Mohon tunggu...
Asri NurLestari
Asri NurLestari Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa tingkat empat disalah satu kampus terbaik dalam perjalanan berhijrah, kampus STEI SEBI [Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI] | Pencinta Sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Puisi] Akhir dari Pena

18 Januari 2017   17:17 Diperbarui: 18 Januari 2017   17:27 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuknya yang menjadi kata penyempurna kalimatku. Pena yang menjadi saksi bahwa ada aku yang terus mengukirmu dalam kata menjadi kalimat. Dari kalimat yang menyatu dalam paragraf. Dan semua, hanya tentang masa yang pernah dilalui. Menjadi penyempurna dalam segi kisah yang tertuis. Untuk, agar tidak terlupa oleh waktu. Semua, hanya agar menjadi kenangan disaat kita ingin mengulang semua imajinasi yang lalu.

Mengapa begtiu mudah mengukir tentangnya. Tidak ada habis kata yang bisa terpakai untuk mengisi setiap bait cerita ini. Lembaran dalam setiap bab ini, tidak sedikit adalah inspirasi dari perjalanan yang sempat kita lewati. Walau, hanya sepihak yang dirasa. Semoga bukan hanya sepihak rasa itu terbalas. Hmm, biarkan cerita-ceritaku terbang ke langit, berubah menjadi harap teriring doa. Semoga setiap paragaraf yang tercipta akan menjadi film terbaik diakhir nanti.

Ini tentang penaku yang sudah berakhir. Menjadi terkenang dan disimpan dalam mimpi untuk menjadi dewasa. Untuk setiap harap yang terbang bersama mimpi. Biarlah semua mengikuti skenario-Nya. Entah untuk membersamai dimasa nanti atau hanya untuk menjadi kisah terhebat dalam paragraf tentangmu. Untuk sesuatu yang engkau berikan, waktu yang tidak bisa engkau minta kemballi. Biarlah kini hidup berjalan seperti tidak ada sebelumnya.

Untuk menatap masa yang masih tidak pasti. Untuk merangkai mimpi agar asa tetap terukir indah. Akhir dari pena ini adalah akhir dari aku yang terus menceritakanmu kepada-Nya. Juga kepada lembaran yang terus menanti untuk ditumpahkan huruf demi huruf. Karena, harus ada pembahasan yang baru yang mesti dikisahkan. Karena kamu, biar menjadi rahasia-Nya. Untuk diharapkan tanpa harus untuk disegerakan, tanpa harus dipaksakan. Terimakasih inspirasiku, aku pamit pergi.

Depok, 01 Januari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun