Mohon tunggu...
Asrari Puadi
Asrari Puadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

#MakeLifeWithBetterAct\r\nI\r\nFollow me : @asraripuadi\r\n\r\nI Riwayat Organisasi :\r\n-Ketua Osis SMAN-3 Sampit Periode 2008/2009\r\n-Ketua Umum Jrockstar Sampit Periode 2009/2010\r\n-Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Kalteng-Solo Raya (IMKA-SORA) Periode 2010/2011\r\n-Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta Periode 2011/2012\r\n-Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)\r\nDepartemen Komunikasi dan Jaringan Eksternal Periode 2011/2012\r\n-Jurnalis Akademia Joglo Semar\r\n-BLM Fakultas Ilme Kesehatan Univ. Setia Budi Surakarta Perode 2012/2013\r\n-Ketua Umum DPP IMATELKI Periode 2012/2013

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Rakyat Untuk Mahasiswa

14 Januari 2012   17:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:53 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Dari Bengawan Menuju kota sesak gedung-Jakarta”
Hari itu, tak disangka dan tak diduga aku dan Sahabat itu memberanikan diri ke Jakarta, dengan menaiki Bengawan (sebutan armada kereta api) di hari liburan. Kali ini awal aku melangkahkan perjalanan yang lumayan jauh, dan baru pertama kalinya mengggunakan kereta api jarak jauh, antar kota antar provinsi.
Kereta detik itu tak diduga, dipenuhi dengan bergerombol rakyat indonesia, dimulai dari yang tujuan nya hendak jalan-jalan, pulang kampung, liburan, hingga seperti kami yang menyapa kota sesak gedung itu. Awal yang agak risih karena sesak, walau ditambah beberapa gerbong ternyata juga tidak memenuhi quota.
Yah akhirnya jadilah nuansa rakyat, hari itu aku merasakan panorama rakyat yang berpuluh-puluh tahun merasakan suasana sesak dan kurang nyaman di transportasi umum. Tapi apalah daya demi niat ke jakarta bertemu rekan dan aktivis mahasiswa, kami pun tetap konsisten  bahwa akan terus berada di dalam gerbong sesak kereta itu.


Perjalanan nya unik, dan perlu diketahui seperti tergambar sebelumnya aku dan sahabat itu tidak mendapat sebuah kursi pun untuk menaruh pantat empuk ini, akhirnya duduk berdiri dan berjaga sepanjang perjalanan.
Tapi banyak hal yang unik terjadi berbagai aktifitas rakyat yang hanya bisa ku bayangkan selama ini kurasakan, perjuangan rakyat terlihat begitu besar disitu. Ada berbagai macam pedagang asongan , mulai yang menjajakan tahu, tissue basah, rokok dan berbagai pernak-pernik kebutuhan konsumen lainnya.. beberapa jam silih berganti, stasiun-stasiun pun silih terlampaui, corak pedagang yang awalnya khas dengan oknum Jawa tengah berubah menjadi kesundaan, oh iya juga ada yang ngapak.


Terlihat sekali lagi bahwa perjuangan rakyat tidak hanya terasa di suatu daerah, namun semua daerah, semua ragam bahasa ingin kehidupan rakyat yang mapan.
Tiba di stasiun yang pedagang asongannya kesundaan, aku melihat dan mendengar dengan nyata suara teriakkan belasan anak-anak kecil dari luar kereta, memanggil dengan tegas penumpang yang ada didalamnya, “pak, bu, mas, mba minta uangnya pak, beri kami uang pak” tukas mereka, yang menjadi anehnya anak-anak itu bekerja di tengah malam,seingat ku tepatnya jam 1 malam,maka semakin tertegunlah hati ini,,
inikah potret ekonomi Indonesia ?
mana janji  Undang-undang yang menjamin setiap orang berhak mengenyam pendidikan, dan kerja yang mapan sesuai dengan umur.


Terlepas dari itu aku tidak habis pikir, mengapa anak-anak itu nekat dan berani, apa mereka tidak capek/ ngantuk di tengah malam seperti itu.
Dari sini aku terdorong, bahwa bersyukurlah kita yang sekarang ini masih diambang kecukupan, sementara banyak jutaan pemuda bahkan anak-anak yang belum tahu kehidupannya di Jam kehidupan besok hari.
Sungguh dilematis, tapi itulah fakta yang aku dan sahabat itu dapati.
Beberapa jam kemudian tibalah di stasiun tanah abang, stasiun yang cukup besar. Besar dengan kesesakan rakyat dan haru-piru dunia ekonomi kelas bawah.


Berlanjut perjalanan kami menggunakan KRL (kereta listrik) menuju pondok ranji. Di perjalanan terlihat lagi betapa menangisnya putra-putri bangsa ini, puluhan rumah terlihat di sepenjang Rel, sementara di seberang sana terlihat ratusan gedung pencakar ayam, yang sangat berbanding terbalik dengan kehidupan anak zaman di tepi rel.
Inilah historia negeri ini, kejadian yang selama ini terlihat hanya di layar kaca menjadi nyata di depan mata.
Astagfirullah, dimana wakil rakyat senayan yang tukasnya mewakili rakyat ?
Mungkin ini yang bisa aku petik selama perjalanan itu, aku tidak bisa menyampaikan banyak cerita namun inilah yang paling membekas.


Semoga nantinya aktivis mahasiswa, pembawa restorasi ibu pertiwi ini bisa membaca setangkai cerita ini, setangkai posting dari rakyat ini, dan berpikir bahwa ada yang lebih penting daripada mengurusi dengan problematika politik di negeri ini.
Saatnya lah kita mencanangkan ke diri kita, bahwa negeri ini perlu tangan kita, rakyat perlu perubahan, dan mereka sangat berharap kepada kita.


Semoga aktivis-aktivis mahasiswa yang akan terjun kedunia rakyat, guru, Ustadz, dokter,birokrat,atau di politik pemerintahan nantinya bisa memperjuangkan cita-cita rakyat.
Bukan hanya untuk kesejahteraan seperti segelintir orang penduduk senayan, tapi juga kesejahteraan penghuni pinggiran kereta, penghuni tepian gedun menjulang.
Peganglah ini, berjuanglah sahabat(i) aktivis mahasiswa. Berjuanglah,
Darah juang kita menentukan nasib rakyat di jam besok di hari kedepannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun