"Kakak.....kakak...pelan-pelan doooonggg...sayaaaangg" Jeritnya manja, sambil tertunduk malu.
Dengan pelan, aku menaruh sang bidadari diatas dipan yang berwarna putih. Melihatnya dengan cinta dan sayang, bagai melihat hamparan laut yang biru dan jernih.
Kami pun melakukan "ritual ibadah sunnah" yang memberikan keberkahan dan pahala yang luar biasa untuk masa depan generasi yang lebih baik. Kami berdoa dengan pernikahan ini, agar dapat diberikan keturunan yang sholeh/sholehah.
Aku kecup keningnya dengan lembut, bagai mencium sang hajar aswad. Batu suci dari surgawi. Diapun diam tak bergerak bagai batu nan suci. Menikmati kucuran rahmat dari-Nya melalui perantara sang suami.
Aku belai rambutnya bagai menyentuh aliran mata air dari surgawi. Aku pandang matanya yang bercahaya bagai cahaya bintang di kegelapan semesta alam.
Sang diapun tersenyum dengan bibir merah bagai mawar yang sedang merekah menanti sang lebah untuk mengambil madunya.
Kami tidur bersama dan berpelukan dalam rangkaian ibadah nan suci.
Hati ini terbang ke langit bagai sepasang burung merpati yang mengepakkan sayapnya. Nafsu yang dapat disalurkan sesuai sunnah sungguh sebuah anugrah yang luar biasa.
"Ya Allah...Tak ada hari seindah, dan senikmat hari ini....Alhamdulillah....ya Allah...."Ucapku berkali-kali, tak henti-hentinya mulut ini bersyukur dan mengucap hamdalah.
Hari masih pagi, aku lalu ke kamar mandi dan berniat junub lalu berwudhu untuk menunaikan sholat dhuha untuk bersyukur dan memohon rezeki dari Ilahi...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI