Mohon tunggu...
asri supatmiati
asri supatmiati Mohon Tunggu... Editor - Penuli, peminat isu sosial, perempuan dan anak-anak

Jurnalis & kolumnis. Penulis 11 buku, 2 terbit juga di Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Trump, Rindu Amerika pada Serigala #18

14 November 2016   21:36 Diperbarui: 28 November 2016   20:23 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini, umat Islam terbuai dengan pemimpin-pemimpin AS yang tampil bak “serigala berbulu domba”. Atau istilah orang Islamnya, munafik. Di depan umat Islam dia memuji, menyanjung, sok bersahabat, sok toleran, sok membantu dan sok baik banget (Huh, mana mungkin AS begitu mencintai dan memikirkan kesejahteraan rakyat muslim Indonesia, misalnya).  

Tetapi dalam hati terdalamnya, selalu memusuh iIslam. Selalu membuat makar yang menyudutkan Islam. Selalu membuat konspirasi untuk mencegah bangkitnya kekuatan umat Islam. Seperti menciptakan stigmatisasi tentang terorisme, menciptakan ISIS, menginvasi Iraq, mengadu domba warga Syuriah, mendukung Israel memerangi Palestina dan segala tindak tanduk lainnya.

Pengamat, pakar, ilmuwan, cendekiawan, intelijen atau orang-orang yang biasa berpikir mendalam, mengaitkan berbagai sepak jertang negara nomor satu di dunia itu, dan rajin menganalisanya; mereka semua paham betul, bahwa semua itu dalam rangka membendung potensi bangkitnya kekuatan ideologi Islam yang berpotensi menghancurkan ideologi kapitalis. 

Tetapi, dengan tampilan bak “serigala berbulu domba”, umat muslim dan warga dunia pada umumnya tidak sadar bahwa AS ini adalah common enemy. Mereka malah mengelu-elukan sebagai kiblat peradaban. Membebek segalahal berbau Amerika. Bahkan menjadikan Amerika sebagai negeri impian. Karena, tawaran kebebasan dan liberalisme di sana sangat menjanjikan. Maka dunia pun dipimpin peradaban sekuler hingga saat ini.

Umat Islam terpingsankan. Tidak 'ngeh' bahwa dia telah tertipu oleh standar ganda AS. Tersihir kebaikan AS yang semu. Umat Islam pun dibuat harus selalu husnudzon. Bahkan diadu domba pun tetap tidak bangun-bangun. Ditampar dengan cap-cap radikal, fanatik atau bodoh sekalipun, tetap selalu bersu'udhon dengan sepak terjang AS. 

Nah, selama ini, jujur, warga dunia, khususnya umat Islam, apakah enjoy menikmati hidup di bawah ketiak “serigala berbulu domba”? Apakah cukup hidup tenang, nyaman dan damai dibawah payung peradaban sekuler pimpinan Amerika Serikat? Apakah kalau serigalanya sudah tampil vulgar, masih pingsan juga? 

Inilah yang diprediksi Samuel Hutington. Bahwa perang peradaban tak terhindarkan. Perang antara ideologi sekuler dan ideologi Islam tak akan terelakkan. Apakah itu dalam bentuk PerangDunia ke III, wallahu'alam. Apakah akan terjadi jika Trump presidennya? Wallahu'alam. Kita sih, menghendaki damai-damai saja. Tapi yang jelas, dunia akan terus mengerucut menjadi dua kutub yang saling bertentangan: pro-Trump vs anti-Trump. Sekuler vs non-Sekuler (baca: Islam). Hitam vs putih. Haq vs batil. Itu pasti.(*)

Bogor, 14 November 2016.

Bukan Ngalor Ngidul Edisi 18

#trump #islam #ngalorngidul 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun