Mohon tunggu...
Cerpen

Ketika Kami Terjebak di Hutan

23 November 2018   23:57 Diperbarui: 24 November 2018   22:01 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah seorang pemandu wisata yang baru saja memulai bisnis di sebuah wilayah timur Indonesia. Hari ini, tugasku adalah membawa mereka hiking ke hutan konservasi yang berjarak kurang lebih 35 Km dari penginapan di kota dengan minibus tua. Minibus yang aku tumpangi terdiri dari 8 orang yaitu : Fred (78 tahun), Anggi (21 tahun), kanaya (19 tahun), lukman (40 tahun), prita (35 tahun), kevin (8 tahun), her (50 tahun), dan aku.

Sepulang rombongan dari hutan konservasi pada pukul 17.00, minibus mulai beranjak kembali ke penginapan. Pada kilometer keempat, minibus mogok. Ternyata terjadi gangguan mesin yang disinyalir disebabkan oleh bocornya air radiator sehingga mobil menjadi overheat. Perjalanan hingga menuju penginapan masih berjarak 31 Km lagi.

Saat itu jam menunjukkan pukul 17:30. Posisi kami belum benar-benar keluar dari hutan. Senja datang, hewan siang bersiap tidur dan hewan malam siap keluar mencari mangsa. Kampung terdekat yang penghuninya bisa dimintai bantuan masih berjarak 6 Km lagi di depan dengan medan tempuh yang cukup berbahaya karena ada lokasi yang bersinggungan dengan jurang. Kembali berjalan kaki ke pondok di pintu hutan konservasi pun artinya sama dengan kembali masuk ke bagian hutan yang lebih gelap. Dengan kondisi sinyal terbatas dan baterai ponsel yang tersisa 27%, aku mencari bantuan dengan mengontak rekan-rekanku di kota dekat penginapan. Salah satunya menyanggupi untuk menjemput dengan membawa mobil sedan berkapasitas angkut 4 orang sekali jalan. Karena jalanan menuju situ ada yang rusak, maka mobil akan tiba paling cepat dalam 2 jam 15 menit.

Selain itu, aku mengontak lagi rumah penjaga di pintu hutan konservasi. Penjaganya memiliki sebuah motor yang dapat menjemput orang satu persatu untuk sementara diinapkan di pondok tersebut. Sekali jalan bolak-balik (rumah-lokasi-rumah), motor tersebut membutuhkan waktu 30 menit. Saat aku sedang mengontak rekanku untuk meminta bantuan, aku melihat fred izin ke rombongan untuk masuk ke bagian dalam hutan yang rimbun untuk BAB. Setelah selesai mengontak rekan-rekanku, aku memberitahu bahwa akan ada bantuan yang datang.

Aku : "Perhatian-perhatian! Kawan-kawan, bisa merapat sebentar ? ada informasi yang ingin saya sampaikan." Ucapku dengan keras.

Prita : "Ada apa pak?." Tanya prita sambil memegang tangan anaknya yaitu kevin.

Aku : "Alhamdulillah kita dapat bantuan. Kita akan di jemput oleh sebuah motor dan mobil sedan berkapasitas 4 orang. Kemungkinan motor akan sampai sebentar lagi disini namun, perkiraan tiba untuk mobil sedan sekitar 2 jam 15 menit."

Kanaya : "Lalu siapa orang yang akan menaiki motor nanti pak?" Tanya kanaya, wajahnya terlihat ketakutan, kanaya memegang ponsel milik lukman yang ia gunakan untuk menyalakan senter dari ponsel.

Aku : "Baiklah kita harus mendiskusikan ini bersama-sama, ada yang punya usul?."

Kanaya : "Pak, saya tidak mau disini lama-lama, saya takut gelap pak, biarkan saya yang naik motor pertama." Ucap kanaya sambil menangis.

Kevin : "Huaaaa.... ibu... kevin takut bu, kevin gak mau disini lama-lama, kevin mau cepet pulang." Kevin pun menangis karena ketakutan sambil memegang tangan orangtuanya yaitu lukman dan prita.

Lukman : "Pak, saya ada usul! Bagaimana jika yang menaiki motor pertama nanti adalah neng kanaya? Kalo anak saya tidak saya biarkan dia naik motor karena dia punya penyakit asma, takutnya nanti kambuh. Dia harus didampingi orangtuanya pak."

Her : "Iya pak sepertinya neng kanaya aja yang naik motor pertama, saya biar disini sambil mencoba memperbaiki mesin lagi. "

Anggi : "Saya gak mau naik motor karena kaki saya sedang terkilir, nanti gaakan nyaman kalo naik motor dalam keadaan terkilir." Ucap anggi sambil memegangi kakinya.

Aku : "Baiklah kalau begitu sudah di putuskan bahwa kanaya yang akan menaiki motor. Apakah semuanya setuju?."

Semua Rombongan : "Setuju Pak!." Jawab mereka serentak.

Aku : "Lalu setelah saya pikir-pikir, bagaimana jika yang menaiki mobil sedan adalah anggi, bu prita, dan kevin? dilihat dari keadaannya anggi sepertinya lebih baik naik mobil karena kakinya terkilir, kevin harus didampingi orangtuanya karena masih kecil dan ia juga menderita penyakit asma."

Her : "Kalau saya sih setuju aja pak."

30 menit pun berlalu, penjaga pintu hutan konservasi terlambat datang ke lokasi kami berada.

Lukman : "Pak, sepertinya pak fred belum kembali, ini sudah 30 menit pak fred pergi meninggalkan kita, padahal tadi bilangnya hanya ingin BAB."

Tak lama kemudian, datanglah motor penjaga pintu hutan konservasi.

Penjaga : "Assalamualaikum pak, maaf kalo nunggunya kelamaan." Sapa penjaga pintu hutan konservasi.

Aku : "Waalaikumsalam pak, gapapa pak kami gak menunggu lama kok, terimakasih sudah mau kesini untuk membantu kami."

Penjaga : "Walah gapapa toh saya juga lagi ga sibuk, ada masalah apa sama minibusnya ?"

Her : "begini pak, air radiator nya bocor."

Penjaga : "Coba saya cek, saya lumayan ngerti soal otomatif karena dulu saya pernah kerja di bengkel."

Lukman : "Tapi pak kami ada masalah lain lagi, teman kami yang bernama pak fred sedari tadi belum kembali kesini, padahal tadi bilangnya hanya ingin BAB di bagian dalam hutan yang rimbun, tapi ini sudah sekitar 30 menit dia belum kembali, kami khawatir pak, kami juga tadi mendengar suara pluit dari hutan."

Penjaga : "Waduh kalo udah 30 menit sebaiknya dicari, takutnya ada kejadian yang tidak menyenangkan, apalagi ini di hutan."

Aku : "Kami juga takutnya seperti itu pak!."

Penjaga : "Mau saya bantu cari? Saya sangat paham bagian dalam hutan ini, saya juga bawa senter!."

Aku : "Neng kanaya apa gapapa kalo menunggu dulu disini?."

Kanaya : "Gapapa sih pak, tapi saya kelaparan."

Anggi : "Aku ada cokelat nay, nih aku kasih buat kamu." Anggi menyodorkan 2 bungkus cokelat ukuran sedang kepada kanaya, kanaya pun menerimanya dengan senang.

Aku : "Baiklah kalau begitu biar saya dan penjaga pintu hutan aja yang mencari pak fred, semuanya harap tunggu disini."

Aku dan penjaga pintu pun masuk kebagian dalam hutan dan mulai mencari pak fred. Penjaga pintu menunjukkan beberapa lokasi yang sekiranya mungkin untuk dilewati atau dijadikan tempat BAB oleh pak fred, kami berdua memanggil nama pak fred dengan keras. Lalu tiba-tiba...samar-samar kami melihat seseorang sedang tersungkur didekat pepohonan besar dan rerumputan, saat kami dekati, ternyata itu pak fred. Pak fred nampaknya terpleset dan kakinya terkilir sehingga ia kesulitan berjalan, tongkat milik pak fred patah akibat terjatuh. Lalu kami pun memampahnya untuk kembali ke lokasi rombongan.

Prita : "Astaghfirullah, ada apa pak?."

Aku : "Sepertinya bapak ini terjatuh dan kakinya terkilir."

Penjaga : "Kalau begitu saya mau coba benerin minibusnya dulu, pak her apa bisa bantu saya?."

Her : "Baik pak!."

               Pak her dan penjaga pintu hutan konservasi pun mencoba memperbaiki minibus. Disisi lain, terlihat rombonganku sedang berbagi obat nyamuk satu sama lain. Sementara itu, aku teringat bahwa di bus masih ada sisa 2 box makanan. Lalu aku mencoba menawarkan kepada rombonganku siapa yang ingin makan box makanan tersebut. Anggi dan kanaya menolak karena kenyang makan cokelat, kevin dan prita juga menolak karena kenyang makan makanan ringan, pak her dan penjaga pintu hutan menolak karena sedang sibuk memperbaiki minibus, aku pun memberikannya kepada lukman dan pak fred karena mereka kelaparan, sementara aku memakan roti yang aku bawa ditas.

               Pukul 19.00 minibus selesai diperbaiki, kami bersyukur dan mengucapkan banyak terimakasih kepada penjaga pintu hutan. Aku pun menelepon teman yang sedang dalam perjalanan menjemput kami dan memberitahunya bahwa bus sudah dapat berjalan lagi dan memintanya untuk kembali saja serta meminta maaf karena sudah merepotkan. Lalu kami pun kembali dengan selamat ke penginapan dengan menggunakan minibus.

GenerasiSolutifKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun