Mohon tunggu...
asri supatmiati
asri supatmiati Mohon Tunggu... Editor - Penuli, peminat isu sosial, perempuan dan anak-anak

Jurnalis & kolumnis. Penulis 11 buku, 2 terbit juga di Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Trump, Rindu Amerika pada Serigala #18

14 November 2016   21:36 Diperbarui: 28 November 2016   20:23 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia terkejut Trump melenggang jadi PresidenAmerika Serikat. Mempermalukan lembaga survey dan media di sana, yangsebelum-sebelumnya selalu memenangkan Hillary Clinton. Ironisnya,kemenangan ini disambut kemarahan rakyat Amerika. Kalau kita nontonyoutube, banyak yang upload video seperti ini: pemirsa yangmembanting atau menghancurkan televisi layar datarnya begitupenghitungan suara memenangkan Trump. 

Sementara di jalanan, demo pun pecah  danmeluas di berbagai pelosok Amerika Serikat. Baru kali ini dalamsejarah Amerika Serikat, presiden pilihan demokratis rakyatnya, didemo. Ditolak. Lah, katanya suara terbanyak, harusnya terima apapun hasilnya. Kan, katanya suara rakyat suara Tuhan. Ini di negara palingmapan berdemokrasi, loh. Kok gini? “It's not fair,” keluh Trump.

Itulah lucunya demokrasi. Memberi jalan kekuasaan pada sosok yang dibenci. Apa karena Trump banyak duit? Mosok sih, orang Amerika Serikat bisa dibeli? Malu, dong ya. Katanya negara paling maju demokrasinya di dunia. Masak macam orang sinisaja, yang dikasih kaos sudah pasti mau nyoblos. Eh, tapi ini tidakakan membahas soal money politics.Karena soal itu sering dibilang mirip (maaf) kentut hihihi....ada baunya tapi nggak ada buktinya. 

Mulai move onsaja, setelah Trump jadi presiden,what next?Mengapa dunia tampak tak menghendakinya? Apalagi dunia Islam, mengapaketar-ketir? Mengapa dia menjadi pemenang yang tak dirindukan? Trump dalam berbagai pernyataannya memang menunjukkan sosok yang vulgar menyatakan anti-Islam dan anti ras lainnya. 

Nada ocehannya juga menghina dan merendahkan. Ia menghina Islam sebagai pembuat masalah. Mau mengawasi dan menutup masjid. Mau melarang orang Islam masuk AS. Menendang para imigran (termasukmuslim). Menghina imigran Meksiko sebagai kriminal dan akan membangun tembok di perbatasan. Akan mendeportasi etnis Hispanik. Seringmenghina wanita, bahkan diduga melecehkannya.

Pernyataan-pernyataan nylekitnya itu dikhawatirkan akan menimbulkan masalah. Memicu konflik antara muslim dengan nonmuslim, antara dunia Barat dan Timur, antara AS dengan berbagai negara. Makanya, sampai ada yang memprediksi bakal pecah perang dunia ketiga kalau Trump dibiarkan. Anehnya, kembali ke pertanyaan, mengapa Trump menang? Yaah, kalau pemilunya digelar di seluruh dunia, pasti Trump tidak terpilih. Karena warga dunia benci dia. Masalahnya, yangmemilih dia adalah warga AS. Benarkah warga AS membencinya? Ternyatakan, tidak.

Bisa jadi, Trump justru pemimpin impian warga Amerika Serikat sendiri. AS merindukan sosok American tulen. Pemimpin bergaris keras yang gentleman mengklaim sebagai musuh Islam. Sekuleris sejati. Liberalis fanatik. Bukan berwatak “serigala berbulu domba” yang tidak berani menunjukkan  keserigalaannya secara vulgar, seperti gaya presiden sebelumnya. 

Maka, slogan make America great again yang diusungTrump cukup membakar. Bahkan, di dada para pembenci Trump sekalipun, mereka lebih mencintai Amerika di tangan serigala, dibanding (maaf), di tangan perempuan. Mengapa? Memimpin Amerika sama dengan memimpin dunia. Mereka tak rela kekuasaan yang sedemikain besar,  luas dan hebat ini ditahbiskan di pundak perempuan (bahkan, 54 persen perempuan memilih Trump, saya tulis di artikel lain).

Trump adalah simbol sejati pejuang ideologi sekuler. Tegas memusuhi pihak-pihak yang memusuhi gagasan liberalnya. Terutama, memusuhi Ideologi Islam sebagai rival beratnya, setelah ideologi sosialisme tak lagi bertaji.  Apalagi diprediksi ideologi Islam ini segera bangkit. Inilah yang dirindukan Amerika.

Contoh nyata --pernah diulas di Jawa Pos--bagaimana pemilih muda di sana ternyata sangat mendukung Trump. Alasannya, 'menjamin' lapangan kerja untuk mereka. Selama ini, kedatangan imigran dari berbagai penjuru dunia telah 'menyempitkan' kesempatan kerja bagi pribumi AS. Maka, kebijakan Trump yang akan menendang para imigran, adalan jaminan pekerjaan bagi generasi muda ini.  

Jadi, Trump adalah wajah Amerika sesungguhnya. Apakah ini akan membahayakan dunia? Mungkin. Tapi, jika itu terjadi, pasti sudah kehendak-Nya. Karena, Trump, jika konsisten dengancelotehnya yang selalu membuat marah dunia Islam, malah bagus. Maksudnya, supaya umat Islam sadar dari pingsan, bahwa sejatinya seperti itulah watak asli Amerika. Watak asli pengemban terdepan ideologi kapitalis sekuler. Trump adalah serigala sesungguhnya, yang tidak lagi bermantel bulu domba seperti pendahulu-pendahulunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun