Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Nilai Budaya
Mohamad Asny Birru Zawali
asnyarkuza@gmail.com
Â
Abstrak
Keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikannya banyak bergantung pada hal  bimbingan kepala sekolah dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Mengacu pada Pasal 15 Permendikbud No. 6 Tahun 2018 tentang Tugas Pokok dan Tanggung Jawab, Direktur Sekolah harus mengurus tugas manajerial yang paling penting, yaitu pengembangan kewirausahaan dan kepemimpinan di antara guru dan staf pengajar dan dikembangkan peningkatan mutu sekolah berdasarkan beberapa standar nasional yaitu Pelatihan, pelaksanaan tugas belajar dan pendampingan, Proses Pembelajaran dan pendampingan, dilanjutkan dengan sesi pelatihan, melakukan tugas belajar atau pendampingan di luar tugas pokoknya dan Promosi budaya Indonesia. Sekolah merupakan tempat berkembangnya budaya bangsa. Pembinaan budaya sekolah merupakan bagian terpenting yang tidak luput dari perhatian kepala sekolah. .
Kata Kunci : Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Budaya Sekolah
Â
Pendahuluan
Pendidikan menduduki posisi yang sangat vital dalam pembangunan suatu bangsa karena pendidikan memiliki output pada peningkatan mutu sumber daya manusia didalamnya. Pendidikanlah yang sangat diharapkan oleh pemerintah sebab sebagai generasi penerus negeri ini. Dengan pendidikan maka yakin memiliki generasi penerus yang cerdas intelektual, berkualitas, beriman, bertakwa, bermutu, serta mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta menjadi manusia yang terampil dan kreatif sesuai yang diperlukan oleh pribadinya masing-masing.[1] Â
Â
Pemimpin adalah ujung tombak dari sebuah kehidupan, jika ujung tombak itu tumpul maka kehidupan akan vakum dan tidak berdaya guna serta menjadi tidak efektif. Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan/lembaga . Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Secara sederhana pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
Â
Kepemimpinan adalah ilmu dan seni memengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dari defenisi tersebut dapat dimengerti bahwa kepemimpinan itu erat kaitannya dengan organisasi yang mana didalamnya ada yang memberikan pengaruh yang dilakukan oleh seseorang dari anggota organisasi untuk membantu organisasi mencapai tujuannya. Adapun Kepemimpinan berbasis nilai adalah satu pendekatan dalam penanaman norma dan nilai dalam pengembangan kelompok yang menjadi petunjuk bagi perilaku orang-orang dalam organisasi. Dengan demikian, Nilai harus menjadi dasar bagi pemimpin untuk menjalankan tugasnya sehingga menjadi kunci utama keberhasilan suatu organisasi menuju cita-cita bersama.
Â
Â
Â
Definisi Kepemimpinan Berbasis Nilai Budaya
Â
Sebelum melangkah pada inti pembahasan ada baiknya mengetahu apa arti dari kepemimpinan berbasis nilai. Pengertian kepemimpinan berbasis nilai yakni usaha pemimpin dengan menggunakan pendekatan melalui norma-norma serta nilai-nilai dalam mengembangkan kelompok yang nantinya menjadi tauladan bagi perilaku aktivis yang ada di dalam organisasinya. Lantas, nilai wajib menjadi pasak bagi seorang pemimpin guna menjalankan roda kepemimpinan serta menjadi prinsip utama dalam keberhasilan organisasi guna mencapai cita-cita yang diinginkan bersama. Asep Suryana mengatakan bahwasanya keberjayaan pemimpin berawal dari pengimplementasian nilai-nilai yang dipercaya dalam konteks komunikasi interaksi organisasi. Nilai-nilai yang ada pada organisasi tersebut diperlihatkan dengan meperlihatkan kepunyaan etika serta estetika dalam kehidupan berorganisasi.[2] Adapun yang menjadi indikator dalam berhasilnya model kepemimpinan berbasis nilai sebagai tujuan yang ingin di cita-citakan dalam organisasi sekolah sebagai berikut :
Â
- Nilai pribadi yang berbasis nilai budaya sekolah; yaitu mengacu pada kepunyaan serta pengertian atas nilai-nilai individual yang nantinya terlihat dari nilai-nilai organisasi yang dikembangkan oleh visi serta misi organisasi.
- Â
- Kekuatan berkomitmen; peningkatan komitmen yang dimiliki oleh para individu didalam suatu organisasi secara langsung dapat meningkatkan kekuatan komitmen organisasi  menjadi lebih kuat.
- Â
- Kepemimpinan yang memiliki orientasi nilai; Pemimpin harus memiliki orientasi tujuan pencapaian yang nantinya diikuti oleh pengikut atau bawahannya.
- Â
- Kedewasaan; dengan adanya budaya kerja maka pemimpin memiliki peningkatan efektivitas dalam mencapai tujuan yang diinginkan
- Â
- Nilai budaya sekolah; dengan tidak adanya unsur tekanan atau paksaan dalam kepemimpinan yang diemban maka lahirlah sikap kerja yang mapan sesuai dengan visi organisasi.[3]
Â
Pada Faktanya, Kepemimpinan berbasis nilai budaya terbagi menjadi dua bagian yakni kepemimpinan dengan basis nilai budaya sekolah dan kepemimpinan dengan basis nilai budaya lokal.
Â
Kepemimpinan berbasis nilai budaya sekolah   Â
Â
Zamroni dalam bukunya beliau mendefinisikan yang dimaksud dengan kepemimpinan berbasis nilai budaya sekolah ialah kepemimpinan dengan menjalankan model dugaan dasar, landasan dasar , nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, budaya-budaya yang digenggam oleh seluruh warga sekolah yang nantinya dipercaya dan terbukti digunakan guna menghadapi berbagai masalah dalam menyesuaikan dengan lingkungan yang baru serta melakukan integrasi internal, sampai-sampai model atau pola nilai asumsi  tersebut dapat dilatih dan dibimbing kepada anggota atau generasi baru supaya kelak mereka mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang bagaimana sepatutnya mereka memahami, menggunakan akal budi, serta berperilaku dalam menghadapi keadaan yang ada. Budaya sekolah juga mewujudkan ciri khas, sifat, karakter, dan citra sekolah pada masyarakat secara luas. Lantas budaya sekolah  juga memiliki peran guna melindungi dan memelihara komitmen sehingga fungsi yang sudah disahkan oleh organisasi bisa terlaksana tujuannya.[4]
Â
Robbins dalam literaturnya mendefinisikan budaya organisasi merupakan sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lain. Sistem makna bersama ini, bila diamati dengan lebih seksama, merupakan seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh suatu organisasi. Budaya organisasi adalah suatu pola keyakinan, nilai dan harapan yang terbentuk dari yang persepsi. Perbedaan budaya yang kuat dengan budaya yang lemah yaitu, budaya yang kuat dicirikan oleh adanya karyawan yang memiliki nilai inti bersama. Semakin banyak karyawan yang berbagi dan menerima nilai inti, semakin kuat budaya, dan semakin besar pula pengaruhnya terhadap perilaku. Peran pemimpin tentunya sangat diperlukan dalam menumbuhkan nilai-nilai budaya yang kuat dalam organisasi.[5]
Â
Usaha peningkatan pada kualitas secara optimal akan diraih sebagaimana yang cita-citakan apabila budaya kerja dan budaya organisasi mengacu pada budaya kerja yang berkualitas. Hal ini disebabkan pada peningkatan kualitas pendidikan yang dipengaruhi oleh kebiasaan kerja, budaya kerja, serta budaya dalam organisasi yang saling berkesinambungan. Keadaan lingkungan sekolah yang baik maka akan melahirkan budaya sekolah yang baik pula. Budaya dapat didefinisikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan kelompok. Nilai-nilai budaya yang dicanangkan oleh pemimpin nantinya akan mampu meningkatkan, kesetiaan, kemauan, serta kebesarhatian dan lebih jauh yakni melahirkan kinerja guru yang lebih baik kedepannya. Dengan begitu, adanya kepala sekolah menjadi sangat penting dalam menjalankan roda organisasi dengan menumbuh kembangkan budaya sekolah yang arif untuk meningkatkan kinerja guru.[6]
Â
Kepemimpinan Berbasis Nilai Budaya Lokal
Â
Definisi mengenai kepemimpinan berbasis nilai budaya lokal yakni pola kepemimpinan yang menyisipkan atau menjunjung tinggi nilai-nilai kultur/ kebudayaan lokal daerah setempat pada perjalanan tugasnya. Kultur budaya yang menyebar serta beraneka ragam di Indonesia dijadikan acuan berpikir, berperilaku dan bertindak bagi warga setempat. Seperti yang telah diketahui bahwasanya Indonesia adalah Negara yang besar serta heterogen yakni memiliki keberagaman budaya yang makmur dan berlimpah untuk ditelaah dengan tujuan memajukan bangsa. Setiap daerah di Indonesia memiliki kultur yang berbeda-beda dengan ciri khas yang dimiliki.[7] Gunawan menjabarkan bahwa kearifan lokal juga merupakan identitas budaya, yang dimaksudkan ialah identitas bangsa yang menjadikan bangsa tersebut cukup untuk menyerap serta mengendalikan kebudayaan asing  sesuai watak tersendiri. Hal tersebut penting dilakukan dengan alasan jangan sampai masyarakat merasa asing dengan budayanya sendiri. . [8]
Â
Masing-masing negara memiliki nilai-nilai dan budaya nasional yang berasal dari daerahnya. Nilai-nilai budaya nasional tersebut dapat ditemukan dalam budaya yang ada dalam lingkungan organisasi yang ada di wilayah negara tersebut. Bagaimana dengan model kepemimpinan di Indonesia ? Indonesia dikenal dengan budayanya yang beraneka ragam yang tentunya juga memberikan pengaruh kepada perilaku individu, kelompok dan organisasi. Budaya daerah atau budaya lokal yang ada di dalam masing-masing daerah di Indonesia juga mempengaruhi perilaku yang ada dalam organisasi, khususnya gaya kepemimpinan yang berbasis budaya daerah. Teori kepemimpinan telah berkembang saat ini dan menjadi penting untuk dikembangkanpada penelitian- penelitian di masa mendatang yang menjelaskan bagaimana dan gaya kepemimpinan seperti apa yang ada di sekeliling kita.[9]
Â
    Adapun Tokoh pada kepemimpinan berbasis nilai budaya lokal Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara.  Nilai kepemimpinan yang rumuskan serta diturunkan oleh tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara adalah Tut Wuri Handayani menjadi sangat populer saat ini,  yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, ing wuri handayani.[10]
Â
Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Nilai Budaya
- Kepemimpinan Kepala Sekolah
Mengutip dari wikipedia, kepala sekolah merupakan seseorang yang berprofesi sebgai guru namun memiliki tugas lebih yaitu untuk memimpin salah satu lembaga pendidikan yaitu sekolah. Umumnya kepemimpinan kepala sekolah dapat dikatakan baik jika ia berhasil memimpin dengan efektif bagi para  warga sekolah, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar sekolah. Kepala sekolah harus menjadi sosok individu yang  menjadi penggerak maupun motivator dan bertanggung jawab pada segala yang dilakukannya dalam memimpin sekolahnya.[11] Dalam mencapai hal tersebut, kepala sekolah dihaharuskan mempunyai ketrampilan yang mumpuni dalam melaksanakan tugasnya. Ketrampilan memimpin yang dimaksud ialah dapat membangkitkan inspirasi para pendidik, menciptakan ruang kerja sama antar pendidik dan staf, melakukan pengembangan program supervisi, dapat mengelolah, mengembangkan, dan melaksanakan seluruh kegiatan pembelajaran maupun kegiatan lainnya.[12]
Â
- Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Budaya
Strategi secara teoritis memiliki makna sebgai suatu pendekatan yang dilakukan secara menyeluruh yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan dan perencanaan dalam mencapai tujuan bersama. Pada kajiannya dalam strategi kepemimpinan yang sesuai meliputi :
- Berperan sebagai tauladan para bawahan
- Seorang pemimpin yang baik adalah ketia dia dapat menjadi sosok yang baik dan menjadi teladan bagi para bawahannya. Jika memiliki peran sebagai kepala sekolah maka dia harus bisa menjadi suri tauladan bagi para warga sekolah yang ada di bawahnya. Contoh dari kepala sekolah yang dapat dijadikan teladan adalah ketia dia aktif dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja guru-guru dan para stafnya dengan memegang teguh standar etika yang menjadi pegangannya. Standar etika yang dimaksud disini adalah etika dalam agama yang mencakup kereligiusan, kejujuran, kedisiplinan, adil dan tegas.
- Berjuang demi nasib bawahannya
- Sebagai seorang yang memilki tanggung jawab tertinggi dalam peningkatan mutu sekolah melalui kualitas pembelajaran, kepala sekolah harus sering melakukan lobiying kepada beberapa pimpinan yang bersangkutan demi memperhatikan nasib para bawahannya, utamanya bagi para tenaga pengajar yang tidak tetap. Semua upaya harus dilaksanakan oleh kepala sekolah demi baiknya kualitas pembelajaran di sekolah yang dipimpinnya.
- Memikirkan tentang konsekwensi jangka panjang
- Salah satu cara yang ampuh bagi kepala sekolah untuk mengatasi berbagai hambatan yang kemungkinan akan terjadi dikemudian hari ialah dengan menganalogikan baerbagai persoalan yang kiranya akan dihadapi oleh para staf atau bawahannya. Salah satu upaya yang apat dilakukan adalah dengan membuat proses dan program pembelajaran yang sistematis.
- Menentukan standar etika agama sebagai budaya etis
- Dalam hal ini salah satu strategi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan mutu sekolahnya adalah dengan menetapkan standar etika keagamaan. Hal ini tidak lain dan tidak bukan karena dalam agama sangat banyak sekali nilai-nilai positif yang dapat diambil dan dijadikan pedoman. Standar seperti ini dimaksudkan untuk para pendidik dan kekependidikannya bisa dijadikan suri tauladan bagi para peserta didik.
- Ciri-Ciri Kepala Sekolah Berbasis Nilai Budaya
- Seperti yang sudah dijelaskan diatas tadi bahwa kepemimpinan berbasis budaya ialah pola kepemimpinan yang di dalamnya juga memasukkan nilai-nilai positif yang ada dalam budaya tersebut. Kemudian jika hal ini dikaitkan dengan Kepala Sekolah maka, artinya bagaimana kepala sekolah tersebut dapat mengengola nilai-nilai budaya kedalam model kepemimpinan yang dibawanya untuk menjadikan sekolah yang dipimpinnya memiliki kualitas yang baik. Kepala sekolah yang memakai pola kepemimpinan berbasis budaya, maka aturan yang dipakai, cara berpikir dan komunikasi akan disesuaikan dengan budaya tersrbut. Berikut merupakan ciri-ciri kepala sekolah yang kepemimpinannya berbasis nilai budaya:
- Religius, sudah diketahui bersama bahwa negara Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya beragama. Sikap religius harus melekat pada kepala sekolah mengingat religius sendiri berarti suatu kecenderungan rohani manusia untuk mengabdikan dirinya kepada sang pencipta yang meliputi nilai dan hakikat dari kehidupan yang dijalaninya. Karakter religius ini kemudian dapat diimplementasikan oleh kepala sekolah dalam melakukan penegasan kepada bawahannya untuk mengawal tuntas seluruh peserta didik untuk menjalankan ritual keagamaan.
- Adil dalam memimpin, adil disini memiliki makna kepala sekolah mampu dalam meletakkan segala sesuatu secara proposional, tidak pandang bulu, dan bijaksana. Indonesia merupakan bangsa yang besar dan memiliki banyak sekali budaya yang kemudian dimana para pendahulu selalu menanamkan sifat toleran terhadap sesama warga negara meskipun terdapat perbedaan ras, suku, agama dan lainnya.[13] Maka dari itu kepala sekolah harus mampu menerapkan budaya adil ini kepada seluruh staf, pendidik dan peserta didiknya.
- Â
- Membuat suatu program yang mengadopsi dari budaya sekitar. Menjadi kepala sekolah bukan berarti pandangannya hanya sebatas di lingkungan sekolah saja, namun juga perlu melihat lebih luas lagi pada lingkungan sekitar sekolahan. Beberapa program di sekolah baiknya memang harus mengadopsi budaya masyarakat disekitar sekolah tersebut. Hal ini dilakukan agar masyarakat sekitar juga bisa menjadi support system sekolah tersebut. Contohnya seperti kepala sekolah yang membuat program kerajinan batik bagi peserta didik karena melihat pada daerah dimana sekolah itu berada memiliki kerajinan daerah berupa batik.
Â
Implementasi Kepemimpinan Berbasis Nilai Budaya.
Â
- Contoh implementasi kepemimpinan berbasis nilai budaya sekolah
- Kepemimpinan kepala sekolah pada pengembangan budaya sekolah yang efektif di sekolah dasar. (Studi kasus di Sekolah Dasar Plus Nurul Hikmah Pamekasan).
Â
Sekolah dasar Plus Nurul Hikmah Pamekasan adalah sekolah dasar  swasta yang menjadi stempel sebagai  sekolah favorit di daerah pamekasan, terbukti bahwa telah terlihat pada masyarakat yang percaya pada kualitas yang dimiliki sekolah ini, lantas banyak masyarakat disana yang memilih serta menjadikan sekolah dasar plus Nurul Hikmah tempat belajar mencari ilmu bagi anak-anaknya. Dari segi budaya, Sekolah ini merupakan sekolah yang menawarkan nuansa Islami, Sikap serta nilai-nilai yang menjadi perilaku pada sekolah tersebut menanamkan nilai-nilai Islami pada sebuah program pembiasaan  dan pembudayaan yang menjadi ciri khas pada sekolah ini. Kultur islami pada sekolah ini yakni diantaranya pembiasaan sholat berjamaah, budaya 5 S, Tahfidz juz 30, berdo'a dan lain lain. SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan juga menyisipkan pembudayaan nilai-nilai positif yang membantu terbentuknya keefektifan sekolah yakni ialah budaya disiplin, pembiasaan jujur, pembiasaan membaca, budaya hidup bersih, tertib, dan aman, serta budaya berprestasi dan lain sebagainya.[14]
Â
Mengenai kedudukan kepala sekolah pada SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan, kepala sekolah tersebut memiliki kedudukan yang cukup penting. Yakni mengambil peran sebagai pemimpin yang secara subjektif dikenal sebagai individu yang penyabar dan baik. Hal ini menjadi bekal dari kepala sekolah untuk menjalankan tugas kepemimpinan di sekolah khususnya untuk menjalin kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan seluruh warga sekolah. Bukan hanya itu, kepala sekolah tersebut juga memerankan tanggung jawabnya sebagai educator yang selalu disiplin dan menanamkan nilai-nilai akhlak kepada anak didiknya. Kepala sekolah SD Nurul Hikmah Pamekasan juga mengambil peran sebagai manajer yang selalu mengatur, mengelola, memimpin, memantau setiap agenda kegiatan khususnya pada program budaya dan pembiasaan nilai-nilai positif. Kepala sekolah tersebut juga memerankan  tugasnya yakni sebagai administrator yang tertib pada administrative dalam semua bidang. Kepala sekolah ini juga mengambil peran sebagai supervisor yang senantiasa melakukan supervisi  kepada guru secara konsisten dalam satu bulan untuk melakukan pembinaan serta peningkatan profesionalitas guru. Kepala sekolah juga memerankan tugasnya sebagai kepala yang selalu mengawal program kebijakan sekolah dengan baik dan bijak, juga melakukan tugasnya sebagai inovator yang senantiasa menyajikan ide-ide pembaharu yang kreatif dan inovatif terlebih lagi dalam membangun kultur budaya sekolah yang efektif. Dan selanjutnya kepala sekolah juga mengambil tugas sebagai motivator yang senantiasa akan memotivasi guru dan staf lainnya agar selalu mengalami peningkatan dalam mengerjakan tugasnya masing-masing.[15]
Â
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa didalam  melaksanakan tugas kepemimpinannya, Kepala sekolah SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan memanfaatkan model kepemimpinan spiritual (Spiritual leadership) sebagai budaya dalam sekolah tersebut. Kepemimpinan yang mengacu pada aspek spiritual maka dalam pelaksanaannya akan mengutamakan moralitas, kepekaan, etika dalam bersosial khususnya kepada guru dan staf serta peserta didik. Kepemimpinan dengan budaya spiritual juga disebut sebagai kepemimpinan yang berlandaskan etika religius, kepemimpinan yang mampu mengindoktrinasi, membangkitkan, mempengaruhi dan melaksanakan keteladanan, pelayanan, kasih sayang dan penerapan nilai serta sifat-sifat ketuhanan dalam tujuan, proses, pembiasaan, dan perilaku kepemimpinan.[16]
Â
Upaya kepala sekolah SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan dalam mengembangkan budaya sekolah yang efektif tidak lepas dari perannya sebagai pemimpin sekolah yaitu mempengaruhi bawahannya untuk mengikuti intruksi dan arahannya dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan sekolah dalam rangka mengembangkan dan memajukan sekolah, khususnya dalam mengembangkan budaya sekolah efektif. Dalam mengembangkan budaya sekolah efektif, kepala sekolah SD Plus Nurul Hikmah Pamekasan telah menerapkan fungsinya sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator dengan baik.[17]
Â
- Contoh implementasi kepemimpinan berbasis nilai budaya lokal
- Kepemimpinan kepala sekolah berbasis nilai-nilai kebudayaan Lokal (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Enrekang).
Â
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Enrekang merupakan sekolah menengah pertama yang bertempat di pusat kota Enrekang kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Kepala sekolah sekolah ini menerapkan kepemimpinan berbasis nilai budaya lokal pada sistem kerjanya,serta Pada kenyataannya kepala SMP Negeri 1 Enrekang telah diakui masyarakat  yakni mengimplementasikan nilai-nilai budaya lokal dalam kepemimpinannya, hal tersebut teruji nyata mengenai kebijakan-kebijakan yang dibuat serta diterima baik oleh bawahannya. Beliau telah menangani SMP Negeri 1 Enrekang cukup lama yakni sekitar lima belas tahun sejak tahun 2002 hingga tahun 2017. Nilai- nilai budaya lokal yang terkandung dalam sekolah tersebut sangat dimuliakan dan dijunjung tinggi oleh orang-orang dari suku setempat yakni suku bugis. Tentu hal tersebut dilestarikan karena sebagai warisan budaya lokal yang sudah seharusnya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk juga dalam hal terlibat dalam perdebatan dan saling mengeluarkan pendapat kepada orang lain, tidak saling menjatuhkan atau memandang rendah , saling menghargai, dan menasihati yang hikmahnya nanti akan mewujudkan perbedaan pendapat yang jauh lebih berarti. Apalah arti dalam berinteraksi berbeda argumentasi kalau nantinya hanya untuk saling mencaci dan menyakiti, saling menghina. [18]
Â
     Terdapat tiga persepsi pemikiran dasar yang telah dimuliakan serta dipelihara keutuhannya oleh suku Bugis (Enrekang) selama mereka bermasyarakat dan berinteraksi sosial dengan orang lain yakni sebagai berikut :
Â
- Sipakatau, yakni prinsip yang memandang manusia sebagai manusia. Pada kultur budaya orang Bugis, tiap tiap individu diharuskan untuk memandang serta memperlakukan orang lain sebagaimana manusia seutuhnya. Prinsip ini menekankan agar menghormati orang lain sebagai manusia dengan segala kehormatan dan penghargaan yang terdapat pada dirinya.
- Sipakallabi, yakni prinsip yang memandang manusia sebagai makhluk yang mempunyai martabat yang lebih tinggi sedangkan dengan makhluk ciptaan tuhan yag lain. Inilah keunggulan manusia yang harusnya dipuji dan dihormati. Lebih jelas lagi menurut konsep ini, apapun dan bagaimanapun keadaan manusia dengan segala keunggulan yang dimiliki, jelas manusia pastinya memiliki segi kekurangan .
- Sipakainga', yakni prinsip yang mengharuskan saling mengingatkan satu sama lain. Apabila terdapat diantara kita memiliki kesalahan atau berbuat kesalahan maka di haruskan untuk saling mengingatkan. Dengan kebiasaan untuk saling mengingatkan itu maka terhindar dari sifat-sifat tercela yang diharamkan oleh agama. Salah satu hal yang tidak dapat dihindari yakni bahwa manusia memiliki kekurangan. Tentunya manusia tidaklah sempurna, walaupun nyatanya manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna di bumi ini.Â
Â
     Lanjut pada penerapan yang dijalankan dalam pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah berbasis nilai- nilai lokal di SMP Negeri 1 Enrekang yaitu maka setiap pemimpin sebaiknya harus memahami tiga gaya kepemimpinan orang bugis yaitu "Rioloi napatiroang, Rintengngai naparaga-raga, dan Rimunri napampiri"yang artinya sesungguhnya pemimpin itu adalah orang yang senantiasa tidak emosional dan tidak diskriminatif, di depan ia menjadi teladan atau sumber inspirasi, di tengah ia membangkitkan semangat atau sebagai motivator, dan dibelakang ia mengawasi atau membimbing.  Hal ini diharapkan agar seorang pemimpin mampu mensinerjikan antara gaya kepemimpinan secara umum dengan gaya kepemimpinan orang bugis. Selain itu seorang pemimpin juga diharapkan dalam kepemimpinannya harus mampu menerapkan nilai-nilai budaya lokal yaitu "Sipakatau, Sipakalabbi, dan Sipakainga'.[19]
Â
     Kepala SMP Negeri 1 Enrekang sebagai pemimpin di sekolah tersebut dikenal sebagai sosok pemimpin yang demokratis. Jika dipantau dari segi  sipakatau, segala kebijakan yang dibuat maka senantiasa dimusyawarahkan  pada forum pertemuan atau rapat yang dihadiri oleh dewan guru dan staf pegawai. Saran serta masukan yang di peroleh dari bawahan langsung didengarkan dan diterima secara seksama lalu setelah itu barulah diambil keputusan. Akibatnya apa yang menjadi kebijakan serta keputusan kepala sekolah bisa disetujui dan diterima baik oleh seluruh bawahan.[20]
Â
     Konsep kepemimpinan yang dimiliki kepala SMP Negeri 1 Enrekang selanjutnya dari segi nilai-nilai lokal sipakalabbi yang pada realitasnya telah dimiliki serta diterapkan. Hal tersebut terbukti pada perilakunya terhadap bawahan maupun peserta didik yang memiliki keunggulan-keunggulan dengan memberikan hadiah atau penghargaan kepada setiap prestasi yang digapai oleh guru,staf pegawai, dan peserta didik yang ada di sekolah tersebut. [21]
Â
       Selanjutnya dalam segi nilai --nilai budaya lokal yakni sipakainga', Kepala sekolah SMP Negeri 1 Enrekang pada roda kepemimpinannya juga telah mengimplementasikan nilai-nilai tersebut. Hal ini bisa dibuktikan dari sosok  kepribadian kepala sekolah yang transparan terhadap bawahan, selain itu memiliki sipak murah hati, berani mengakui kekurangannya di depan bawahannya. Dengan pemimpin yang memiliki sifat tersebut  maka bawahan pastinya akan segan dengan kepada pemimpinnya. Hal yang tidak asing lagi yakni kepala sekolah selalu mengingatkan kepada kita tentang segala tugas dan tanggung jawab yang dimiliki masing-masing. Prinsip sipakainga' keberadaannya sangat vital, mengingat bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk saling memgingatkan. Seperti yang telah diketahui bahwa manusia merupakan makhluk sosial maka patut disadari bahwasanya kita merupakan bagian dari orang lain. Lalu apabila diantara kita memerlukan bantuan ataupun berbuat salah, maka kasihilah pertolongan serta nasihatilah agar tidak berbuat salah dengan cara yang baik, santun, dan lemah lembut .[22]
Â
Simpulan
Â
      Kepemimpinan adalah ilmu dan seni memengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sedangkan kepemimpinan berbasis nilai adalah satu pendekatan dalam penanaman norma dan nilai dalam pengembangan kelompok yang menjadi petunjuk bagi perilaku orang-orang dalam organisasi. Dengan demikian, Nilai harus menjadi dasar bagi pemimpin untuk menjalankan tugasnya sehingga menjadi kunci utama keberhasilan suatu organisasi menuju cita-cita bersama.
Â
Kepemimpinan berbasis budaya dibedakan menjadi dua hal yaitu : kepemimpinan berbasis budaya sekolah dan berbasis budaya lokal. Kepemimpinan berbasis nilai budaya sekolah ialah kepemimpinan dengan menjalankan suatu pola asumsi- asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah. Sedangkan kepemimpinan berbasis nilai budaya lokal ialah  pola kepemimpinan yang menyisipkan atau menjunjung tinggi  nilai-nilai kultur/kebudayaan lokal daerah setempat pada perjalanan tugasnya.  Kearifan lokal budaya Indonesia menjadi sumber berpikir, berperilaku, dan bertindak segenap komponen bangsa. Indonesia yang merupakan bangsa besar memiliki keragaman budaya yang sangat kaya untuk digali guna memajukan bangsa.
Â
Kepemimpinan Kepala Sekolah yang berbasis budaya umumnya ia akan memakai pola kepemimpinan yang mengambil basis dari nilai-nilai budaya, maka aturan yang dipakai, cara berpikir dan komunikasi akan disesuaikan dengan budaya tersrbut. Seperti menyesuaikan dengan kepercayaan agama atau adat masyarakat sekitar.
Â
Daftar Pustaka
Â
Aryantini, Ni Putu, and Kadek Rihendra Dantes Anak. Agung. Gede Agung, 'Konstribusi Implementasi Manajemen Sekolah Berbasis Nilai-Nilai Keraifan Lokal Tri Hita Karana, Kepemimpinan Pelayan Kepala Sekolah, Budaya Sekolah, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru Di SMP Negeri Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng', Jurnal Administrasi Pendidikan, 9.2 (2018), 99--110
Â
Azmi, Sri Kartikowati, and Sudirman, 'Pengaruh Kepemimpinan Berbasis Nilai Dan Budaya Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di Smp Negeri Di Kecamatan Salo ...', Jurnal JUMPED 2019, 3.1, 10--17
Â
Buhaiti, Akhmad, 'Kepemimpinan Dan Budaya Madrasah', Jurnal Administrasi Pendidikan UPI, 21.1 (2014), 120--29
Â
Fitricia, Grace Maria, and Asmi Ayuning Hidayah, 'Analisis Gaya Kepemimpinan Kontingensi Berbasis Budaya Lokal Banyumas Cablaka', Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 12.1 (2019), 60--77
Â
Fuadi, Moh., 'Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Agama Di MTs N 01 Ogan Ilir', Raudhah Proud To Be Professionals: Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 3.1 (2018), 1--18
Â
Gunawan, Imam, 'Nilai Dan Etika Kepemimpinan Pendidikan', Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 1.5 (2017), 65--84
Â
Iqabe, Sadidul, 'Kepemimpinan Berbasis Nilai Budaya Lokal Dalam Menciptakan Iklim Sekolah', Jurnal Administrasi Pendidikan, 24.2 (2017), 80--91
Â
Kairawan, Kairawan, 'Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Nilai-Nilai Lokal (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Enrekang)', Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 1.1 (2017), 88--101
Â
Ridho, Mohammad Ali, 'Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Sekolah Efektif Di Sekolah Dasar', Jurnal Dinamika Manajemen Pendidikan, 3.2 (2019), 114--29
Â
Santri, Ria Saputri, 'Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Budaya Sekolah Dengan Kinerja Guru SD Negeri Di Kota Lubuklinggau', Manajer Pendidikan, 10.03 (2016), 295--302
Â
Sumarni, 'Penerapan Nilai-Nilai Lokal Kepemimpinan Kepala SMA Negeri Se- Kabupaten Wajo', Jurnal Pendidikan Jendela Pengetahuan, 11.25 (2018), 47--55
Â
Yuwono, Teguh, 'Pengembangan Kepemimpinan Berbasis Budaya Sebuah Tantangan Kepemimpinan Baru Pada Divisi Internasional BNI 46 Jakarta', Jurnal Ilmiah Ilmu Manajemen, 3.2 (2016), 26--42
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H