Menyadari posisi strategisnya, Presiden Islam Karimov cukup cerdik dalam memainkan kartu keseimbangan terutama antara dua negara besar AS dan Rusia. Ketika negara-negara Asia Tengah tetap patuh menjadi anggota CSTO (Collective Security Treaty Organization) – organisasi keamanan pengimbang NATO, Uzbekistan mengatur jarak dengan membekukan keanggotaannya di CSTO pada tahun 2012 dan terus meningkatkan hubungannya dengan Washington, namun masih melanjutkan pembelian persenjataan dari Moskow.Â
Sikapnya yang tanpa kompromi terhadap kelompok-kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam baik dari dalam negeri di Lembah Ferghana maupun rembesan dari negara tetangganya di sebelah Selatan, Afghanistan merupakan kebijakan yang sejalan dan mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat, Rusia, China dan Uni Eropa.
Amerika Serikat dan Eropa memandang Uzbekistan sebagai mitra strategis yang berperan penting sebagai jalur pemasok logistik pasukan NATO dan AS yang disebut Jaringan Distribusi Utara (Northern Distribution Network), jalan darat melalui kota Termez serta jalur udara melalui Bandara Khanabad yang disewa oleh AS.Â
Uzbekistan sempat membekukan hubungannya dengan AS dan Eropa ketika mereka mengecam tindakan militer pemerintah Tashkent dalam menghadapi demonstrasi rakyat sipil di Andijan tahun 2005. Namun peran Uzbekistan sedemikian vital dalam persaingan dunia di wilayah kaya sumber alam Asia Tengah serta dalam upaya bersama menghadapi kegiatan-kegiatan terorisme, penyelundupan narkoba serta kejahatan internasional lintas negara lainnya. Pertimbangan geostrategis politik-ekonomi-keamanan inilah yang meluluhkan sikap AS dan Eropa untuk kembali memperbaiki hubungannya dengan Uzbekistan.Â
Bagi AS dan Eropa, sikap ‘netral’ Uzbekistan juga dapat dimanfaatkan sebagai pembendung dominasi kepentingan Rusia di Asia Tengah. Dengan pertimbangan itulah, segera setelah hubungan kembali menghangat, Uzbekistan menjadi prioritas pertama untuk mendapatkan limpahan (membeli dengan harga murah) kendaraan lapis baja serta peralatan militer bekas dari AS lainnya yang ditarik dari Afghanistan tahun 2015.Â
Persenjataan tersebut diharapkan bukan saja menjaga keamanan nasional tetapi terutama dimaksudkan untuk menghadapi ancaman dari kelompok radikal berafiliasi dengan ‘Islamic State’ yang tidak sedikit jumlahnya berasal dari dalam negeri sendiri, terutama dari wilayah Lembah Ferghana (Andijan, Namangan, Ferghana), termasuk IMU (Islamic Movement of Uzbekistan). Dalam pesan belasungkawa kematian Islam Karimov, Presiden AS Barack Obama merasa perlu menegaskan kembali dukungannya untuk rakyat dan pemerintah Uzbekistan.
Adapun China menganggap Uzbekistan sebagai negara yang sangat penting karena menjadi wilayah transit dan lintasan pipa gas yang dibeli dari Turkmenistan. Wilayah Uzbekistan yang berbatasan dengan Afghanistan serta Provinsi Xinjiang Uighur, menjadi sangat vital bagi China dalam memelihara keamanan terutama di Provinsi yang sebagian besar penduduknya beragama Islam dan beretnis Turkic.Â
Kekacauan dan gangguan keamanan sekecil apapun di Uzbekistan akan berdampak langsung terhadap situasi negara tetangganya di Asia Tengah serta China terutama di wilayah Xinjiang. Konsep Silk Road Economic Belt(New Silk Road) yang digagas Presiden China Xi Jinping tahun 2013 untuk menghidupkan kembali kerjasama sosial-ekonomi dengan negara-negara Asia Tengah lintasan ‘Jalur Sutera’ dipastikan juga akan menempatkan Uzbekistan sebagai negara mitra utama.
Pengamatan
Sambil menunggu diputuskannya pemimpin baru Uzbekistan pengganti Islam Karimov, berbagai pihak baik rakyat Uzbekistan maupun dunia internasional mengharapkan tidak terjadi gejolak berarti yang dapat mengganggu stabilitas politik-keamanan di dalam negeri yang akan berdampak langsung terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat serta berimbas kepada negara-negara tetangga maupun konstelasi internasional.Â
Secara singkat semua pihak baik domestik maupun internasional mengharapkan segera terpilihnya pemimpin baru Uzbekistan pengganti Islam Karimov yang tetap mampu menjaga stabilitas keamanan nasional sambil terus mengadopsi nilai-nilai asing yang berlaku universal dan sesuai dengan budaya lokal (Uzbek values).Â