Warning !! Â This is will kill you.Â
Berhati-hatilah dan jangan terlena dengan apa yang tampak didepan mata telanjang anda sahabat. Kita tentu berkewajiban saling ingat-mengingatkan sebagai manusia. Sebab tuhan telah mengajarkan itu melalui utusan dan firman-firmannya, yang sedikit aku fahami sebagai bekal agar tidak terjerumus kedalam lembah-lembah kepalsuan. Â
Maaf aku buka dengan cerita ! Rintihan terdengar dari balik jeruji besi, tangisan terdengar dari balik bilik-bilik bambu, kesedihan tampak di bola mata para pemuja. Rintihan pertama dari balik jeruji besi, karna tidak terima atas apa yang menimpa mereka, kehidupannya yang serba kekurangan memaksa mereka harus menangggung akibat dari perbuatannya mereka sendiri, tapi itu tidak adil !
Bayangkan saja, banyak yang lebih biadab dari mereka tapi toh tidak di hukum dengan hukuman setimpal, bahkan ada yang lolos cuma-cuma. Benar kata anak-anak  kecil sekarang " Hukum tumpul ke atas dan tajam kebawah ". orang-orang tua sudah tidak bisa dioercaya, tapi sebagian tentunya bagi yang merasa saja.Â
Tangisan kedua terdengar dari balik bilik-bilik bambu, karna sudah muak dibohongi tuan-tuan yang merajalela mengusur, mengambil paksa tanah, sawah, bukit, ladang dan hutan mereka. mereka hanya mampu menangis dari bilik-bilik bambu, tak berani mengeluarkan suara karna takut dianiyaya tuan-tuan. Mungkin saja jika mereka dilantunkan kembali tembang dari Om Iwan fals yang berjudul " Ujung Aspal Pondok Gede " tentu mereka akan terhibur, sebab lagunya sama dengan perasaan yang dihidapnya saat ini.                                                                         Kesedihan selanjutnya tampak jelas dibola mata para pemuja-pemuja. sudah tak kuat lagi nampaknya menahan derita, sudah tak sanggup lagi hidup bergelantungan dan terus dikungkungi oleh orang yang mereka puja sendiri ( no't freedom man ) pindah sana, pindah sini, fitnah sana dan fitnah sini. kerjaannya separuh hidup hanya begitu, mencari lubang-lubang hitam penghidupan. persetan dengan ocehan orang yang terpenting senang dan memang, temang sendiri jika menghalang juga akan dimakan. Mirisi bukan ?Â
APA SIH FEODALISME ITU, MENGAPA DISEBUT FEODALISME ?
Feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik (sosial politik) yang dijalankan dikalangan bangsawan,tuan-tuan atau monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. Dalam pengertian yang asli, struktru ini disematkan pada sistem politik di Eropa pada Abad pertengahan, yang menempatkan kalangan kesatria dan kelas bangsawan lainnya (Vassal)  sebagai penguasa kawasan atau hak tertentu (disebut fief atau, dalam bahasa latin, feodum) yang ditunjuk oleh monarki (biasanya raja atau lord).
Istilah feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan oleh pelakunya sendiri tidak pernah dipakai. Dalam penggunaan bahasa sehari-hari di indonesia, sering kali kata ini digunakan untuk merujuk pada perilaku-perilaku yang mirip dengan perilaku para penguasa yang dzolim, seperti kolot, selalu ingin dihormati, atau bertahan pada niali-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan. Â Sumber/Wikipedia.com
Memang mau disebut apa lagi, jika hanya arogansi dan mau menang sendiri saja yang selalu ditampak kan. Mereka tuan-tuan bangsawan dalam sejarah feodalisme memang menyebutnya begitu, mau dikata apalagi, tentu tidak semua. Dalam sejarahnya kumpulan orang yang disebut tuan-tuan atau bangsawan yang menguasai suatu wilayah, hak atas tanah, hasil produksi dan hak-hak atas setiap individu dalam wilayah tersebut, termasuk Sekotong.
Hak-hak yang disetuji terkesan terbatas, kaum bangsawan atau para tuan-tuan dapat mengambil keputusan yang merugikan masyarakat (tapi kadang-kadang menguntungkan juga). yang tidak dapat diganggu gugat oleh masyarkat ini karena kaum feodal memegang kekuasaan atas segala yang ada di wilayahnya, lagi-lagi termasuk sekotong. Dengan kata lain, dalam sistem feodalisme, kedaulatan rakyat ditempatkan ditangan satu orang atau sekelompok orang yang mengambil hak kemerdekaan individu masyarakat dan ini tentu mengubah makna demokrasi yang menjadi sitem di negeri kita ini. Â Â
DEMOKRASI DAN TRADISI FEODALISME.
Dalam sebuah negara demokrasi seperti Indonesia, proses demokrasi terhambat oleh tradisi feodalisme dari masa pra kemerdekaan. Nilai-nilai feodaslisme ini sangat bertolak belakang dengan prinsip demokrasi yang bertumpu pada persamaan. persamaan merupakan nilai yang fundamental dalam demokrasi, tak ada yang lebih hebat, lebih berkuasa, dan berbuat semaunya karan dihadapan hukum, politik, demokrasi kita sama pada prinsipnya. Dalam masyarakat modern yang menjunjung tinggi demokrasi tentu saja nilai-nilai kesetaraan, persamaan, dan kebebasan yang menjadi makna lain dari demokrasi, telah menutup ruang bagi timbulnya niali-niali feodalistik ini. Tapi ternyata tidak, bahkan masih banyak, termasuk di Sekotong. Begitu juga dengan semangat yang terkandung dalam falsafah bangsa Indonesia, Pancasila. Nilai ini tentu terkandung dalam sila ke-2, kesejahteraan yang adil dan beradab dan sila ke-5, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sangat tidak tepat jika tradisi feodalisme masih bergentayangan di Negara Demokrasi termasuk Indonesai dan wabil khusus Sekotong. Kita bisa meraba kebelakang sejenak agar mampu menalar satu perkara dengan rasionalitas, dengan begitu kita mampu membangun asumsi yang sama terhadap buruknya tradisi feodalisme ini, baca buku lah sekali-kali atau paling tidak baca di google, banyak kan ?Â
SEKOTONG DAN NEO FEODALISME Â
Untuk apa kita hidup dibarisan perjuangan, jika kita sendiri sudah mengalami kematian. Saya ingin kembali soal jiwa karena ini yang paling penting, sebab kalok tidak ada Jiwa/roh maka kita manusia akan mati, lunglai dia. Demikianlah sebenarnya hidup ini diatur begitu bahwa kita selalu dihidupkan oleh sesuatu yang tidak nampak, oleh sesuatu yang ada di dalam. Oleh karena itu kita harus selalu meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita masih punya jiwa dan masih memegang roh dari pada perjuangan, sehingga kita akan tetap berdiri di kaki kita sendiri, mempunyai jiwa egaliter, bebas bersuara, bertindak sesuai dengan akal dan hati nurani kita sendiri. Â
Saya tidak ingin mati dengan sia-sia, dengan hidup yang dikukungi, menikmati hidup dalam keterpenjaraan, dan diperbudak maka oleh karena itu melawan otoritas Feodal di sekitar kita (Sekotong) adalah bagian dari perjuangan, sehingga jika mati pun kita tidak berlarut-larut dalam penyesalan karna anugrah tuhan " kebebasan" tidak kita perjuangkan dan gunakan secara baik dan benar.
Menurut saya itu yang penting diluar dari Nostalgia dan cerita masa lalu yang kita terima hanya dari bibir-bibir orang tua kita, meskipun nostalgia ada relevansinya tapi yang terpenting kita mesti melihat masa depan. Sudah lewat sahabat, kini kita harus bergejolak, mencari solusi dalam setiap persoalan, jangan hanya diam dan tutup mulut hanya karna lembaran berwarna, sebab terlalu hina jika kita melakukan hal yang demikian itu, lebih-lebih karna nyaman kedudukan sehingga takut disingirkan.
Mesti kita garis bawahi bersama, Sekotong dengan talenta dan potensi dimilik sangat sulit berkembang karna lagi-lagi masih maraknya fikiran feodal khususnya bagi yang diakui memiliki otoritas oleh memori dan kesepakatan kolektif kita yang masih bersarang, meskipun secara ilmiah belum diketahui kebenarannya. Ini yang harus diperbaiki dengan seksama dan memerlukan tempo yang cukup lama, karna jangan-jangan memori kolektif yang sudah diutarakan di atas sebenarnya sudah kita lupakan dan sudah hilang dari akal fikiran, namun karna rasa takut yang membayang-bayangi serta masih memikirkan apa yang akan dimakan, sehingga kita beranjak mundur perlahan dari keinginan yang sebetulnya ingin kita pertunjukkan.
Sekotong itu penuh dengan intrik, membacanya perlu waktu lama apalagi bagi pemula seperti saya. Feodalisme yang menjalar di seokotong tidak lepas dari buruknya pemilik otoritas yang penuh dengan intrik juga (bisa siapa saja). Â Wajar jika dalam catatan hanya dikenal dalam satu sektor saja, yakni Pariwista setahu saya, itupun tidak seberapa daya saingnya rendah dan masih di bawah rata-rata, wong fikiran feodal masih diidapnya. sering kali saya analogikan sekotong sebagai pecahan surga dalam bayang-bayang fikiran (berimajinasi), sebab gunung-gunung nya, lautnya dan yang lainnya, kecuali manusianya (Minoritas).
Sangat disayangkan memang feodalisme yang menjalar susah dilawan dan ditaklukkan, ternyata benar teori perang dalam buku " The Art of War Sun Tzu ", bahwa minoritas bisa mengalahkan mayoritas jika yang dipegang kepalanya (Diracuni akal dan fikirannya). Â Murni sekali saya katakan, tanpa kebebasan bagimanapun sebuah peradaban akan dibangun tidak akan pernah tercapai, ia akan hanya menjadi angan-angan semata. Sumber masa depan kita tidak lain dan tidak bukan hanyalah kebebasan.Â
Terlalu naif jika katakan bahwa kita hanya tinggal menunggu waktu, waktu lah yang akan menghancurkan atau akan merujuk pada adagium " Setiap masa ada penguasa, dan setiap penguasa ada masanya. Lalu bagimana jika fikiran feodal yang menjalar tak terobati, tentu putarannya akan tetap sama dan stuk di situ saja tak berubah sedikitpun sebab yang berkuasa sama fikirannnya dan yang berbuah hanyalah waktu saja. Jadi, sudahi lah ketakutan yang masih membayangi diri kita, mari keluar dari jerat tali-tali fedoal lalu kita bisa bersama membangun peradaban yang lebih baik, yang tua tentu mengajarkan yang muda, membimbing, mengarahkan begitupun sebaliknya karna hidup ini normal. "
Manusia itu mengikuti curva normalnya, ada yang mulia minoritas, ada yang brengsek, bangsat, bajingan juga minoritas dan normal rata-rata.  Sehingga dalam kehidupan yang normal ini tentu kenormalan hidup tentu harus kita sama-sama perjuangkan salah satunya dengan menumpas feodalisme ini. Sebetulnya ada dua elemen tempat dimana fikiran feodal ini nyandak yakni sosiopolitk (sosial politik).  Menurut Ben Anderson, Seorang Indonesianis, ia melihat tradisi sosila dan politik ialah mempersiakan putra-putri  mereka dalam menggantiikan posisi mereka merupakan cerminan feodalisme.
Di sekotong pun demikian dalam kurun waktu 3 tahun kurang lebihnya sudah terlihat bagimana lingkaran feodalisme terlihat dan yang paling menjol pada dua elemen ini baik sosial atau politik. Perang sentimen terjadi dan semua ingin berkuasa, syarat nya satu pasti kaya dulu tentunya dan konsepsi serta persepsi ini terbangun dan sudah menyebar hingga menjadi penyakit, bahwa yang kaya mesti berkuasa, pemimpin bebas berbuat sesukanya daan bangsawan serta tuan-tuan bisa memonopoli kebenaran.
Ini yang salah dan harus kita lawan, dan perlawanan ini harus kita jadikan tradisi juga seperti konsep dalam agama bahwa " Manusia itu sama di depan tuhan ". Maka jika kita sekarang melihat maraknya agama yang dijadikan bahan Fedoalisme khususnya di sekotong, itu pertanda orang-orang bodoh yang masih belum tahu diri sebtulnya. Karna agama adalah pembebasan, agama lah yang menyeret manusia untuk membebaskan diri dari penyembahan kepada selain tuhan. Itulah sebabnya kita ini jangan pernah terpukau dengan orang-orang hebat, kaya apalagi hanya bermodal sorban, peci putih hitam dan atau karna sarungan lalu kita tidak berani melawan, kita salah jika demikian.
Kita berkhianat bukan saja pada lingkungan, orang sekeliling kita bahkan kita sendiri telah berkhianat pada tuhan. Dalam perspektfi cara saya melihat manusia ini sama saja, kalau pun ada manusia yang mulia itu dia adalah Nabi dan Nabi itu telah diakhiri oleh tuhan 1500 tahun yang lalu, sekarang ini manusia sama saja kita bersahabat, kita berteman nabi saja yang dapat wahyu daru tuhan memanggil orang-orang disekitarnya dengan panggilan sahabat, tidak ada feodalisme.Â
Kebebasan adalah anugrah tuhan yang telah diberikan. Maka dari itu, mari kita rawat, jaga dengan bergandengan tangan memperjuangkan bersama, jangan sampai satu demi satu lari dan sembunyi di ketiak-ketiak penguasa yang sebetulnya tidak kalian suka. beranilah lah, bergelora lah, serta berterus terang lah dengan apa yang ada di lubuk hatimu yang paling dalam.Â
Sekian, salam hormat AsrorudinÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H