Jejak Hidup dalam Simfoni Cinta.
Di jalan sunyi kehidupanmu,
Angin mengusap lembut wajahmu,
Menyisakan cerita-cerita yang terukir di langit senja,
Seperti bait-bait puisi yang tersirat dari bibir alam.
Engkau datang dari rahim waktu,
Menjelajah setiap lorong takdirmu,
Terkadang tersesat dalam gelapmu,
Namun selalu ada bintang yang menuntun langkahmu,
Mengiringi jejak-jejak kecilmu menuju cahaya jiwamu
Aku adalah nyanyian yang tak pernah padam,
Sebuah simfoni yang tercipta dari pelukan matahari dan tangis hujan,
Kau mendengarnya di relung terdalam hatimu,
Ketika kesunyian malam membisikkan rahasia tentang makna keberadaanmu.
Di tengah padang pasir kehidupan,
Engkau menemukan oase cinta,
Tempat di mana jiwa bersua dalam keheningan yang penuh makna,
Dan di sanalah engkau mengerti bahkan memahami,
Bahwa cinta adalah jembatan antara bumi dan langit,
Menautkan yang fana dengan yang abadi.
Hidup adalah perjalanan tanpa peta,
Namun bukan tanpa arah,
Karena setiap langkah yang kau ambil,
Adalah bagian dari tarian suci yang menuntunmu untuk pulang.
Pulang ke tempat di mana engkau bukan lagi sekadar tubuh kasat mata,
Tetapi cahaya, suara, dan kisah yang abadi,
Diukir oleh tangan waktu dan cinta,
Di atas kanvas semesta yang teramat luas.
Dan ketika angin terakhir menyapa,
Engkau tak lagi takut,
Karena dalam perjalananmu,
Engkau telah menemukan kebenaran yang terselubung.
Bahwa hidup adalah perjalanan kembali,
Kembali ke Sang Pemilik Segala,
Dengan hati yang penuh cinta,
Dan jiwa yang telah menemukan kedamaian abadi.
ASRUL SANI ABU.
Tangerang Selatan, September 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H