Seorang tetangga kami di Cibabat-Cimahi meninggal setelah dirawat disalah satu klinik yang baru-baru ini pernah menjadi sangat terkenal dengan iklan yang banyak diplesetkan orang.
Setelah didiagnosa kanker prostat maka beliau dan keluarga berusaha mencari pengobatan non medis beliau tak mau menjalani operasi dan menolak tindakan medis lainnya.
Setiap minggu beliau keklinik tong Fg untuk memperoleh paket pengobatan kanker berharga 10-20 juta rupiah, menurut keluarga: paket anti kanker versi klinik tersebut terdiri daributiran pil kecil-kecil dan cairan yang harus diminum setiap hari.
Dalam pada itu proses penyebaran sel kanker semakin hari semakin nyata dengan munculnya benjolan dan luka dibeberapa bagian tubuh, bahkan jika buang air kecil selalu disertaigumpalan darah dan butiran aneh juga keluar bersama air kencing pasien.
Setelah beberapa minggu pasien kemudian meninggal dunia,meninggalkan anak yang masih belum tamat sekolah dasar dan seorang isteri, selamat jalan tetanggaku.
Penyakit-penyakit yang sudah memasuki masa terminal biasanya menjadi pertimbangan bagi pasien dan keluarga untuk mencari pengobatan non medis yang ternyata ada yang berbiaya tinggi.
Teringat wejangan seorang dosen kami tempo dulu yang selalu mengingatkan: jika menemukan pasien yang sudah berada pada tahap terminal maka keluarga harus di beri informasi yang cukup untuk mengambil keputusan. Apakah akan melanjutkan pengobatan dengan resiko menghabiskan biaya yang mungkin sangat mahal atau pasrah dan tetap berobat secara medis konvensional.
Obat-obatan untuk penyakit kanker dan tindakan khusus lainnya memang cukup mahal tetapi dengan adanya sistim penjaminan kesehatan seperti sekarang ini saya yakin sudah bisa ditanggulangi oleh sistim yang ada serta bantuan dari berbagai donor.
Pencegahan dapat dilakukan dengantindakan dan deteksi dini kanker prostat,hal ini dapat dilakukan pada klinik dan laboratoriumdisekitar kota tempat kita berada, ini dianjurkan pada pria usia 40 tahun keatas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H