Agak tergelitik liat berita di TV kemarin, tentang seorang sisawa SD yang oleh gurunya diminta untuk menyebarkan jawaban ke teman-temannya saat ujian kelulusan SD berlangsung , media massa menyebutnya “nyontek masal”, lucu juga. Agak miris dengernya, masa lho ya guru kok nyuruh sisawanya nyontekin dan mengajarkan mencontek… Kalau dipikir-pikir jadi inget waktu jaman saya SD dulu. Dulu waktu SD saya termasuk anak yang anti contek-mencontek, setiap kali ulangan atau ujian atau mengerjakan tugas apapun selalu saya kerjakan sendiri, dan saat ulangan di kelas biasanya saya akan membuat batas antara saya dan teman sebangku saya dengan buku yang berdirikan di meja sehingga dia tidak bisa melihat jawaban saya dan begitu pula saya tidak bisa melihat jawaban dia. Sebenarnya bukan saya saja yang bersikap seperti itu, teman sebangku saya dan teman-teman satu kelas saya rata-rata juga bersikap seperti itu, jadi memang waktu SD sama sekali tidak pernah ada niatan untuk mencontek jawaban teman, dan tidak ada juga godaan untuk mencontek karena kami belajar untuk mengerjakannya sendiri, tapi ya kalau memang jatahnya tugas kelompok tentu saja kami mengerjakan bersama dalam satu kelompok.
Menginjak SMP saya masih berusaha untuk mempertahankan prinsip saya untuk tidak mencontek. Pada awal-awal masa SMP memang tidak ada masalah atau kesulitan bagi saya untuk tetap bertahan tidak mencontek, tetapi lama kelamaan –karena lingkungan begitu berpengaruh terhadap perilaku seseorang- melihat teman saya yang setiap ujian tidak jarang melirik jawaban teman, atau bahkan yang lebih terang-terangan lagi melemparkan kertas kepada teman yang ditanya agar mengisikan jawaban di kertas tersebut, saya pun mulai terpengaruh. Awalnya hanya kecil-kecilan, seperti mencontek tugas atau pekerjaan rumah, dengan dalih lupa, tidak bisa atau yang lebih menyedihkan lagi malas. Lalu mulai dari hal kecil itu, berlanjut ke “bertanya pada teman saat ujian” hehe…. Saya masih ingat sekali dulu bagaimana cara saya mencontek, dengan gaya sok ingin meminjamkan teman saya penghapus yang sudah saya tulisi nomer yang ingin saya tanyakan, pelan-pelan saya panggil teman saya lalu saya berikan penghapus itu, tentu saja dari awal sudah terbentuk perjanjian diantara kami jadi tidak salah kode. Saat itu saya mencontek bukan karena saya tidak belajar, tentu saja saya belajar, hanya saja namanya manusia kan pasti ada lupanya jadi untuk beberapa jawaban yang saya tidak tau saya tanyakan pada teman-teman saya. Kadang tidak hanya sekedar menanyakan jawaban, tapi juga mencocokan jawaban jadi ketika sadar ada jawaban yang salah langsung bisa diganti, dan memperbaiki nilai tentu saja. Sejak itu saya begitu menikmati mendapat nilai bagus dengan cara bekerjasama saat ujian, bukan kriminal kan? Kalau ada yang bilang mencontek itu tindakan kriminal karena mencuri jawaban teman, tentu saja saat itu saya bantah dengan keras, karena saya sama sekali tidak merasa mencuri kok, kita sama sama mau, nah lho? Menginjak SMA kebiasaan seperti itu bertahan sampai masuk kelas 3.Heran ya, kata orang semakin bertambahnya usia seharusnya sikap seseorang semakin dewasa, tapi kok saya malah jadi semakin labil dan mudah dipengaruhi. Beda sekali dengan saya waktu SD yang begitu teguh mempertahankan prinsip untuk tidak mencontek. Oke ternyata memang lingkungan berpengaruh.
Saat kelas 3 SMA ada seorang teman saya yang sama sekali tidak mau mencontek ataupun diconteki. Kenapa? Alasan dia sederhana dan memang agak klise atau anak muda bilang jawaban basi, jawabannya adalah dia ingin mendapatkan nilai yang baik dengan cara yang baik. Loh memang mencontek itu tidak baik? Tentu saja tidak, mencontek itu istilah kasarnya berbohong. Berbohong pada diri sendiri, karena hasil yang diperoleh bukan hasil kerja sendiri, bukan ukuran kemampuannya yang sebenarnya. Atau mencontek juga bisa diartikan mendzolimi diri sendiri. Loh kok bisa? Karena rasa tidak percaya dan kurangnya keyakinan akan kemampuan diri sendiri akan memberikan tekanan pada diri kita nantinya, apa coba kalau bukan mendzolimi namanya? Mencontek itu juga tidak adil. Tidak adil pada otak kita yang sudah semalaman belajar, memahami, menghapal tapi kok tidak digunakan secara maksimal. Tidak adil juga bagi orang tua kita karena memberikan nilai palsu.
Sejak saat itu saya selalu terngiang-ngiang pernyataan teman saya itu. Dan sejak saat itu pula saya resmi berhenti mencontek. Pelan-pelan sih, kadang agak tergoda ingin bertanya karena jujur saya tidak tau dan jujur juga saya tidak mau mendapat nilai jelek hehe. Saya mulai belajar kembali untuk mengendalikan diri, kalau ujian selalu memilih tempat di depan, karena kalau duduk didepan dekat dengan pengawas akan susah sekali ada kesempatan untuk mencontek sedangkan kalau duduk dibelakang wah akan banyak sekali obrolan diskusi jawaban.Pernah suatu kali saya datang agak terlambat. Tidak kebagian tempat di depan alhasil mau tidak mau duduk di belakang dan waaaaaaaaaaaaaaaaa berat sekali godaannya, teman dibelakang saya sibuk berdiskusi jawaban yang mau tidak mau tentu saja saya dengar lalu tergoda menyocokkan dengan jawaban saya dan ketika jawaban saya salah tergoda untuk mengganti, benar-benar cobaan yang beraaaaaaaaaaaaaaat. Siapa coba yang tidak mau dapat nilai bagus dengan cara yang mudah?
Tapi kemudian saya mencoba untuk kembali meyakinkan diri saya sendriri dengan mengingat kata-kata teman SMA saya dulu. Sampai sekarang saya kembali menanamkan hidup tanpa mencntek hehe. Ada yang bilang naif atau ada juga yang bilang idealis, malah ada juga yang bilang pelit. Saya hanya menghindari sesuatu yang menurut saya tidak baik. Saya tidak menyalahkan mereka-mereka yang suka mencontek, berdiskusi jawaban atau apapun sejenis itu, karena itu pilihan mereka. Menurut saya setiap orang sudah memiliki keyakinan akan sesuatu yang benar dan tidak benar dalam hatinya, tinggal pilihan mana yang mereka pilih. Jadi saya kadang malas berceramah mengenai mencontek dan bla bla bla, kadang malah kalau ada teman saya yang bertanya pada saya saat ujian akan saya beritahu jawabannya selama saya tahu asalkan dia tidak mengajak saya berdiskusi jawaban saat ujian sedang berlangsung atau membagi saya jawaban. Kalau dipikir-pikir lebih asik begini lho. Lebih asik tidak mencontek. Karena ada beberapa teman saya yang memang ”hobi” mencontek atau berdiskusi jawaban saat ujian selalu mempermasalahkan tempat ujian dan siapa pengawas ujian hari itu, memang ada beberapa ruangan yang efektiv sekali untuk berdiskusi saat ujian dan tipe pengawas tentu saja berpengaruh, mereka akan senang sekali ketika mendapati seorang pengawas yang hanya tidur, sibuk membaca atau sibuk mengobrol dengan pengawas lainnya dibanding dengan pengawas yang begitu intens memperhatikan satu-satu mahasiswa yang ujian. Kalau saya? Dimana saja tempatnya dan siapa saja pengawasnya tidak ada pengaruhnya tuh
Memang lebih baik tidak mencontek kan?
untuk sesuatu yang baik harus dijalankan dengan cara yang baik ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H