Mohon tunggu...
Asrul Sani Abu
Asrul Sani Abu Mohon Tunggu... Penulis - Author | Entrepreneur | Youtuber

Asrul Sani Abu, S.E., M.M. adalah seorang wirausahawan, penulis buku dan youtuber yang berasal dari Sulawesi Selatan yang berdomisili di Tangerang Selatan. Hobinya dalam menulis menghasilkan beberapa karya tulis yang telah diterbitkan di antaranya:  1. Manajemen Kebahagiaan 2. Novel: Ayat Cinta Sang Pujangga 3. The Masterpiece of Love and Life. 4. Bukan Syair Biasa. 5. Sang Wali 6. Novel: From Sydney to Jakarta. Dan 7. Biografi. Catatan Ngopi Asrul Sani.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan di Kota Makassar

31 Juli 2024   18:32 Diperbarui: 31 Juli 2024   19:20 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, saya menghadiri undangan dari guru besar ibu Prof. Apiaty Amin Syam, yang mengadakan sosialisasi peraturan pemerintah tentang aturan di dunia pendidikan yang masih banyak yang perlu dibenahi dan diperbaiki sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

Dalam sosialisasi yang diadakan di hotel Max One kota Makassar membahas tentang peraturan pemerintah sebanyak 106  pasal di kota Makassar yang membutuhkan banyak perbaikan terutama dalam:

1. Budaya Korupsi. Kejahatan korupsi sekarang sudah masuk ke tahap meresahkan di dunia pendidikan, terutama pada penerimaan peserta didik baru yang banyak dilakukan oleh oknum pejabat di sekolah. Untuk itu perlunya pengawasan dan sidak atau inspeksi mendadak serta layanan pengaduan 24 jam yang responsif dan efektif dalam menyikapi maraknya pungutan liar atau pungli dalam penerimaan anak sekolah

2. Budaya Gadget. Ketergantungan pada gadget, internet atau HP tidak hanya pada orang tua tapi juga anak-anak. Mereka yang sudah lahir di masa digital lebih mudah dan lebih tergantung pada HP sepanjang hari. Ini yang mesti dilakukan edukasi agar HP tidak hanya digunakan untuk menonton semata atau untuk kegiatan hiburan tapi juga diseimbangkan untuk kegiatan edukatif dan produktif. Di mana anak-anak diminta melihat atau menonton program yang inspiratif dan edukatif serta diajarkan bagaimana menggunakan HP dengan optimal dan produktif sehingga dapat mengangkat nama baik diri, keluarga dan nama baik bangsa.

3. Budaya Kolusi. Kurangnya pemahaman dan kesadaran akan arti penting pendidikan dengan kemampuan dan minat anak didik, masih perlu terus digaungkan dan disosialisasikan terutama pada orang tua untuk tidak memaksakan kehendak agar masuk ke sekolah tertentu atau sekolah favorit sehingga menghalalkan segala cara dengan cara berkolusi demi sang buah hati.

4. Gaji. Pendapatan pendidik terutama guru dan dosen perlu ditingkatkan lagi, minimal gajinya sejajar dengan negeri jiran Malaysia yang mana seorang guru saja di sana dapat tunjangan hingga puluhan juta yang jika dibandingkan dengan di Indonesia apalagi di kota Makassar sangatlah jauh berbeda. 

Perlu peninjauan kembali mengenai gaji guru dan para pendidik karena di tangan merekalah generasi masa depan kita dapat lebih baik lagi, lebih beakhlak dan lebih cerdas dalam mengatasi berbagai permasalahan sehingga masalah perekonomian bisa diselesaikan dan kesejahteraan masyarakat dapat lebih meningkat dan merata terutama dibandingkan dengan negara tetangga kita seperti Malaysia, Singapura dan Australia yang telah lebih maju dalam dunia pendidikannya.

Makassar, 31 Juli 2024.

ASRUL SANI ABU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun