Di sebuah sekolah yang penuh keberagaman, terdapat seorang siswa bernama Adi. Adi adalah siswa yang rajin belajar dan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Namun, meskipun begitu, Adi tidak sombong dan selalu mempraktekkan nilai tawaddhu dalam kehidupan sehari-harinya.
Suatu hari, ketika Adi sedang duduk di kelas, salah satu temannya yang bernama Dika datang terlambat ke kelas. Dika berjalan dengan terburu-buru dan terlihat panik.
Adi: "Dika, apa yang terjadi? Kamu terlihat sangat terburu-buru."
Dika: "Maaf, Adi. Tadi jalanan macet dan saya terlambat."
Adi: "Tenang saja, Dika. Kamu masih sempat untuk mengejar pelajaran yang sudah dimulai."
Dika: "Tapi, gimana dengan kursi yang kosong di depan? Itu tempatmu, kan?"
Adi: "Tidak apa-apa, Dika. Kamu bisa duduk di sana. Saya bisa duduk di sampingmu."
Dika: "Tapi, itu bukan tempatmu. Kamu rajin belajar dan selalu mendapat nilai bagus. Kamu pantas duduk di tempatmu yang seharusnya."
Adi: "Dika, nilai yang bagus bukanlah segalanya. Yang lebih penting adalah sikap dan tawaddhu dalam diri kita. Saya bisa belajar dari sampingmu dan kamu bisa membantu saya kalau ada yang kurang saya mengerti."
Dika merasa terharu dengan sikap tawaddhu yang ditunjukkan oleh Adi. Dika pun mengambil pelajaran dari sikap tawaddhu Adi dan berusaha untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam kehidupan sehari-hari, Adi selalu mempraktekkan nilai tawaddhu dengan cara tidak sombong dan selalu membantu teman-temannya. Dia menyadari bahwa nilai tawaddhu sangat penting dalam kehidupan sosial dan bisa membuat hidup lebih baik.