Semalam, Aku Bermimpi.Â
Iya. Semalam aku bermimpi, mimpi yang selalu saja menjadi realita seperti kemarin-kemarin.Â
Engkau, seperti biasa, kan juga tak mampu mengerti dan memahami, selalu saja begitu seperti kemarin-kemarin.Â
Beda lagi dengan yang semua pahami, mimpi bukan hanya sebagai bunga.
Melainkan sebuah taman nirwana fikiran yang membawa ketenangan dan kebahagiaan insan.Â
Iya. Mimpi semalam sama seperti mimpi kemarin. Menuntun jalan yang tak mampu dilewati akal manusia. Dia terbang mengangkasa melewati langit kehidupan melewati ruh, ruang dan waktu yang fana.Â
Ketika sadar dan mimpi tak lagi bisa dipisahkan oleh realita. Ketika tubuh yang kasar bertemu dengan tubuh yang halus, merangkul dan menyelimuti kegelisahan dan dinginnya dunia.Â
Selimut atau sarung menutupi tubuh yang kedinginan, mencoba untuk melawan ketidak adilan yang dirasa.Â
Aura kasih atau cahaya entah kemana, bagaikan hilang ditelan galaxy yang gemerlapan.Â
Akhirnya kutemui engkau di persimpangan jalan yang tersesat dan terjebak. Bingung untuk berjalan atau sekedar mencari jalan untuk pulang.Â
Maka, kembalilah berselimut mimpi, dan tak perlu bangun lagi.Â
Jika mimpi ternyata lebih indah dari dunia yang sementara.Â
Kembalilah pada pelukan Maha Cinta, yang selalu mencintai dengan kasih sejati.Â
Yang menghubungimu di kala tidur, saat engkau tak lagi sibuk dengan duniamu.Â
Makassar, 21 Desember 2024.
Asrul Sani Abu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H