"Baik," jawabku singkat, sambil menganggukkan kepala.
Disaat bubaran sekolah. Aku dan teman-teman menunggu dengan rasa amarah yang sudah lama terpendam. Si anak sombong Fauzan muncul di keramaian dan dengan sangat cepat aku langsung menghunjamnya dengan satu kali pukulan telak tepat ke wajahnya yang berbentuk segiempat.
Tak disangka pukulan kerasku langsung membuat hidungnya berdarah dan membuatnya mimisan.
Wajah kotak Fauzan mendadak pucat dan kaget bukan kepayang.
Dia tak menyangka ada yang berani memukulnya, mengingat dia adalah anak yang terbesar dan terkuat di kelas.
Akupun juga kaget, tak kusangka pukulanku bisa membuatnya berdarah. Aku hanya ingin memberinya pelajaran, bukan untuk menyakitinya.
Apalagi ternyata anak ini adalah anak seorang pimpinan sekolah.
Aku menjadi merasa was-was, jika nantinya diminta untuk dipanggil ke ruang sekolah.
"Hmmmm.....bisa gawat nih nantinya" begitu gumamku.
Semua teman, mencoba memberiku harapan bahwa semua akan baik-baik saja dan tidak akan terjadi masalah besar.
Syukurnya, semua merahasiakannya dan merasa tidak ada lagi yang perlu diperpanjang atau dilaporkan ke sekolah.