Mohon tunggu...
asri adila putri
asri adila putri Mohon Tunggu... -

hidup adalah pilihan

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Perkembangan Masa Psikososial Anak - Anak Tengah – Akhir

25 Mei 2015   20:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:36 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa kanak – kanak menengah dan akhir, diri internal (internal self), diri sosial (sosial self), serta diri yang diperbandingkan secara sosial (socially comparativ self) menjadi menonjol. Konsep - diri merujuk pada domain evaluasi yang spesifik mengenai diri. Penghargaan-diri merujuk pada evaluasi global menngenai diri, yang juga menyangkut martabat-diri (self-image). Penghargaan-diri memiliki kaitan yang cukup dengan prestasi sekolah namun memiliki kaitan yang kuat dengan inisiatif. Dan perkembangan dalam emosi dapat menyangkut : pemahaman terhadap emosi-emosi yang kompleks seperti bangga dan malu, mendeteksi bahwa ada lebih dari sebuah emosi yang dapat dialami didalam sebuah situasi khusus, mempertimbangkan lingkungan yang dapat menggiring pada reaksi emosional, memperbaiki kemampuan menekan dan mengungkapkan emosi-emosi negatif, serta penggunaan inisiatif-diri untuk mengarahkan kembali perasaan-perasaan yang ada.

Hubungan Antara Teori Moral Reasoning Piaget dan Teori Moral Kohlberg

Pada dasarnya, teori Kohlberg dan Piaget berisi dasar pemikiran yang sama dimana dalam teori keduanya mempunyai tiga tahap perkembangan Moral Reasoning.

Pada teori Piaget, tahap pertama (usia 2-7 tahun) ditandai dengan anak yang cenderung mematuhi aturan secara kaku (hanya menilai sesuatu sebagai benar dan salah tanpa melihat alasan dari suatu tindakan). Dikarenakan anak-anak memiliki tipe egosentrik, mereka hanya dapat melihat masalah-masalah dari satu sudut pandang. Anak-anak mempercayai bahwa aturan tidak dapat diubah, perilaku hanya dapat dinilai dengan ukuran benar dan salah. Perilaku yang salah, apapun bentuknya pantas diberi hukuman.

Tahap kedua (7-11 tahun) ditandai dengan meningkatnya fleksibilitas, dimana saat anak dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang dan dapat melihat dari sudut pandang lebih luas, mereka sudah mulai bisa mengembangkan konsep dimana terdapat satu standar yang absolut mengenai sesuatu yang benar dan salah, juga dapat mengembangkan perasaan untuk menilai berdasarkan keadilan dan kesamarataan. Pada tahap ini anak dapat membuat penilaian moral yang lebih kompleks, karena mereka sudah dapat melihat suatu situasi lebih dari satu aspek.

Tahap ketiga (11-12 tahun) anak sudah dapat mengerti formal reasoning, tahap dimana perkembangan moral mulai muncul. Anak pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa seseorang harus diperlakukan sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Di tahap ini anak sudah mulai dapat memperhitungkan situasi dengan lebih spesifik.

Kohlberg mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahap-tahap konstruktif. Tahapan-tahapan itu adalah Pra-Konvensional, Konvensional, dan Pasca-Konvensional. Pra-Konvensional mempunyai cakupan usia antara 4 s/d 10 tahun, Konvensional mempunyai batasan usia 10 hingga 13 tahun atau lebih, sedangkan tahap Pasca-Konvensional biasanya muncul pada usia remaja awal atau usia dewasa awal atau malah tidak sama sekali (Papalia, 2008). Biasanya, manusia yang tidak mencapai tahap ini ‘terjebak’ di tahap konvensional dan tidak berkembang lagi.

Dan stereotip gender demikian tersebar lluas d seluruh dunia. Antara pria dan wanita terdapat sejumlah perbedaan fiisik. Beberapa ahli menyatakan bahwa perbedaan kognitif antara pria dan wanita terlalu dibesar-besarkan. Ditinjau dari sudut pandang perbedaan sosio-emosional, secara fisik pria lebih agreaif dibandingkan wanita ; sementara dibandingkan pria, wanita meregulasi emosinya secara lebih baik dan lebih banyak terlibat dalam tingkahlaku prososial. Klasifikasii peran-gender menfokuskan perhatiannya pada seberapa maskulin, feminin, atau androginikah seseorang itu. Androgini berarti memiliki karakteristik feminin dan meskulin yang positif. Para ahli berpendapat bahwa kita ketika membahas gender, kita perlu meninjaunya dalam konteks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun