Mohon tunggu...
Aspar
Aspar Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi bidang olahraga dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Reflkesi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

22 Maret 2023   12:04 Diperbarui: 22 Maret 2023   12:12 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

REFLEKSI DWI MINGGUAN

MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Oleh. Aspar

CGP A.6.18 Sumatera Barat

Pembelajaran modul 3.2 menekankan pada pengelolaan sumber daya sekolah. Guru sebagai pemimpin pembelajaran dituntut memiliki kompetensi melakukan pengelolaan sumber daya tersebut. Pembelajaran mengikuti alur MERDEKA, yakni dimulai dari "Mulai dari diri" hingga aksi nyata. Untuk mendokumentasikan perasaan, pengalaman, gagasan serta aksi nyata yang dilakukan, berikut ini jurnal refleksi dwi mingguan saya. Refleksi ini menggunakan model 4 F, yakni Facts (peristiwa), Feelings (perasaan), Findings (pembelajaran), dan Future (penerapan ke depan).

Fact (Fakta)

Modul 3.2 ini memberikan pengetahuan baru bagi saya tentang pengetahuan seputar aset sekolah yang bisa dijadikan modal dalam mencapai visi sekolah, Modul ini juga memberikan pengalaman yang menambah pemahaman saya apa saja objek yang termasuk dalam aset sekolah. Modul  3.2 juga menjelaskan perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dan pendekatan berbasis aset.

Ruang kolaborasi mengelompokkan CGP dalam kelompok PP masing-masing. Diskusi diarahkan pada pemetaan aset di salah satu sekolah CGP. Pemetaan diarahkan pada aset-aset sekolah didasarkan pada 7 modal yang dimiliki sekolah. Hasil diskusi dipresentasikan dan diunggah pada laman LMS. Kegiatan ini menambah pemahaman saya tentang bagaimana seharusnya menjadi pemimpin pembelajaran.

Kegiatan di modul 3.2 ini diakhiri dengan kegiatan diskusi virtual di ruang Elaborasi pemahaman bersama instruktur nasional. Pemaparan materi yang disampaikan instruktur sangat jelas dan rinci sehingga saya pribadi yang belum begitu paham tentang materi modul 3.2 mendapatkan banyak pencerahan dari pertemuan virtual ini.

Feeling (Perasaan)

Mengikuti pembelajaran pada modul 3.2 memberikan pengalaman baru bagi saya. Saya menjadi lebih memahami bahwa guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu melakukan pengelolaan sumber daya di sekolah. Mempelajari modul ini saya jadi tahu bahwa aset sekolah bisa dijadikan modal utama dalam mencapai sebuah visi sekolah dengan sukses. Bagaimana kita bijak dan terampil dalam mengelola aset sekolah dan memanfaatkan sebaik-baiknya secara bijak untuk mendukung pembelajaran yang berpihak pada murid, untuk membantu siswa menemukan kemerdekaan belajarnya, untuk menanamkan karakter mulia dan budi pekerti luhur ada siswa.

Finding (Pembelajaran)

Mempelajari Modul 3.2 tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya memberikan banyak pelajaran dan pengalaman baru bagi saya. Diantara pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut ini.

  • Pertama yaitu ekosistem terdiri dari faktor biotik (unsur hidup atau manusia) dan faktor abiotik (unsur tak hidup yaitu keuangan, sarana dan prasarana serta lingkungan alam). Kedua faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain dan memiliki hubungan yang erat dalam mendorong terwujudnya visi sekolah secara maksimal, jika dikelola secara bijak cerdas, terutama dalam menunjang pembelajaran yang berpihak pada murid.
  • Kedua yaitu tentang pendekatan dalam menghadapi setiap persoalan dalam sekolah. Ada dua pendekatan yang saya pelajari yaitu pendekatan berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan dan pendekatan berbasis aset/kekuatan. Pendekatan berbasis kekurangan, seseorang akan melihat sebuah persoalan dengan paradigma berpikir yang pesimis, yang dilihat dalam masalah itu adalah kekurangan, kelemahan yang bisa berdampak kurang berhasilnya sebuah program. Akibat paradigma berpikir seperti ini, maka orang tersebut tidak akan melihat sebuah kekuatan positif, bahkan hal positif yang sebenarnya bisa jadi peluang malah tidak tampak karena dia hanya akan berpikir sebuah kesulitan yang akan dihadapi. Baik berangkat dari situasi dan kondisi maupun dari pengalaman sebelumnya. Pendekatan berbasis kekuatan merupakan kebalikan dari pendekatan berbasis kekurangan. Guru atau seseorang dalam menghadapi sebuah permasalahan, akan selalu berpikir positif dan optimis, sehingga setiap kekurangan yang ada bukan sebuah masalah, dia akan melihat sisi positif, nilai lebih yang menjadi aset/kekuatan yang bisa dijadikan faktor pendukung yang mampu menyukseskan berjalannya sebuah acara. Dari paradigma positif tersebut, guru tidak akan menggantungkan kebutuhan kegiatan itu pada orang lain, tapi mencari peluang bagaimana supaya kebutuhan tersebut bisa diatasi. Pendekatan aset ini digunakan sebagai dasar paradigma inquiri apresiatif. Seorang guru sebagai agen of change, pemimpin perubahan, sudah selayaknya menggunakan pendekatan ini melalui inquiri apresitif tahapan BAGJA untuk memulai melakukan transformasi pendidikan.

Ketiga yaitu aset-aset atau modal utama. Ada tujuh aset yang dapat dijadikan salah satu alat membantu mengenali sumber daya yang menjadi aset sekolah yaitu modal manusia (kepala sekolah,guru, murid, komite, masyarakat sekitar, dan tenaga kependidikan), modal sosial (norma/aturan yang mengikat, kepercayaan, komunitas. Modal politik (aktifitas demokrasi, SDM yang dapat mempengaruhi kebijakan), modal agama dan budaya (kegiatan ritual keagamaa, kebudayaan), modal fisik (ruang kelas, lab, ruang pertemuan, musolla, toliet, saluran pembuangan/air, alat transportasi, jalur komunikasi/transportasi, dll). Modal lingkungan/alam (potensi alam sekolah yang belum di olah, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dll) dan yang terakhir modal finansial (keuangan, pengetahuan bagaimana menghasilkan uang)

Future (Penerapan)

Modul 3.2 mengajak CGP untuk melakukan pemetaan terhadap aset yang terdapat di sekolah masing-masing CGP..

Membiasakan warga sekolah untuk memaksimalkan potensi-potensi yang ada, sehingga potensi itu dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Melakukan kolaborasi antar sesama komponen biotik (Sumber Daya Manusia) dalam sekolah. Kolaborasi ini mendukung proses pembelajaran yang berpihak pada murid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun