Tapi begini, jika dibandingkan antara para dedenkot Filsafat Analitik (Wittgenstein, Ayer, Austin dkk.) dengan dedenkot politisi yg "asal ngomong", keduanya punya kesamaan dan perbedaan. Persamaan keduanya, keduanya sangat antusias dalam mengulik bahasa.Â
Perbedaan keduanya, jika para filsuf analitik mengulik bahasa dalam rangka mencari kejernihan proposisi (clean and distinc), maka para politisi "asal ngomong" mengulik bahasa dalam rangka mencari "pemasukan" (income) .
Andai saya bertemu dengan Bryan Magee, saya ingin memberitahunya, Â "jika anda masih punya stok Filsuf Analitik di Oxford, sudilah dipinjamkan ke negara saya".Â
Saya ingin meminjam etos mawas diri mereka (self-critical awareness) untuk memeriksa jargon yang berseliweran di ruang-ruang publik Indonesia.Â
Saya ingin mereka dengan antusias memeriksa penggunaan frasa "atas nama rakyat", "atas nama kepentingan nasional", "kita tegakkan kemandirian ekonomi" Â yg sering berseliweran di gedung parlemen.Â
Saya ingin para filsuf analitik menguliti istilah "kerja,kerja,kerja", "kepak sayap kebhinnekaan", "kerja untuk Indonesia", "koalisi dengan rakyat" dan semacamnya yang berseliweran di sudut-sudut kota.
Sebelum Mazhab Filsafat analitik menjadi tren intelektual, ada yang sebut dengan Positivisme Logis, obsesi mereka adalah mencoba untuk membedakan secara ketat antara proposisi yang bermakna (meaningfull statement) dengan proposisi tak-bermakna (meaningless statement). Yang dimaksud dengan proposisi bermakna adalah proposisi yang kita tahu cara memverifikasinya.
Nah jikapun stok kaum Positivis Logis di kampung halaman Bryan Magee masih ada, saya berniat mau pinjam sekalian. Saya ingin meminta mereka melakukan penilaian, apakah frasa-frasa yang berseliweran di parlemen dan sudut-sudut kota itu "bermakna" atau tidak.Â
Kalaupun para pengucap frasa-frasa tadi mengelak bahwa itu bukan informasi tapi janji, maka biarkanlah kami dengan bebas mengevaluasinya secara kritis. Maka biarkanlah kami menjadi Popperian, yang akan mencari celah untuk memfalsifikasi frasa, janji, pernyataan yang mereka ucapkan.
Tapi sepertinya, anda (wah terjadi pergeseran penggunaan kata tunjuk orang di sini, dari 'mereka' ke 'anda', tapi kita andaikan di sini menunjuk pihak yang sama) tak begitu senang difalsifikasi.Â
Dan ketidaksenangan tersebut, anda perlihatkan dengan cara kuno, cara yang Pavlovian. Lampau hari saat ada yang mengkritisi anda di pinggir jalan-jalan yang anda lewati, sebahagian  digertak dengan penangkapan (walaupun dilepaskan) sebahagian dipanggil ke istana untuk diberi hadiah.