Mohon tunggu...
Asrianto Asgaf
Asrianto Asgaf Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Olahraga, Baca Buku, Menulis

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Bungan Anggrek di Antara Kekuasaan: Analisis Seksisme Politik dalam Relasi Prabowo-Megawati

26 Januari 2025   03:01 Diperbarui: 26 Januari 2025   02:48 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto:screenshot,detik.com. kado ulang tahun

Dewasa ini politik Indonesia tak pernah lepas dari dinamika relasi kekuasaan yang kompleks, di mana faktor gender sering kali menjadi elemen penting dalam membentuk persepsi publik dan strategi politik. Salah satu hubungan politik yang menarik perhatian adalah antara Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri, dua tokoh yang telah memainkan peran signifikan dalam panggung politik nasional selama beberapa dekade. Dalam konteks ini, seksisme politik sering kali muncul dalam berbagai bentuk, baik dalam perlakuan media, persepsi publik, maupun strategi politik yang digunakan.

Tindakan Prabowo yang mengirimkan karangan bunga anggrek putih dan ungu untuk Megawati pada ulang tahunnya yang ke-78 mencerminkan lebih dari sekadar gestur penghormatan pribadi. Tindakan ini memiliki dimensi simbolis yang lebih dalam, yang dapat dianalisis melalui berbagai perspektif politik, termasuk seksisme politik yang kerap menempatkan perempuan pemimpin dalam kerangka simbolis daripada substantif.

Seksisme Politik dalam Relasi Prabowo-Megawati

Dalam sejarah politik Indonesia, Megawati Soekarnoputri sering kali menghadapi tantangan yang tidak dihadapi oleh politisi laki-laki, yaitu anggapan bahwa kepemimpinan perempuan lebih bersifat simbolis daripada praktis. Karangan bunga anggrek yang diberikan Prabowo, meskipun tampak sebagai gestur hormat, juga dapat dipandang sebagai bentuk penguatan stereotip gender. Bunga anggrek sering diasosiasikan dengan keanggunan, kelembutan, dan simbol feminitas, yang dapat memperkuat citra bahwa peran perempuan dalam politik lebih sebagai elemen estetis dibandingkan sebagai pemimpin yang kuat dan berpengaruh.

Di sisi lain, Prabowo sebagai representasi politik maskulin sering mendapatkan keuntungan dari sistem patriarki yang telah lama berakar dalam kultur politik Indonesia. Tindakannya, meski terlihat sebagai bentuk kesopanan politik, dapat juga ditafsirkan sebagai strategi untuk menampilkan dominasi yang halus, di mana ia memosisikan dirinya sebagai figur yang lebih besar dalam hubungan politik ini.

Simbolisme Politik di Balik Karangan Bunga

Dalam analisis teori politik simbolik, tindakan Prabowo mengirimkan bunga kepada Megawati dapat diartikan sebagai upaya membangun citra yang lebih bersahabat dan merangkul. Beberapa teori politik yang relevan untuk menganalisis tindakan ini antara lain:

1. Teori Elitisme

Tindakan ini menunjukkan adanya hubungan di antara elit politik Indonesia, di mana kedua tokoh menjaga keharmonisan di tengah persaingan politik. Pengiriman bunga bisa menjadi sinyal kepada publik bahwa persaingan di antara mereka tidak berarti permusuhan, melainkan bagian dari dinamika politik yang wajar.

2. Teori Konflik

Dalam konteks teori konflik, gestur ini bisa dipahami sebagai upaya meredakan ketegangan politik yang mungkin muncul di masa lalu. Prabowo mungkin ingin menciptakan citra bahwa ia menghargai peran Megawati dalam lanskap politik nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun