Akhirnya Vita pulang pagi, aku sengaja menunggunya, menanyakan keberadaan tetangga kami yang sebelah, kata dia orangnya memang betahan dirumah walau mati lampu sekalipun. Namun ia tak kunjung keluar juga, aku masih penasan. Keesokan harinya, aku yang masuk sore, masih menunggu nunggu pendengaran ku menangkap suara dari gedung no duapuluh tiga. Tepat pukul sembilan tiga puluh aku mendengar suara pintu dibuka, aku buru buru bangun dan keluar aku melihat si mbaknya sudah hampir menuruni tunggu kebawah, dan dia menoleh ke arahku, aku pun masuk kembali. Setelah aku masuk dia kembali dan masuk ke kontrakannya mungkin ada yang tertinggal, dan aku keluar melihat pintunya terbuka, lalu tertutup kembali. Aku menunggu hingga berangkat kerja sore namun ia juga tak kunjung keluar.
Dua hari kemudian aku dan Vita  pindah kontrakan ke blok ujung. Polisi sedang melakukan investigasi di ruang dua puluh tiga. Sebab, dua malam yang lalu ketika aku pulang kerja, wilayah kami dikerumuni banyak orang. Tetanggaku meninggal, belum jelas kepastiannya, apakah mati kelaparan karna lebih mengedepankan skincare demi penampilan yang goodlooking untuk sebuah pekerjaan, atau mati bunuh diri karna depresi menghadapi dampak pandemi covid19 yang membuat pemasukan stop beban bertambah dan krisis aktifitas karna mengharuskan untuk tetap berdiam diri dirumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H