tarawih Disuruh Mundur

12 Mei 2020   23:23 Diperbarui: 12 Mei 2020   23:36 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama saya mau menulis, membuka kembali lembaran-lembaran lama yang hampir terkubur. Kembali saya ingat dan berpikir apa ya yang lucu di bulan-bulan ramadhan yang pernah saya alami?

Bulan Ramadhan tak pantas dilucuin guys! (Iklan, kayak lagi stand up comedy)

"Jangan-jangan nggak ada yang lucu," pikir saya.

Apa masa kecil saya kurang bahagia?

Apa masa kecil saya sangat bahagia?

Atau masa kecil saya lurus-lurus aja nggak suka ngejahilin orang?

Jangan-jangan pengalaman anda yang suka masukin petasan ke celana kawannya, jangan-jangan kriminal atau tukang onar?

Hahaha saya jadi ketawa sendiri. Bisa hancur apa yang ada dalam celananya. Hehehe

Terus saya pikir lagi, dulu ngerjain orang masukin petasan ke celana saya sudah alami, tidak makan sahur juga udah ada yang nulis, kenakalan saat tarawih, hampir semua yang saya alami sudah ditulis orang-orang, kisah-kisah saya masa kecil sudah terwakili, jadi apa yang tersisa dari kisah lucu saya? Jangan-jangan sudah disikat habis.

Ada satu rahasia kisah lucu yang belum terwakili.

Mau tahu?

Baca terus ya...

Jangan bosan, ikutin kisahnya.

Penasaran?

Tuh kan penasaran. Lanjut...

Haduh, maaf jadi nunggu lama.

Ups, masih ada yang baca?

Nunggu lucunya?

Maaf ya guys... Bulan Suci Ramadhan Bulan Mulia saling memaafkan ya guys... hehehe

Oiya saya ingat, waktu saya masih kecil saya biasa dijadikan Imam Shalat Tarawih. Padahal umur saya masih sekitar 15 tahun. Masih banyak sesepuh yang suaranya bagus dan akhlaknya yang sangat tinggi.

Setiap saya pulang kampung sudah dipastikan saya didorong ke depan untuk jadi imam.

Suatu ketika, saya nggak enakan sama syaikh-syaikh di kampung yang mungkin mau jadi imam, karena saya ada jadi nggak imam.
 

Saya pun berniat untuk datang telat, pas lagi iqomah dan jamaah sudah berdiri saya malah baru datang.

Taruhlah nama saya Midun.

Tiba-tiba ada suara keras bak petir menyambar dari emak-emak di belakang,

"Si Midun datang, si Midun datang!"

Bapak-bapak pun serentak kaget seperti kena serangan jantung. Menoleh ke belakang dan melihat apa yang sedang terjadi.

Oh si Midun datang rupanya, anak remaja yang suara bacaan Al-Qurannya bagus seperti Imam Mekkah dan juga punya akhlak yang tinggi. Akhirnya semua sepakat menyuruh imam yang sedari awal sudah siap-siap untuk takbir mundur dari tempatnya, kasian jadinya disuruh mundur, akhirnya saya pun disuruh kembali untuk menjadi imam.

Saya nggak habis pikir emak-emak berteriak di dalam mesjid hanya untuk saya yang jadi imam mereka, begitu terharu dan sama sekali nggak kebayang dalam benak saya.

Apalagi ekpresi emak-emak tadi dengan mata melotot bak bola api, yang jari telunjuknya sampai terangkat-angkat bak demo dahsyat. Kebetulan kain penutup atau pembatas makmum laki-laki dan perempuan kurang lebih setinggi satu meter jadi raut wajah mereka terlihat jelas.

Setelah selesai shalat saya pun ke rumah dan menceritakannya ke kedua orangtua saya. Orangtua saya pun terharu dan senang dengan tertawa dengan kisah yang saya alami.

Apa kisah ini pernah Anda alami?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun