Mohon tunggu...
Asrini Indah
Asrini Indah Mohon Tunggu... -

Karena keyakinan lahirnya dari hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suara Seorang Minoritas

4 Oktober 2016   22:45 Diperbarui: 6 Oktober 2016   01:47 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bersama crew BHM dari Indonesia

Ada beberapa 'pekerjaan' atau proyek kecil yang pernah saya kerjakan sejak menikah dan hidup merantau. Sebetulnya hampir semua dari kontribusi saya tersebut adalah untuk membantu teman. 

Tapi rupanya luar biasa, hanya dengan niat membantu teman dan tidak dibayar. Tuhan justru memberikan saya begitu banyak pelajaran serta pengalaman baru. 

Buku Ibu & Anak

Yang paling pertama adalah proyek buku mengenai Ibu dan Anak yang ditulis oleh teman Polandia saya, di buku tersebut peran saya hanyalah sebagai seorang kontributor. Perwakilan dari Indonesia dimana saya menceritakan pengalaman menjadi seorang Ibu yang menjalankan kebudayaan Indonesia di negara asing. 

Bersama dengan para Ibu-Ibu lainnya dari negara yang berbeda, saya berkesempatan tampil tiga kali di Televisi lokal. Bukan hanya pengalaman bekerja bersama crew TV tapi juga mengerti bahwa untuk sebuah liputan berdurasi 15 menit bisa memakan waktu syuting hingga 2 hari. Itupun dari pagi hingga malam. 

Buku Ibu dan Anak tersebut yang terbit di awal tahun 2012 dan berjudul Mom Around The World mendapat rating yang baik dari pembaca dan sempat saya lihat masih dibahas oleh seorang blogger dua tahun silam.

Sebelumnya juga saya pernah diwawancara oleh organisasi lokal mengenai pengalaman hidup di Polandia sebagai orang asing dan pernah melihat liputannya di youtube. Namun kebetulan bukan proyek sebesar sebuah buku sehingga pengalamannya hanya terpintas sesaat saja.

Buku Harian Muslimah 

Sebuah acara untuk para kaum Muslimah yang menjalankan kehidupan sebagai minoritas di negara barat. Lagi-lagi sulitnya mencari narasumber di sini sekaligus yang memenuhi kriteria, maka saya kembali berkecimpung dengan crew TV tapi kali ini dari Indonesia. Walaupun hanya sehari namun saya merasa sangat lega dan bahagia. Dikarenakan informasi yang saya berikan bermakna bahwa perbedaan tidak seharusnya memicu kekerasan. 

Sejarah membuktikan bahwa suku Tatar Muslim Polandia pernah ikut berperang bersama Raja Polandia yang seorang Non-Muslim bersama-sama melawan tentara Ottoman dari Turki untuk sebuah kemenangan. Di situlah, Raja Polandia Jan Sobieski III memberikan gelar kebangsawanan untuk Muslim Tatar Polandia. 

Batik Workshop 

Saya sendiri juga tidak menyangka diminta membantu teman untuk mengadakan pameran batik. Dimana saya mengajarkan para peserta dari anak-anak hingga orang dewasa belajar melukis/menggambar corak batik. 

dok.pribadi dalam acara batik workshop
dok.pribadi dalam acara batik workshop

Dari sekian peserta yang hadir, bersama dengan panitia kami memilih dua gambar terbaik yang kemudian dihadiahkan lukisan corak batik parang tritis dan awan mega mendung yang sudah saya lukis dan telah dibingkaikan. Tidak hanya sampai di situ semangat ini, kaos yang saya kenakan pun hasil dari karya pribadi. Dengan menggunakan tinta khusus, saya melukis wayang dengan goreskan tulisan "To Jest Wayang" dalam bahasa Polandia yang bermakna "inilah Wayang".

Saya sendiri yang masih terbilang awam hanya berniat bagaimana caranya supaya kelas batik tersebut bisa bermanfaat dan menarik. Syukur acara berlangsung sukses dan bermanfaat. 

Melalui semua penat ataupun perasaan gamang, kesemua itu hanya diawali dengan niat ingin membantu teman yang kemudian berbuah sebuah ilmu dan seberkah persahabatan. 

Hidup Sebagai Minoritas

Sekiranya ketiga suara saya di atas sebagai seorang minoritas di negara tempat saya tinggal ini mudah-mudahan selalu memberikan manfaat. Kalau di Indonesia saya adalah mayoritas, selama hidup merantau dan menjalani peran seorang minoritas, justru banyak sekali hikmah yang bisa dipetik.

Harapan saya adalah bagi saudara dan teman-teman di Indonesia agar senantiasa menjaga perbedaan dengan perdamaian. Karena terasa begitu miris ketika berita-berita di tanah air yang penuh dengan polemik dan identik dengan isu SARA justru semakin marak mengigat persaingan Pilkada DKI 2017 ini. 

Jadi ketika ada bangsa atau kaum lain yang menghargai budaya dan agama kita di negeri lain sementara di negeri sendiri bak porak poranda dengan saling hina & tuding padahal saudara serumpun, sekalipun jauh di L.N keprihatinan itu ikut terasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun