Mohon tunggu...
Muhammad Asri Amin
Muhammad Asri Amin Mohon Tunggu... Freelance consultant -

Dokter umum, pemerhati epidemiologi penyakit menular dan komunikasi kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tenun Ikat Antisantet

5 Desember 2011   06:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:49 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki desa Takengan nampak ada dua lajur jalan desa yang dipisahkan oleh tiga sampai 5 unit bangunan atau balai tempat berkumpul dari kelompok masyarakat sesuai status perkawinan ada balai khas untuk penduduk yang sudah berkeluarga dan ada balai tempat berkumpulnya mereka yang belum berkeluarga. Sebagai desa yang sudah menjadi obyek turisme maka terlihat meja-meja pajangan untuk jualan cindera mata kebanyakan menjajakan lukisan serba mini diatas daun lontar yang paling banyak berhubungan dengan ceritera Rama-shinta-Rahwana- Jatayu. Selain itu ada beberapa kios yang menjual tenunan khas yang dikenal sebagai kain tenun Geringsing artinya tidak sakit, kain terlihat mirip tenun ikat sumba tapi motif tenun ada 4 kombinasi yaitu kembang cemplon, padma atau teratai, sarang tawon dan satu lagi tapi tak saya catat. Menurut pak Putu Suwardana para orang pintar di Bali sering menganjurkan seseorang yang mempunyai penyakit tertentu untuk mengenakan kain ikat geringsing agar sembuh dari penyakit. Bahan pembuatan kain berasal dari desa itu mulai dari kapuk dipintal jadi benang kemudian diwarnai memakai akar tumbuhan atau bahan-bahan lain dari tumbuhan disekitar desa, waktu yang dihabiskan membuat kain tenunan Geringsing bisa dua bulanan atau lebih karena mereka yang membuat tenunan ini harus fokus pada motif-motif yang akan dimunculkan dalam kain geringsing tersebut. harga kain dengan motif tradisional tersebut cukup mahal yaitu dua juta rupiah keatas. sayang sekali petunjuk jalan untuk menuju desa ini tidak terlalu kentara sehingga kita harus rajina bertanya untuk sampai ke desa itu (Oct 2011)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun