Mohon tunggu...
Asri Maftukhah
Asri Maftukhah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

available

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengurai Konflik Poso

15 Desember 2021   15:30 Diperbarui: 15 Desember 2021   15:32 5103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

(Latar Belakang Konflik,Kronologi Konflik dan Penyelesaian)

Konflik Poso yang terjadi di Sulawesi Tengah ini terjadi sejak 25 Desember 1998 sampai 20 Desember 2001.Peristiwa konflik Poso berawal  dari kerusuhan kecil antar pemuda Poso yang kemudian meningkat dan bekembang menjadi kerusuhan bernuansa agama.Konflik ini mengakibatkan sekitar 557 korban tewas,384 terluka ,sekitar 7.932 rumah --rumah hancur dan sekitar 510 tempat umum hancur akibat kerusuhan tersebut.Berakhirnya konflik ini di tandai dengan tertandatanganinya Deklarasi Malino antara kedua belah pihak.

Latar Belakang Konflik Poso          

            Kabupaten Poso merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.Masyarakat Poso yang tinggal di desa-desa mayoritas bergama Islam sedangkan dataran tinggi Poso masyarakatnya beragama Protestan.Selain masyarakat yang tinggal di Poso asli dan merupakan masyarakat asli ,terdapat juga orang yang bukan asli Poso yaitu pendatang dari Bugis Sulawesi Selatan dan Gorontalo bagian utara.Poso merupakan Kabupaten yang ada di Sulawesi Tengah yang dijadikan  sebagai focus transmigrasi pemerintah.Tujuan dari adanya program transmigrasi ini adalah guna membaw masyarakat dari daerah yang padat penduduknya dan mayoritas beragama Islam seperti masyarakat Jawa,Lombok serta Bali yang mayoritasnya beragama Hindu.Pada tahun 1990-an mayoritas penduduk yang beragama Muslim di Poso  adalah sekitar 60%

            Masyarakat pendatang dari Bugis yang beragama islam kemudian membuat terjadinya persaingan dalam bidang Ekonomi dengan penduduk asli Poso yang ada di Dataran Tinggi yang mayoritas beragama Kristen.

Kronologi Konflik 

            Konflik Poso ini terjadi sampai tiga periode yaitu :

  • Periode Desember 1998

Pada tanggal 24 Desember dan bertepatan dengan malam Natal serta ramadhan,ada seorang pemuda yang berasal dari penduduk yang mayoritas berama Protestan di Lambogia menikam seorang muslim yang bernama Ahmad Ridwan.Informmasi yang di dapatkan dan disebarluaskan di piha Kristen adalah Ahmad Ridwan melarikan diri setelah ditikam oleh Roy Runtu Bisalemba ke Masjid.Sedangkan dari pihak Muslim menggambarakan kejadian ini adalah sebuah serangan terhadapa pemuda Muslaim yang sedang tertidur dihalaman masjid.Kemudian para tokoh dari kedua agama bertemu dan membahas kesepakatan bahwa yang menjadi penyebab adanya kerusuhan ini adalah minuman keras.Akibat dari adanya kerusuhan tersebut Polres Poso menita ribuan botol minuman keras dn kemudian dihancurkan.

Selain adanya penikaman oleh pemuda Protestan terhadap pemuda muslim,ada juga kerusuhan lain yang terjadi yaitu ada sebuah toko yang dijaga oleh peuda Kristen yang kemudian bertemu dengan pemuda muslim yang akan meyita toko tersebut dan kemudian berkahir dengan bentrokan antar keduanya.Pada tanggal 27 Desember 1998 terdapat sekelompok orang Kristen yang bersenjata menaiki truk dari Tentena yang dipimpin oleh Herman Parimo yang merupakan anggota DPRD Poso dan seorang anggota dari Gerakan Pemuda Sulawesi Tengah ( GPST) .Selain truk yang dipimpin oleh Herman Parimo juga terdapat Sembilan truk Muslim yang tiba dari Palu,Parigi dan Ampana Ynag kemudian terjadi bentrokan sehingga polisi pun tidak mampu untuk melerai keduanya.

  • Periode April 2000

Pada periode April 2000 terjadi persidangan mantan Bupati Afgar Patanga.Patanga didakwa menyalahgunakan dana dari adanya program kredit pedesaan yang digunakan untuk meyewa massa untuk myerang gedung peradilan.Pada tanggal 15 April,Chaelani Umar seorang anggota DPRD dari Provinsi Partai Persatuan Pembangunan ,mengatakan bahwa aka nada lebih banayk kekerasan jika Damsik Ladjalani yang calon bupati itu tidak terpilih.

Seorang pemuda Muslim mengatakan bahwa dirinya diserang oleh sekelompok pemuda Kristen dan ia menunjukkan sebuah luka yang ada di lengannya sebagai bukti bahwa ia diserang oleh pemuda Kristen pada keesokn harinya.Pihak muslim pu tidak terima dan melakukan perlawanan.Selama peperangan terjadi rumah-rumah milik umat Kristen di Poso dibakar oleh massa.Dari adanya kejadian ini Polres Poso pun mendatangkan pasukan brimob dari Palu.Pada April tepatnya tanggal 17,anggota Brimob yang didatangkan dari Palu tidak sengaja menembaki kerumunan massa dan menewaskan Mohammad Yusni dan Yanto serta melukai delapan pemuda muslim lainya.Pertempuran mereda setelah Pngdam Wirabuana Mayor Jenderal TNI Slamet Kirbianto di Makasar mendatangkan 600 tentara.

  • Periode Mei 2000

Kejadian yang terjadi pada Mei 2000 adalah pertempuran yang terbesar.Pada periode ini didominasi oleh serangan balasan kelompok Kristen terhadap Muslim,selain adanya pertempuran itu juga terjadi penculikan dan pembunuhan.Pada awal mei ,muncul rumor bahwa banyaknya pemuda Kristen telah melarikan diri kesebuah kamp pelatihan di Kerei.Pasukan Kristen menamai kejadian ini adalah "Kelelawar Merah dan kelelawar Hitam ".Fabianus Tibo disebut sebagai pemimpin pasukan tersebut yang merupakan imigran Flores NTT.

Pada tanggal 23 Mei,terdapat sekelompok dari pasukan kelelawar hitam membunuh seorang polisi,Sersan Mayor Kmaruddin Ali serta dua warga sipil Muslim,Abdul Syukur dan Baba.Kelompok ninja atau kelelawar hitam kemudia bersembunyi disebuah gereja Katholik di Kelurahan Moengko.Merak bernegosiasi untuk meyerah kepada polisi.Pada saat itu para warga Muslim juga telah menunggu di depan gereja.Bukannya pasukan ninja menyerah diri ,justru kabur ke perbukitan yang ada di belakang gereja.Para muslim yang ada didepan gereja pun marah dn membakara gereja pada saat itu juga langsung membakar gereja Katholik.

Pada 28 Mei,serangan terhadap warga Islam sudah meluas.Anak --anak dan perempuan ditangkap bahkan sampai mengalami pelecehan seksual.Ada sekitar 70 orang berlari ke Pesantren terdekat yaitu Pesantren Walisongo yang dimana banyak sekali warga muslim yang di bunuh menggunakan parang serta senjata api.Orang-orang yang kabur tersebut berhasik ditangkap dan kemudian dibunuh serta mayatnya dilmpar ke sungai Poso. Sekitar 39 jenaazah ditemukan di tiga kuburan massal dan total kematian menjadi sekitar 191 orang.

Penyelesaian Konflik

            Setelah kerusuhan yangvterjadi Poso mereda,Mabes Polri Jakarta kemudian mendirikan Komando Lapangan Operasi. Pada tahun 2000 digelar Operasi Sadar Maleo. Pada pertengahan April 2004 terdapat Operasi Sintuwu Maroso.Satuan TNI dan Polri yang dimasukkan kedalam operasi ini termasuk Brimob Polda Papua,Kalimantan Timur dan Kelapa Dua Bogor.Konflik Poso berakhir dengan ditandatanganinya Deklarasi Malino pada 20 Desember 2001.Deklarasi tersebut merupakan perjanjian damai atara pihak Kristen dan islam yang ada di Poso.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun