Mohon tunggu...
Asrini Hani
Asrini Hani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

MENULISLAH ketika ingin menulis, untuk kebahagiaan ataupun kebermanfaatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Roti Gosong

1 Maret 2014   13:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:21 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_314555" align="aligncenter" width="300" caption="sumber gambar: www.okefood.com"][/caption]

(Pernah mendengar cerita ini, dan saya mencoba menuangkannya dalam sebuah tulisan).

Seorang Ayah yang capek sekali setelah seharian bekerja pulang ke rumah.

Dan setibanya di rumah, dia disambut istri dan anaknya yang berumur 5 tahun.

Sang istri menghampiri suaminya dan menyuguhkan secangkir teh hangat dan roti yang gosong.

"Maaf Yah, rotinya gosong.., tadi kelamaan waktu di oven" kata istrinya dengan nada bersalah.

"Oh, gapapa,, sepertinya ini enak, ayah malah suka roti yang gosong", kata sang suami mencoba menyenangkan hati istrinya.

Istrinya pun masuk ke dalam untuk mengambilkan baju ganti untuk suaminya.

Si anak ikutan bicara: "Yah, Ayah kenapa ayah tidak marah sama Ibu. Rotinya kan gosong, pasti pahit, iyakan..."

"Sshhh,,, mas Raka, Ibu hari inikan sudah capek seharian mengurus rumah. Bagaimana kalau kita habiskan semua roti ini biar Ibu senang?" kata sang Ayah berbisik masih dengan membawa sepiring roti.

"Wahh ide bagus ayah. Kita makan sambil merem saja Yah, biar tidak pahit" jawab si anak sambil meringis.

Itu tadi hanyalah penggalan cerita sederhana. Bahasa lainnya mungkin 'konspirasi' antara ayah dan anak demi menyenangkan hati istri/ Ibu, bisakah saya sebut demikian? (hehe, efek terlalu sering baca novel) . Yahh,, walaupun si anak makannya sambil merem, dan tetap yang mengecap rasa adalah lidah.

Baiklah apapun itu, usaha untuk menyenangkan orang terkasih saya kira memang perlu, sepanjang dalam batas kewajaran. Dan usaha yang dilakukan ayah dan anak di atas patutlah diapresiasi. Walaupun saya juga tidak tahu apakah ini juga yang dinamakan bentuk konspirasi untuk kebaikan.

Dari cerita itu, saya melihatnya bahwa terkadang ketika capek, segala hal yang membuat emosi dan yang terjadi diluar akan ikut terbawa di rumah. Tapi sang Ayah tidak melakukan hal itu. Ia melepaskan segala hal hal-hal yang tidak mengenakkan yang terjadi di luar, cukup di luar saja, tidak perlu orang-orang di rumah menjadi korbannya.

Selain itu sisi positifnya Istri/ Ibu ini juga merasa senang karena hasil buatannya disukai. Anggap saja sebagai bentuk untuk menghangatkan suasana dan menjaga hubungan yang sehat.

Warning!::

(syarat & ketentuan berlaku :) )

Bisa jadi istri/ Ibu ini lain kali akan membuatkan roti yang gosong lagi, karena merasa hasil buatannya yang gosong lebih disukai, hehehe (pisss)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun