Si Virginia, dengan cepat mendorong dan membuka pintu dengan lebar dan masuk kedalam.
"I hate you....!" Demikian kata yang diucapkan pagi ini, sambil memberi pukulan ke lenganku.
"What?.....What's wrong....?" Aku bertanya keheranan dan penasaran apa yang telah terjadi padanya.
Sambil berdiri dia bertolak pinggang dan berkata:
"You are betting with your friend right?..!!!" Dia marah besar mengetahui aku bertaruh dengan teman-teman.
"How dare you, did that to me....????!!!!" Dia makin memuncak amarahnya.
Aku yang merasa bersalah, hanya bisa duduk, lemas dan terdiam. Aku tak menyangka, bahwa aku telah melakukan hal yang buruk.
"I'm sorry Virginia....I didn't mean that.....Sorry....Please...." Berkali-kali aku meminta maaf kepadanya.
Tapi dia masih tetap marah dan kecewa berat. Wajahnya memerah dan matanya hampir menangis. Diapun tertunduk dan meninggalkan aku sendiri.
Aku diam tak bergerak dan tak berani menghalangi kepergiannya. Aku merasa, aku tak punya hak untuk membela diri. Dan aku pikir, ini mungkin jalan yang terbaik baginya. Berpisah untuk sementara waktu, berpisah untuk kebaikan bersama.
Suatu hari, aku melihatnya sedang berjalan menuju ke ruang kuliah. Kebetulan kami memang ada jadwal kuliah yang sama.