Aku hanya bisa melihatnya dengan pasrah. Tak ada lagi yang aku bisa perbuat selain menerima segalanya.
Aku tak jadi masuk kuliah, dan aku pergi ke sebuah lapangan yang ada di tengah kampus untuk menenangkan diri. Aku bukannya merasa nyaman malah menjadi semakin stress dan bosan dengan suasana kampus. Akhirnya aku mengayuh sepedaku dan melanjutkan ke Darling Harbour yang ada di kota Sydney untuk mencari ketenangan jiwa.
Aku mengayuh sepedaku dengan kencang, agar bisa tiba dengan cepat di East Richmond Station. Aku tahu jadwal kereta dari time table yang kusimpan dan sebentar lagi kereta akan berangkat ke pusat kota.
Setiba di stasiun tidak berapa lama kereta yang berasal dari Richmond telah datang dan menuju ke arah Central Sydney.
Aku lalu masuk ke dalam kereta, dan kaget melihat sepasang muda mudi sedang berkasih sayang diantara mereka. Kehadiranku seolah tak berarti bagi mereka.
Aku hanya bisa duduk diam dan melihat ke arah luar  jendela kereta yang melaju dengan perlahan. Ada rasa galau dan kecewa.
Mendadak aku melihat dari kejauhan, sepeda yang aku parkir di pinggir stasiun, diambil paksa oleh seseorang.
Aku berusaha untuk lari ke pintu gerbong kereta untuk lari keluar gerbong, tapi pintu kereta tertutup rapat dan kereta sudah berjalan cepat. Suasana memang sepi di stasiun ini dan sepedaku telah dibawa kabur oleh seorang anak muda tanggung.
Aku hanya bisa terduduk di kursi kereta, kepala aku sandarkan dengan lunglai. Aku tak menyangka akan kehilangan banyak hal seperti hari ini. Rasanya aku tak sanggup lagi untuk melanjutkan kuliah. Hidup tersesat tak tahu arah dan tujuan.
Aku melangkah terus mencari tujuan hidup yang yang selama ini terabaikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H