Kecemerlangan Dinasti Qing telah mengundang kekuatan-kekuatan dari Eropa untuk meningkatkan hubungan perdagangan, namun tidak mendapatkan sambutan baik dari Dinasti Qing dengan mengijinkan hanya satu pelabuhan Canton sebagai pintu masuk kapal-kapal asing.
Kerajaan Inggris dan negara-negara Barat menggunakan 'Perang Candu' untuk memaksa Dinasti Qing membuka lebih banyak lagi pelabuhannya. Melalui perang yang dipaksakan inilah kekuatan asing (Eropa dan Jepang) mempermalukan dan berperan besar mempercepat runtuhnya pemerintahan monarki terakhir di China, Dinasti Qing.
Perang Candu pertama (1839 -- 1842) yang berakhir dengan kemenangan Barat telah memaksa Dinasti Qing untuk menandatangani Perjanjian berat sebelah, yang membagi wilayah China menjadi 'Semi Koloni' untuk diduduki oleh Inggris, Perancis, Rusia, Jerman, Amerika Serikat dan Jepang.Â
Pemerintahan Qing yang makin lemah dan tidak efektif telah mendorong munculnya pemberontakan besar Taiping (1851-1864), disusul dengan Pemberontakan Boxer (1900) - berupa serangan ke perwakilan-perwakilan asing yang mendapat dukungan dari penguasa Qing. Gerakan Reformasi tahun 1898 yang dipimpin oleh Kang You-wei, dan puncaknya Revolusi pimpinan Sun Yat-sen 1911 berhasil menggulingkan kekuasaan bangsa Manchu di China.
NEGARAÂ ADIDAYA dalam Sejarah China. Setelah Dinasti Qin (221-206 SM) berhasil menaklukkan raja-raja pesaingnya, pada akhirnya Kaisar Qin Shi Huangdi menyatukan wilayah China untuk pertama kalinya. Sejak itu dunia luar mengenal bangsa berkulit kuning yang hidup di sepanjang aliran Sungai Kuning (Huang He) sebagai bangsa 'China' (ejaan Barat dari bunyi Qin).
Bahkan barang-barang produksi China terutama barang-barang porselin termasuk pecah belah peralatan di meja makan yang mulanya diproduksi oleh negara dan masyarakat di bawah dinasti-dinasti bangsa China juga dinamakan 'China'.
Selain itu bangsa China juga dikenal sebagai bangsa Han sejak Dinasti Han (206-220 M) mendunia melalui Jalur Suteranya. Sementara itu orang-orang China menyebut dirinya sebagai Zhongguo (dibaca: Chungkuo) yang berarti Negara Tengah. Mereka beranggapan bahwa masyarakat dan pemerintah China yang telah berperadaban tinggi merupakan Pusat Dunia yang dikelilingi oleh suku-suku bangsa 'barbar' yang belum beradab, seperti suku bangsa Mongol, Manchu, Uighur, Tibet serta suku-suku bangsa nomaden lainnya. Â
Meskipun pemerintahan dinasti di China sering berganti nama sesuai dengan kelompok atau keluarga yang berkuasa, namun sejak Dinasti Han sampai pemerintahan monarki terakhir, Dinasti Qing (1644-1911 M), kekuasaan di daratan China selalu menyandang predikat sebagai 'Negara Adikuasa' baik sendiri maupun bersama dengan kekuasaan di belahan dunia lainnya.
Masa kejayaan Dinasti Han menyaingi kekaisaran Romawi, sementara Dinasti Tang menjadi Negara Adidaya satu-satunya setelah kekuasaan Sasanid dan Romawi mulai pudar. Kekuasaan Dinasti Yuan bahkan secara fisik menjangkau sampai ke wilayah Timur Tengah, sementara Armada Angkatan Laut Dinasti Ming di bawah pimpinan Panglima Zheng He berlayar jauh ke Asia dan Afrika.
Dinasti Qing sebagai penutup era kedinastian China telah mengukuhkan batas wilayahnya sebagaimana yang kini menjadi wilayah pemerintah China modern. Â Â Â Â
Mengembalikan STATUS NEGARA ADIDAYA. Jika kita perbandingkan era China modern sejak berdirinya Republik Rakyat China dengan jaman kedinastian, maka seperti peran yang dilakukan oleh Qin Shi Huangdi menyatukan China, Mao Zedong menyatukan kembali kekuasaan China dalam satu tangan setelah dilanda Perang Saudara selama lebih dari 25 tahun.