3. Teori Simbolik
Karangan bunga ini dapat dilihat sebagai simbol kerjasama dan penghormatan yang memiliki makna lebih luas dari sekadar ucapan selamat ulang tahun. Publik dapat menangkap pesan bahwa kedua tokoh ini memiliki hubungan yang harmonis meskipun berada di pihak yang berbeda dalam politik.
Drama Politik dalam Gaya Turgi
Melalui kacamata teori drama politik Kenneth Burke (Dramatism), tindakan Prabowo mengirimkan bunga kepada Megawati dapat dianggap sebagai sebuah drama politik yang melibatkan elemen aktor, aksi, dan audiens:
a. Aktor: Prabowo dan Megawati sebagai tokoh utama dengan peran masing-masing dalam panggung politik nasional.
b. Aksi: Pengiriman bunga sebagai bentuk komunikasi simbolik yang mengandung pesan tertentu.
c. Audiens: Masyarakat Indonesia yang menafsirkan aksi ini sesuai dengan sudut pandang politik dan sosial mereka.
Dari sudut pandang dramatik, tindakan ini bisa dianggap sebagai upaya Prabowo untuk menunjukkan sikap dewasa, berkelas, dan penuh penghormatan, yang pada akhirnya dapat memperkuat citranya di mata publik. Namun, dalam konteks seksisme politik, hal ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mereduksi peran Megawati menjadi simbol keanggunan dan bukan seorang pemimpin yang tangguh.
Kesimpulan
Relasi antara Prabowo dan Megawati mencerminkan kompleksitas politik Indonesia yang tidak lepas dari bias gender dan simbolisme politik. Pengiriman bunga anggrek oleh Prabowo dapat dipandang sebagai simbol penghormatan, strategi politik, atau bahkan bentuk seksisme terselubung yang masih kerap terjadi dalam politik nasional.
Sementara gestur ini menunjukkan adanya hubungan yang lebih harmonis antara kedua tokoh, perlu diingat bahwa politik Indonesia masih harus berjuang untuk menciptakan ruang yang lebih setara bagi perempuan dalam kepemimpinan. Masyarakat perlu lebih kritis dalam menilai tindakan-tindakan simbolik seperti ini, agar politik tidak hanya menjadi panggung drama, tetapi juga sarana untuk mewujudkan keadilan gender yang lebih nyata.