Pekarangan ibu Aina Nurjanah seorang guru di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Anggrawati II, menjadi titik berkumpul bagi sebagai warga di Blok Minggu Dusun Cadas, Desa Anggrawati, Kec. Maja, Kab. Majalengka, Jawa Barat.
Kehadiran para warga itu bukan tanpa alasan, mereka tengah menanti nasi liwet matang dalam sebuah kastrol. Nasi liwet telah menjadi suatu hidangan primadona di tengah masyarakat Dusun Cadas. Sehingga tak jarang kerap mendengar celetukan di waktu tengah berkumpul, 'Ngaliwet yuk'
Nyatanya ngaliwet telah menjadi salah satu kebiasaan masyarakat di Dusun Cadas yang tidak bisa terpisahkan. Hal itu disebabkan ngaliwet tidak hanya mampu meredam perut yang keroncongan. Namun lebih dari itu sebagai upaya memperkuat keharmonisan sesama warga di Dusun Cadas.
Bagaimana tradisi ini mangandung nilai tersendiri dalam prosesinya, yang diyakini sedikit besar mampu mempererat hubungan antar tetangga. Itu bisa dirasakan ketika satu sama lain terlibat aktif dalam menghidangkan nasi liwet itu.
Biasanya setiap individu yang terlibat aktif dalam prosesi ngaliwet memiliki peranan masing-masing. Ada yang spesialis perapian, bertugas menyalakan api dalam sebuah tungku. Atau ia yang memiliki dana finansial berlebih bertugas menyokong semua prosesi ngaliwet itu.
Di sini tersirat suatu nilai gotongroyong yang dimiliki ketika hendak memulai suatu prosesi ngaliwet itu. Yang mana hal itu cukup berpengaruh kepada psikologi setiap individunya. Mengingat biarpun tidak ada rule and regulation atau tatacara khusus dalam prosesi itu.
Namun setiap individu yang terlibat merasa terpanggil untuk turut serta membantu berlangsungnya prosesi ngaliwet. Hanya saja perlu untuk diketahui bahwa manusia yang erat kaitannya dengan rasa, maka secara tidak langsung tanpa harus diperintah sebelumnya. Dengan sukarel mau terlibat dalam menghidangkan nasi liwet meskipun ia hanya berperan sebagai seorang peniup api dalam sebuah tungku.
Inilah salah satu keunikan dari sebuah prosesi ngaliwet, yang mana hal itu untuk sekarang ini. Di tengah siatuasi penuh dengan inovasi, prosesi ngaliwet perlahan bergeser fungsinya kearah sesuatu hal yang jauh lebih instan.
Namun yang menjadi suatu perhatian serius adalah bagaimana prosesi ngaliwet mampu menjadi suatu alternatif melawan arus kebudayaan yang cenderung individualisme ini. Yang mana terkesan memaksa makhluk sosial, untuk menarik diri dari hingar bingar pergulatan emosional ketika berinteraksi dengan sesama manusia di dunia nyata.
Telah banyak terlihat bahwa setiap individu biar pun keberadaannya jauh dari keramaian dan hiruk pikuk perkotaan. Namun setiap individu senantiasa dalam gengamannya melekat erat ponsel pintar. Dan benda itu jelas-jelas mampu membawa individu tersebut menjelajah ruang dimensi lain, lantas mengabaikan lingkungan sekitarnya.
Inilah mengapa dengan adanya tradisi ngaliwet, yang secara berkesinambungan masih melekat di tengah masyarakat Dusun Cadas. Maka setidaknya hal itu mampu menciptakan suatu kepedulian pada setiap individu akan pentingnya berbaur dan berinteraksi antar sesama penduduk di Dusun Cadas.