Malam yang begitu damai
Detik jam yang hanya terdengar
Gerimicik air kolam yang samar
Mata ini tak bisa kembali terpejam
Berpikir apa yang harus dilakukan
Ah, mungkin menulis dijadikan pilihan
Sekedar untuk mengungkap perasaan
Kesal dan kecewa yang jadi hambatan
Oke, kita mulai ceritakan
Persahabatan diambang kehancuran
Perasaan yang tidak terkendalikan
Emosi yang lebih dominan
Berpikir diri menjadi korban
Lupa, siapa yang berawal membuat kekacauan
Tidak lain dan tidak bukan ya diri sendiri pula
Beberapa hari menahan keegoisan
Berpikir diri yang paling benar
Hati berkata, cukup sampai disini
Ada banyak yang tersakiti
Tapi ego melarang untuk berhenti
Puncak dari semua ini
Kita ada, tapi tak baik-baik saja
Kita tersenyum, tapi menyimpan duka
Kita berbicara, tapi tak memiliki makna
Rasa enggan untuk memulai
Membuat mereka bungkam
Waktu mengetahui ini saatnya berdamai
Meminta maaf, dan kita kembali bersua
Kita baik-baik saja
Kita tertawa
Setiap kata penuh makna
Kita kembali ke jalur yang semestinya
Beruntunglah Yang Maha Kuasa masih menyayangi kita
Berkatnya kita kembali lebih mengetahui satu sama lainnya
Maaf dan terimakasih yang hanya bisa diutarakan
Kita tidak berjanji, ini tidak akan terulang kembali
Tapi ada satu hal yang perlu kita ketahui
Ego akan selalu terkalahkan oleh kelembutan hati
Itu sepenggal cerita yang menemani malam ini
Cerahnya mentari akan menyapa ku esok hari
Bersiap untuk kembali terlelap
Bangun dengan penuh syukur, dapat membuka mata kembali dan menikmati hari-hari yang selalu penuh dengan misteri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H