Namun demikian, Pencapaian realisasi program pembangunan nasional bidang pariwisata membutuhkan kontribusi dan kerja keras seluruh pelaku pembangunan dalam berbagai kegiatan, dengan berpedoman pada sasaran pembangunan serta arah kebijakan dan strategi nasional.Â
Berbagai terobosan memang perlu dilakukan, antara lain memaksimalkan peran  para pelaku pembangunan pariwisata di seluruh daerah, pemberdayaan organisasi kepariwisataan nasional secara maksimal, serta pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) atau industri kecil yang berada di sekitar Danau Toba.
Pendampingan dan pengembangan usaha atau UKM, tidak saja menjadi tanggungjawab pemerintah, tapi juga bisa menjadi tujuan CSR dari perusahaan-perusahaan baik yang berada di wilayah tersebut maupun dari wilayah lain.
Dengan memanfaatkan dana CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan-perusahaan, pendampingan dan pengembangan UKM bisa dilakukan dengan maksimal.Â
Yang tentu saja bisa berdampak positif bagi perusahaan-perusahaan tersebut, karena secara otomatis jika UKM maju dan berkembang, maka daya beli masyarakat akan meningkat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis pariwisata berkaitan erat dengan bisnis penginapan, makanan atau kuliner, kerajinan tangan atau cinderamata, hasil seni dan lain sebagainya.
Penginapan menjadi faktor paling menentukan dalam bisnis pariwisata. Membangun penginapan atau mengelola rumah masyarakat sebagai tempat menginap atau home stay yang nyaman dan aman, penting dilakukan.Â
Mendatangkan investor, mengedukasi masyarakat tentang bagaimana mengelola rumah tinggal sebagai home stay bagi wisatawan, adalah alternatif yang bisa dilakukan oleh pemerintah setempat.
Selain penginapan, makanan khas daerah menjadi salah satu tujuan wisata. Ini terbukti dari penuhnya wisatawan yang datang ke tempat-tempat yang menyediakan makanan khas daerah.Â
Ada banyak jenis makanan khas tradisional di Tanah Batak, misalnya saja Naniura. Makanan yang banyak ditemukan di daerah Toba ini menggunakan bahan dasar ikan mas mentah dan tidak dimasak dengan api, melainkan direndam dengan air asam Jungga atau jeruk perut. Meski begitu, Naniura tetap aman dikonsumsi dan memiliki cita rasa lezat.
Tidak hanya makanan khas, hasil kerajinan tangan juga menjadi komoditi barang dagangan yang umumnya diburu oleh para wisatawan.Â