Nama : Asri Handayani
NIM : 46121120057
Matakuliah : KewirausahaanÂ
Dosen : Prof.Dr.Apollo,Ak.,M.Si.
Program Studi Psikologi
Universitas Mercu Buana Jakarta
Sebelum kita menjelaskan peran epithumia,thumos,logistikon pada perilaku Enterpreneur saya ingin menjelaskan pengertian ketiga nya.
Epithumia adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani dan merujuk pada hasrat atau keinginan untuk mencapai kesenangan atau kepuasan. Istilah ini sering digunakan dalam filsafat moral Yunani kuno untuk menggambarkan hasrat manusia yang sifatnya tidak terkendali atau berlebihan, seperti keinginan untuk menjadi kaya atau memperoleh kesenangan fisik yang tidak sehat.Â
Dalam konteks psikologi modern, istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan perilaku kecanduan atau obsesif yang didorong oleh hasrat yang kuat untuk memperoleh sesuatu yang dianggap memiliki nilai atau kepuasan tertentu. Dalam konteks bisnis atau kewirausahaan, epithumia dapat mendorong seorang entrepreneur untuk mengejar keuntungan atau pencapaian yang lebih besar, tetapi juga dapat memicu tindakan yang tidak etis atau merugikan. Oleh karena itu, penting bagi seorang entrepreneur untuk memahami dan mengendalikan epithumia mereka dalam menjalankan bisnis mereka.
Thumos adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani dan merujuk pada semangat atau motivasi dalam tindakan. Istilah ini sering digunakan dalam filsafat Yunani kuno untuk menggambarkan bagaimana seseorang dapat memotivasi dan mendorong diri mereka sendiri untuk mencapai tujuan atau tindakan tertentu. Thumos juga dapat merujuk pada semangat atau semangat juang dalam menghadapi tantangan atau hambatan. Dalam konteks bisnis atau kewirausahaan, thumos dapat membantu seorang entrepreneur untuk memotivasi diri mereka sendiri dan tim mereka untuk bekerja lebih keras dan mencapai tujuan yang lebih besar. Ini juga dapat membantu mereka mengatasi rintangan atau hambatan dalam menjalankan bisnis mereka. Oleh karena itu, membangun thumos dan semangat juang yang kuat adalah penting bagi seorang entrepreneur untuk sukses dalam bisnis mereka.
Logistikon adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani dan merujuk pada kemampuan rasionalitas dan penilaian. Istilah ini sering digunakan dalam filsafat Yunani kuno untuk menggambarkan kemampuan rasional manusia untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan yang tepat dalam situasi yang kompleks. Dalam konteks bisnis atau kewirausahaan, logistikon dapat membantu seorang entrepreneur untuk membuat keputusan yang lebih baik dan analisis situasi bisnis dengan benar. Hal ini dapat memungkinkan mereka untuk mengembangkan strategi bisnis yang lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan mereka. Oleh karena itu, mengembangkan kemampuan logistikon yang kuat sangat penting bagi seorang entrepreneur untuk sukses dalam bisnis mereka.
Epithumia, Thumos, dan Logistikon adalah konsep-konsep dari filsafat Yunani kuno yang dapat diterapkan pada perilaku entrepreneur. Epithumia merujuk pada hasrat atau keinginan untuk mencapai kesenangan atau kepuasan, Thumos merujuk pada semangat atau motivasi dalam tindakan, dan Logistikon merujuk pada kemampuan rasionalitas dan penilaian.Dalam perilaku entrepreneur, Epithumia dapat memotivasi seseorang untuk mengejar keuntungan atau keberhasilan dalam bisnis mereka. Thumos dapat membantu mendorong orang untuk mengatasi hambatan dan menjalankan tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka. Logistikon dapat membantu seseorang melakukan pengambilan keputusan rasional dan analisis situasi bisnis dengan benar.
Secara keseluruhan, konsep-konsep ini dapat membantu seorang entrepreneur untuk memperkuat kemampuan intrapersonal, termotivasi untuk bertindak, dan membuat keputusan rasional dalam menjalankan bisnis mereka.
Dalam karya 'Arete: Hidup Sukses Menurut Plato', Setyo Wibowo mengetengahkan bahwa pengendalian diri harus dimengerti berpijak dari cara bagaimana seseorang belajar hidup sukses. Untuk hidup sukses individu harus memahami apa itu filsafat.
Menurut Plato, filsafat adalah ilmu yang menimbulkan hasrat untuk terus menerus mencari tahu. Jadi, sejauh kita semua selalu ingin tahu secara kodrati, kita sebenarnya berjiwa seorang filsuf. Pendek kata, filsafat bertitik tolak dari rasa ingin tahu. (Wibowo 2010: 21).
Selanjutnya, hasrat untuk mencari tahu itu harus didasari oleh pengetahuan akan diri sendiri, karena bagaimana mungkin kita mencari tahu sesuatu dengan bijaksana jika kita tidak mengenali diri kita sendiri.
Maka yang menjadi penting adalah diri sejati manusia adalah jiwanya. Di dalam jiwa ini, terdapat tiga dorongan: Inti pikiran, afektivitas dan nafsu-nafsu.
Berpijak dari sini, dalam dunia praktis yang terpentas, ada sebuah gejala yang sering tidak disadari dan kurang mampu dikendalikan.
Seringkali muncul tindakan-tindakan yang kebablasan, sikap yang merasa tahu segala-galanya padahal tidak menguasai dengan sebenar-benarnya, termasuk kurang mampu membedakan apa dan bagaimana cara membawa diri di hadapan umum.
Maka dalam kondisi demikian, manusia dipandang perlu untuk belajar dan menyadari bahwa pengendalian diri adalah penting.
Menurut ukuran Plato, ciri manusia yang mumpuni dapat dilihat dalam kerangka susunan: Epithumia, tumos dan logistikon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H