Mohon tunggu...
Muhammad Asri Amin
Muhammad Asri Amin Mohon Tunggu... Freelance consultant -

Dokter umum, pemerhati epidemiologi penyakit menular dan komunikasi kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pukat Pelaut dan Airasia Menantang Susi

11 Januari 2015   15:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:22 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang kerabat yang baru pulang melaut menceriterakan pengalamannya, dia harus ikut kapal penangkap ikan yang kebanyakan awaknya dari China, kapal itu mempunyai pukat yang sangat kuat hingga dapat mengangkat batu dari laut, untuk menurunkan kembali batu yang terangkat itu harus dipecah-dipecah dulu baru bisa dibuang kembali kelaut, berarti batunya besar dan berat, karena tak dapat diangkat oleh para awak kapal yang berjimlah 12 orang.

Ceritera ini sebenarnya sudah saya dapatkan sebelum airasia jatuh kelaut. Teringat kembali setelah   melihat cara kerja kapal yang menarik ekor pesawat air asia.  mungkin ada baiknya memikirkan penggunaan kapal pukat dalam mencari sisa jenazah yang kemungkinan masih dapat ditemukan.

Pencarian mayat yang berdasarkan penglihatan dan sonar tentu sangat terbatas demikian pula dengan mata penyelam yang visibilitinya mendekati 0 meter. Penggunaan pukat  mungkin lebih efektif karena ditebar saja sepanjang zona pencarian. Jika beberapa kapal pukat menyisir seluruh selat maka probabilitas penemuan akan lebih besar.

Mengingat dasar laut selat karimata yang kebanyakan lumpur maka penggunaan pukat tentu tak berbahaya bagi karang karena karangnya mungkin sudah terendam lumpur juga. Kelemahan pukat mungkin akan sobek jika terkena bagian kapal yang tajam dan berat.

Kerabat saya yang ikut kapal pukat tersebut diatas ingin memperoleh sertifikat pelaut tetapi nampaknya sertifikat pelaut sangat sulit diperoleh di Indonesia, sekalipun sudah lulus kursus kepelautan sertifikatnya baru keluar setelah menunggu selama setengah tahun atau bahkan bisa lebih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun