Mohon tunggu...
Asrul Sani Abu
Asrul Sani Abu Mohon Tunggu... Penulis - Author | Entrepreneur | Youtuber

Asrul Sani Abu, S.E., M.M. adalah seorang wirausahawan, penulis buku dan youtuber yang berasal dari Sulawesi Selatan yang berdomisili di Tangerang Selatan. Hobinya dalam menulis menghasilkan beberapa karya tulis yang telah diterbitkan di antaranya:  1. Manajemen Kebahagiaan 2. Novel: Ayat Cinta Sang Pujangga 3. The Masterpiece of Love and Life. 4. Bukan Syair Biasa. 5. Sang Wali 6. Novel: From Sydney to Jakarta. Dan 7. Biografi. Catatan Ngopi Asrul Sani.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rahasia Mutiara yang Terjaga / The Secret of Guarded Pearls

20 Mei 2019   07:27 Diperbarui: 20 Mei 2019   07:29 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mutiara yang Tersimpan

Sang insani yang sedang lelah dan galau

Insani yang telah hampir habis masa.

Sendiri dan menyepi

Merebahkan diri dan terkulai lemah sendiri.

Tiada lagi harapannya

Yang ada kesedihan yang dalam

Yang ada penyesalan yang meringis

Yang ada sisa hati yang berkeping

Perjalanan masih panjang

Ataukah hanya sampai disini

Tak seorangpun kan tahu

Hanya menanti jawabNya.

Sosok diri banyak yang telah terbang

Kembali ke pangkuan

Pangkuan bidadari yang perawan

Menanti sang pangeran cinta

Mencari air suci

Mengambil hikmah, di baitul hikmah

Meraih anugrah dan karunia

Untuk lebih takwa dan tawakkal.

Perjalanan menuju rumah suci

Perjalanan meraih surgawi.

Melepas penat dan beban

Meraih ikhlas dan tenang.

Membuat wakaf semesta

Merangkai ilmu dan kata

Membangun istana surgawi

Mutiara yang tersimpan

Mutiara surgawi

Indah nian dan berkilau

Bagai bidadari bermata indah

Bersandar di pembaringan suci.

Istana bermandikan cahaya

Bagai sungai jernih yang mengalir

Menghampar bunga semerbak

Menghirup aroma bunga surgawi.

Sang jiwa merindukannya

Siang dan malam.

Kekasih hati dan jiwa

Murni dari jiwa terdalam.

Matanya yang putih bagai mutiara

Polos dan tulus apa adanya.

Menanti dan menunggu

Melayani sebagai hadiah tak terhingga.

Insani berjalan perlahan, menyusuri jalan dan sungai.

Sungai coklat berwarna keemasan.

Menuntun ke jalan yang suci

Rumah suci yang disucikan.

Insani berjalan mendekat ke sebuah pohon.

Pohon yang tak pernah ada di bumi.

Daunnya berwarna keemasan

Tersinar warna yang juga keemasan.

Segala doa tumbuh di "pohon" itu.

Memberi karunia dan anugrah

Karunia karena ibadah dan kesabaran.

Menanti karunia terbaik dari yang terbaik.

Sang Cahaya menyinari dan menemani.

Cahayanya terang namun lembut

Selembut cahaya sang rembulan

Cerah penuh kedamaian.

Cahaya terus masuk hingga ke relung jiwa, yang gelap tak tersentuh.

Kegelapan yang menyelimuti, tertutupi noda yang telah lama tersimpan.

Cahaya masuk dan membuka tabir cinta yang tertidur lelap.

Membawa air suci dan membangunkan yang terlelap.

Jiwa yang berselimut, segera bangkit dari pembaringan suci.

Bergegas karena dikejar waktuNya.

Waktu yang hanya sekejap cahaya

Meminta pertanggungjawaban

Hasil dari ujian dan ketakwaan.

Engkau belum tahu, apa yang akan terjadi.

Walaupun itu telah dituliskan dari sejuta tahun cahaya.

Engkaupun belum tahu, karya apa yang mampu memberikan mutiara yang bercahaya.

Buku indah yang berukir karya keikhlasan

Hasil dari perenungan dari hikmah dan kesejatian.

Engkau belum tahu apa-apa, ketika waktu telah habis tak bersisa.

Yang ada penyesalan karena kesiaan waktu.

Waktu ibadah terbuang untuk dipakai tak berkarya.

Karya ibadah yang sejati.

Mengundang surga merindukan dan memanggilmu.

Cahaya itu, selalu memanggilmu.

Tapi engkau sibuk dengan kegelapan.

Bingung dengan tujuan penciptaan.

Hingga berjalan bagai tak tentu tujuan.

Bukalah buku cahaya yang memandu.

Buku suci yang terpelihara dari Sang Maha Suci.

Membacanya membuatmu paham akan arti cinta.

Cinta yang selalu bersinar

Membuka rahasia yang tersimpan.

Membuka tabir yang tertutupi.

Al-Insani terus berjalan meniti jalan-jalan mulus.

Sungai-sungai telah terkikis.

Yang ada sungai buatan karya cinta yang fana.

Bertanyalah dia.

"Kemana sungai yang asli?"

Al-Nur menjawab, "kotor dan hilang kemuniannya ditelan pembangunan."

"Apa yang engkau cari disini?"

Al-Insani berkata,

"Aku tak mencari, aku ingin kembali."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun