Mohon tunggu...
Aspiansyah Tibyan
Aspiansyah Tibyan Mohon Tunggu... Penulis - Catatan harian dari penyangga IKN Nusantara.

ASN instansi vertikal, bertugas di Kalimantan Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Catatan Harian dari Penyangga IKN Nusantara ke-4

5 Juli 2022   19:33 Diperbarui: 5 Juli 2022   19:44 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkadang ada rasa jengkel di hati ini saat membaca tulisan yang dibuat dengan research seadanya dan sumber seadanya dari mesin pencari. 

Lalu dengan judul yang bombastis, provokatif dan terkesan intelektual, mereka menulis sesuatu yang tidak utuh, dan seringnya bias. Akibatnya, pemahaman publik menjadi tergiring ke arah yang tidak semestinya.

Sebagai contoh, pengkaitan antara IKN dengan anggaran. Anggaran yang "dibahasa-kerenkan" dengan fiskal. Lalu mereka menulis artikel yang mencoba menggiring opini publik (baik penggiringan itu disengaja maupun tidak disengaja, dan mungkin kebanyakan tidak disengaja), sehingga publik jadi berfikir di alam bawah sadarnya bahwa IKN adalah proyek laknat yang bisanya hanya menghabiskan anggaran. Astaghfirullah...

Untuk menyikapi permasalahan ini, kita harus membudayakan sikap seorang cendekiawan. 

Kita, dalam ambang batas minimal tertentu, harus memiliki kemampuan intelektualitas dalam berhadapan atau berinteraksi dengan informasi. Baik itu informasi yang kita serap, maupun informasi yang kita produksi.

Pada contoh kasus di atas, mari kita petakan bersama. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, kita sepakat bahwa IKN sudah resmi disahkan melalui undang-undang. Artinya IKN sudah ada payung hukum dan dasar yang jelas. 

Di sini saya rasa, saya sudah tidak perlu lagi membahas tentang bab pro kontra IKN itu. Sudah terlalu banyak tulisan tentang itu. Pembahasan pro kontra saya fikir sudah selesai, dan tidak perlu diperpanjang lagi. Intinya, sebagai sebuah bangsa demokrasi, kita sudah sepakat dengan IKN.

Lalu permasalahan berikutnya adalah permasalahan pendanaan.

Logikanya sederhana saja, kalau tidak ada dana, tidak mungkin IKN bisa jalan. Kita juga sudah sama - sama tahu kalau uang yang kita miliki sendiri (uang yang dimiliki oleh negara kita dan yang dipegang pemerintah saat ini) tidak akan mampu membiayai pembangunan IKN. 

Lalu apakah tidak ada jalan keluarnya? Ada. Dan banyak. Salah satunya melalui investasi. Jadi apakah logis kalau kita sebenarnya punya banyak jalan keluar, namun kita berhenti atau menunda pembangunan IKN yang sudah kita sepakati bersama ini?

Dan ingat, pembangunan IKN tidaklah seperti pembangunan seribu candi yang harus selesai dalam satu malam. Makanya itu diperlukan perencanaan dan pentahapan.

Dan tenang, semua itu sudah ada yang mengurus. Orang - orang pintar. Orang - orang yang mengurus itu kita bayar dari pajak - pajak kita. Seharusnya kita tidak perlu pusing. Biar mereka yang urus. Tapi kalau kita mau memantau juga, ya silahkan. 

Yang perlu kita pusingkan, dan ini yang paling penting menurut saya, adalah bagaimana pendapatan kita bisa meningkat, sehingga kita bisa membayar pajak lebih banyak lagi. Sehingga kalau kita mau protes, protes kita menjadi lebih berwibawa.

Salam Indonesia Maju!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun