Sekejap dengan bersemangat dan penuh cinta aku langsung berjalan kaki ke sekolah. Menyusuri lorong-lorong jalan hingga mencapai jalan raya dekat sekolah. Cukup jauh bagi seorang anak kecil, namun saat itu tidak terasa jauh karena perasaan senang bisa ke sekolah bersama para saudara teman sebaya tetangga rumah.
Tiba di sekolah, saya senang bermain dan belajar bersama sahabat sebangku. Namanya Firman. Firman adalah anak yang penurut dan apa adanya. Dia bukanlah tipe anak nakal yang suka mengganggu temannya. Makanya aku senang berteman dengannya.
Ketika jam pelajaran sekolah hampir selesai, tiba-tiba si Fauzan yang berbadan besar dan berwajah kotak, mencoba mengganggu dan bercanda. Â Lalu sejurus kemudian mendadak si anak mencoba mengganggu dan malah mencoba menusuk tanganku dengan pensilnya, namun dengan sigap aku menghindar.
Si sombong,merasa kalah cepat. Â
Tidak langsung patah semangat malah langsung menusuk tangan kiri Firman dengan ujung pensilnya yang tajam. Firmanpun menangis dan meringis kesakitan.
"ADUUUHHHH, sakit woi!!!" teriak si Firman.
Aku kesal dan merasa tidak tega melihat kejadian ini dan rasanya ingin langsung memberi pelajaran kepada si Fauzan yang sombong.
Semua teman dikelas ikut  mendukungku karena memang anak ini sudah kelewat batas. Dia sudah sering membuat ulah di kelas.
Mereka memintaku agar menghajarnya dengan tangan yang mengepal sebagai bentuk dukungan dan bantuan agar si anak sombong itu tidak lagi berperilaku kurang ajar.
"Hei, Insan, nanti jika pulang sekolah, pukul dia dengan tangan mengepal seperti ini, tapi jangan sekarang!" kata Firman. Sambil menunjukkan kepalan tangannya, namun ibu jarinya dimasukkan dalam genggaman jari yang lain.
Akupun terdiam, namun dengan ekspresi tersenyum tanda setuju.