Suatu ketika, saya nggak enakan sama syaikh-syaikh di kampung yang mungkin mau jadi imam, karena saya ada jadi nggak imam.
Â
Saya pun berniat untuk datang telat, pas lagi iqomah dan jamaah sudah berdiri saya malah baru datang.
Taruhlah nama saya Midun.
Tiba-tiba ada suara keras bak petir menyambar dari emak-emak di belakang,
"Si Midun datang, si Midun datang!"
Bapak-bapak pun serentak kaget seperti kena serangan jantung. Menoleh ke belakang dan melihat apa yang sedang terjadi.
Oh si Midun datang rupanya, anak remaja yang suara bacaan Al-Qurannya bagus seperti Imam Mekkah dan juga punya akhlak yang tinggi. Akhirnya semua sepakat menyuruh imam yang sedari awal sudah siap-siap untuk takbir mundur dari tempatnya, kasian jadinya disuruh mundur, akhirnya saya pun disuruh kembali untuk menjadi imam.
Saya nggak habis pikir emak-emak berteriak di dalam mesjid hanya untuk saya yang jadi imam mereka, begitu terharu dan sama sekali nggak kebayang dalam benak saya.
Apalagi ekpresi emak-emak tadi dengan mata melotot bak bola api, yang jari telunjuknya sampai terangkat-angkat bak demo dahsyat. Kebetulan kain penutup atau pembatas makmum laki-laki dan perempuan kurang lebih setinggi satu meter jadi raut wajah mereka terlihat jelas.
Setelah selesai shalat saya pun ke rumah dan menceritakannya ke kedua orangtua saya. Orangtua saya pun terharu dan senang dengan tertawa dengan kisah yang saya alami.
Apa kisah ini pernah Anda alami?