Mohon tunggu...
Muhammad Asri Amin
Muhammad Asri Amin Mohon Tunggu... Freelance consultant -

Dokter umum, pemerhati epidemiologi penyakit menular dan komunikasi kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Intoleransi Bertetangga SARA

18 Juni 2014   15:56 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:16 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul berita di media nasional terlihat cukup seram tentang Krisis Intoleransi disuatu wilayah, istilah krisis intoleransi ini tentunya cukup bikin kita jadi kaget. Beberapa waktu kemudian di media yang sama juga memberitakan tentang tetangga yang marah karena ada hajatan yang mengganggu tetangga lain.

Oooo rupanya kejadian yang dianggap krisis itu adalah masalah per tetanggaan. Perkelahian antar anak bertetangga sudah sering terjadi ini bias meningkat ke skala antar kampong seterusnya menjadi antar suku dan dapat berlanjut menjadi antar pemuka masyarakat sehingga berkembang ke mana-mana.

Istilah krisis  mungkin layak dipakai karena perkelahian atau pertengkaran kecil-kecilan dapat berkembang menjadi besar. Tapi jangan lupa bahwa memuat pertengkaran antar tetangga ke media nasional dapat juga memacu terjadinya krisis baru yang lebih besar.

Hubungan antar tetangga seringkali dipengaruhi oleh hal-hal sepele dapat berkembang menjadi, hal serius yang pada umumnya dapat diselesaikan oleh tetangga  lain maupun oleh tokoh setempat yang disegani oleh tetangga.

Peran ketua RT/RW  perlu di recognized (supaya keren)………untuk hal yang satu ini, mungkin ini yang melatar belakangi sehingga Ahok berniat menggaji ketua RT/RW.

Anak-anak tetangga kite ada yang sukses da nada yang biasa-biasa saja, ada tetangga baru yang lebih kaya dan belum dikenal masyarakat mungkin dianggap sombong dan lain sebagainya semua dapat memicu intoleransi tapi mungkin bukan krisis kaleee…..?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun